Jumat, 07 November 2014

TEKNIK non tes dalam evaluasi pembelajaran




Resume Kelompok II

Teknik Evaluasi Non Tes                                                














DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
AIDA NASMA
AIDA WATI
ELI MAHARA
FENNY MAILANI NASUTION
KHAIRUL AMRI
SURYA MURNI PURBA
INDAH LESTARI

 DOSEN PEMBIMBING        : ASRAR ASPIA MANURUNG
 JURUSAN                             : BIMBINGAN KONSELING ISLAM - 2
 FAKULTAS               : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014



PENDAHULUAN


Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanahsatu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yaitu teknik non tes.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, observasi, mengumpulkan daftar cek masalah, menilai skala, dan menyusun sosiometri. Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotrik.





















A.    Pengertian Teknik Non Tes
Dilihat dari kata yang menyusunnya maka non tes dapat diartikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill. Terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya tidak dapat diamati dengan panca indra.

B.     Jenis-jenis Teknik Non Tes
1.      Observasi
a.       Pengertian Observasi
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.[1]
Observasi adalah suatu teknik non tes yang dilakukan dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Maka dari itu observasi dapat mengukur atau menilai tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Dengan melakukan observasi atau pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan tingkah laku siswa, tingkat partisifasi dalam kegiatan belajar, tingkat pengertian terhadap objek belajar, proses kegiatan penguasaan materi, bahkan hasil yang diperoleh dari kegaiatan belajar.
Dalam evaluasi pembelajaran observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.
Observasi adalah teknik evaluasi yang menekankan pada penggunaan indera pengelihatan. Agar hasilnya dapat maksimal pada umumnya seorang evaluator menggunakan ceklis, yakni evaluasi yang banyak digunakan sebagai pelengkap teknik evaluasi.[2]
2.      Jenis-jenis Observasi
Dilihat dari kerangka kerjanya, Observasi dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu:
a)      Observasi Berstruktur. Semua aktifitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi danluas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b)      Observasi tak berstruktur, semua petugas observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegiatan oetugas ibservasi danya dibatasi oleh tujuan ibservasi itu sendiri[3]
       Apabila dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
a)      Observai Partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.
Contoh:
Untuk mengamati kehidupan mahasiswa menyewa kamar, pengamat menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.
b)      Observasi Sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah di atur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c)      Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisifasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[4]
3.      Langkah-langkah membuat pedoman observasi langsung
a)      Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku, misalnya penampilan guru dikelas. Lalu dicatat kegiatan yang dilakukannya dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada saat mengajar sebagai segi-segi yang akan diamati nanti.
b)      Berdasarkan gambaran dari langkah diatas, penilaian menentukan segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan segi-segi tersebut sesuai dengan apa yang seharusnya berdasarkan khazanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar.
c)      Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut, apakah bentuk bebas (tak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak) atau pedoman yang tersturktur (memakai kemungkinan jawaban).
d)     Sebelum observasi dilaksanakan, didiskusikan dahulu pedoman observasi yang telah dibuat dengan calon observan agar setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
e)      Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian tergantung pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu, memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang diamati sangat diperlukan.[5]
Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan balik atau feedback dilakukan dengan cermat, yaitu dengan cara:
·         Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan.
·         Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat.
·         Berdasarkan data faktual.
·         Data faktual ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah disetujui.
·         Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi.
·         Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti lainnya dalam diskusi dua arah.
·         Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya.[6]

2.      Wawancara (interview )
a)      Pengertian
Wawancara atau intervie ( interview ) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendadapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak[7]. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyakan, pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Setiap kegiatan wawancara agar memperoleh hasil yang baik harus memenuhi syarat-syarat valid, relevan, tidak mengandung bias, dan komunikatif.
b)      Macam-macam Wawancara
Menurut cara pelaksanaan nya dibagi dengan 2 dua cara, yaitu :
-          Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tampa dibatasi oleh patokan- patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
-          Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang sudah tersusun terlebih dahulu. Dalam hal ini, responden tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh sipenanya. Pertanyaan itu kadang- kadang bersifat sebagai yang memimpin dan mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.
Menurut fungsinya wawancara dibedakan menjadi tiga yaitu Interview research, interview diagnotis, interview treatment.
-          Interview research, yaitu wawancara yang digunakan untuk melengkapi data penelitian ilmiah (jika penelitian menggunakan kuesioner atau selain wawancara sebagai instrumen untuk memperoleh data primer, maka data yang diperoleh dengan wawancara merupakan data sekunder atau data pelengkap/pendukung)
-          Interview diagnotis, yaitu wawancara untuk menentukan latar belakang atau faktor penyebab terjadinya penyakit (masalah) yang dialami klien
-          Interview treatment adalah wawancara yang ditujukan untuk terapi katarsis dan penyembuhan. Wawancara treatment merupakan bagian dari rangkaian wawancara konseling yang utuh sebagaimana telah disebutkan dalam interview diagnotis.
c)      Langkah-langkah  Wawancara
a.       Persiapan untuk interview. Beberapa hal pokok yang perlu dipersiapkan konselor untuk melakukan wawancara sebagai berikut
-          Menyiapkan tempat yang tenang untuk melakukan wawancara, jauh dari hal-hal yang dapat menggangu perhatian dan campur tangan orang lain
-          Mengumpulkan berbagai informasi tentang klien yang ada hubungannya dengan persoalan yang akan dibicarakan
-          Membuat rencana atau pedoman wawancara
b.      Mulai wawancara
-          Menciptakan hubungan baik (Rapport) dengan siswa
-          Menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya wawancara
-          Mengenal dan memahami pandangan pihak siswa serta mengikuti teknik wawancara yang sesuai dengan kepribadiannya
-          Menempatkan diri dalam dunia siswa
-          Mendorong siswa untuk mengemukakan informasi atau masalah yang akan diungkap atau diketahui yang melakukan wawancara
c.       Inti wawancara
-          Merumuskan masalah
-          Eksplorasi
-          Konsolidasi
-          Perencanaan
d)     Akhir wawancara
-          Menyimpulkan hasil wawancara
-          Memantapkan hasil yang telah disepakati
-          Penilaian hasil upaya yang telah diperoleh
-          Menentukan waktu wawancara berikutnya
-          Menghentikan wawancara atas kehendak bersama dengan tetap membina rapport

3.      Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dalam uraian ini hanyaakan dijelaskan skala penilaian (rating scale) dan skala sikap.
a.       Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinium atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini bisa dalambentuk huruf (A,B,C,D), angka (4,3,2,1), atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, kurang.[8]
b.      Skala Sikap
Skala Sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap yakni mendukung (positif), menolak (negatif) dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan perilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya.[9]
Ada tiga komponen sikap yakni kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objekatau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengn keenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu, misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap mahasiswa terhadap pendidikan politik, atau sikap guru terhadap propesinya. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh respoden, apakah pernyataan pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rintangan nilai tertentu. Oleh sebab itu,pernataan yang diajukan dibagi kedalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan nyang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten.
Beberapa petunjuk untuk menyusun skala likert
a.       Tentukan objek yang dituju, kemudian tetapkan variabel yang akan diukur dengan skala tersebut
b.      Lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau dimensi variabel, lalu kembangkan indikator setiap dimensi tersebut.
c.       Dari setiap indikator diatas, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang berkenaan dengan aspek kognisi, afeksi, dan konasi terhadap objek sikap.
d.      Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek terssbut dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif, secara seimbang banyaknya.

4.      DAFTAR CEK MASALAH
a)      Pengertian
Daftar cek masalah (DCM) merupakan daftar cek ang khusus disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah-masalah atau problem yang pernah atau sedang dialami seseorang.[10] Penggunaan DCM dilakukan atas dasar pertimbangan efisien, intensif, validitas, dan rehabilitas.
b)      Fungsi dan Kegunaan DCM
-          Fungsi DCM
1)      Untuk memudahkan individu mengmukakan masalah yang pernah dan sedang dialami.
2)      Untuk sistematisasi jenis masalah yang ada pada individu agar memudahkan analisis dan sintesis dengan cara/alat lain.
3)      Untuk menyarankan suatu prioritas program pembelajaran
-          Kegunaan DCM
1)      Untuk melengkapi data individu yang sudah ada
2)      Untuk mengenali individu yang perlu segera mendapat bimbingan khusus
3)      Sebagai pedoman penyusunan program klasikal dan bimbingan kelompok pada umumnya
4)      Untuk mendalami masalah individu maupun kelompok.

c)      Petunjuk Pengadministrasisan DCM
-          Petunjuk bagi instruktur
Dalam melaksanakan DCM tugas yang harus dilakukan oleh instruktur yang mencakup persiapan yaitu sebelum melaksanakan dan pelaksanaan yaitu menjelang dan pada waktu mengerjakan.
·         Hal-hal penting dalam persiapan adalah :
a.       Menyiapkan bahan (buku DCM) sesuai dengan jumlah siswa
b.      Menguasai petunjuk cara mengerjakan DCM
·         Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan meliputi berbagai kegiatan, antara lain :
a)      Mengontrol situasi ruangan
b)      Instruktur menerangkan maksud menggunakan DCM tersebut
c)      Menuruh siswa mempersiapkan alat tulis
d)     Membagikan lembar DCM
e)      Menginstruksikan kepada siswa untuk menulis identitas dan tanggal pelaksanaan DCM
f)       Membagikan buku DCM
g)      Membacakan petunjuk cara mengerjakan DCM
h)      Memberi contoh misal menulis  di papan tulis atau dilaar lcd cara mengerjakan DCM, yaitu memberi tanda ceklis pada nomor dilembar jawaban yang item nomor tersebut menjadi masalah bagi dirinya
i)        Memberi instruksi menegerjakan DCM, mengingatkan agar para siswa mengerjakan dengan tenang teliti dan memberi tahukan waktu yang disediakan cukup lama kurang lebih 40 menit
j)        Mengontrol apakah siswa telah mengerjakan DCM dengan benar
k)      Mengumpulkan pekerjaan siswa

-          Petunjuk bagi siswa
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh siswa yaitu
a)      Siswa harus mempunyai minat dan kemauan untuk mengutakarakan masalah ang sebenarnya
b)      Siswa harus menyadari bahwaa jika ia mengerjakan secara asal-asalan ataupun tidak serius hanya akan memrugikan dirinya sendiri
c)      Siswa harus menulis identitas dirinya sendiri
d)     Siswa harus mematuhi tata cara mengerjakan DCM.



5.      Sosiometri
a)      Pengertian Sosiometri
Dengan demikian, sosiometri dapat diartikan sebagai suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antara individu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antar anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering terjadi bahwa kegiatan yang berbeda, individu memilih teman yang berbeda pula.
Teknik sosiometri bermaksud menemukan dan mencatat relasi aktif tentang struktur kelompok, yatu pola saling tertarik dan saling menolak. Untuk itu ada dua kriteria yang digunakan oleh pengumpul data, yaitu kriteria afektif dan kriteria fungsional.[11]
Dengan perkataan sosiometri sebenarnya telah menunjukkan kepada kita yaitu tentang “ukuran berteman”. Jadi dengan sosiometri ini kita dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik tidaknya seseorang berteman atau bergaul dapat kita lihat dengan menggunakan sosiometri ini. Sehingga dengan demikian besar sekali bantuan sosiometri untuk mendapatkan data sekitar siswa terutama dalam hubungan atau interaksi sosialnya.
Sosiometri merupakan teknik yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial peserta didik. Dengan teknik ini dapat diperoleh data tentang suasana hubungan antar individu, struktur dan arah hubungan sosial. Gambaran suasana hubungan sosial yang diperoleh dengan sosiometri disebut sosiogram. Dari data sosiometri individu dapat diketahui keluasan dan kedalaman pergaulan (keintiman pergaulan), status pemilihan atau penolakan sesama teman, dan popularitas dalam pergaulan.
b)      Langkah-langkah Mengolah Hasil Sosiometri
Data psikologis yang dikumpulkan dengan angket sosiometri masih sulit untuk dianalisis dan dipahami (dibaca) apabila belum diolah. Agar data sosiometri mudah dipahami siapa yang populer (paling disukai) dan siapa yang terisolasi (tidak disukai), maka data tersebut harus disajikan dalam bentuk tabel (disebut matrik sosiometri) dan bentuk gambar (sosiogram).
Penggunaan sosiometri terikat pada suatu pergaulan sosial atau kriteria tertentu yang lingkupnya tidak terlalu luas misalnya satu kelas disekolah. Sosiometri sebagai salah satu metode memahami interaksi sosial individu dilaksanakan dengan prosesdur sebagai berikut:
a.       Menentukan kelompok yang akan dipahami dengan metode sosiometri
b.      Menyusun angket sosiometri atau tes sosiometri untuk diisi oleh anggota kelompok
c.       Siswa yang tergabung dalam satu kelompok, misalnya kelas diberi penjelasan bahwa perlu dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil, dalam rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti “kelompok belajar”; “camping dihutan wisata”; dan “teman duduk sebangku”. Kegiatan tertentu tersebut merupakan situasi pergaulan sosial yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan individu dalam kelompok.[12]
d.      Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman didalam kelompok, dan dengan siapa dia tidak ingin dan tidak suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang dipilih dan tidak dipilih sebagai teman kelompok ditentukan satu orang, dua orang, ataukah tiga orang dengan urutan pilihan pertama, kedua dan ketiga.
e.       Setelah angket sosiometri diisi, kemudian di tabulasi dalam metriks sosiometri.
f.       Berdasarkan matriks sosiometri maka data sosiometri dianalisis dengan cara :
1.      menggambarkan sosiogram
2.      menganalisis hubungan sosial secara keseluruhan
3.      menghitung indeks sosiometri
4.      mengisi kartu sosiometri secara individual
Dengan melihat sosiogram kita akan dapat memperoleh informasi tentang:
a.       Besarnya jumlah pemilih untuk setiap individu
b.      Arah pilihan dari dan terhadap individu tertentu
c.       Kwalitas arah pilihan
d.      Ada tidaknya isolasi
e.       Kecenderungan terbentuknya anak kelompok[13]
Apa yang dicapai dengan angket (kuesioner) sosiometris pada umumnya akan diolah lebih lanjut. Hasil dari kuesioner itu akan dimasukkan dalam daftar tabulasi dan dikalkulasi menjadi suatu bentuk matriks,ini yang disebut analisis matriks. Perhitungan dari hasil sosiometri itu kemudian dibuat menjadi sosiogram.[14]
Berdasarkan kajian Rahardjo (1998) merumuskan analisis indeks sosiometri biasanya ditinjau dari status pemilihan (cs = choice status), status penolakan (rs = rejection status), dan indeks pemilihan penolakan (crs = choice and rejection status).
1)      Status pemilihan
keterangan :
A = Kode orang yang dicari statusnya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
P = Banyaknya pilihan dari setiap orang yang ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam rumus versi baru ini, pembaginya bukan N - 1 tetapi N x p.

2)      Status penolakan
 x -1
keterangan :
B = Kode orang yang dicari statusnya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
t   = Banyaknya penolakan setiap orang yang ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam indeks ini bergerak dari 0 sampai dengan -1. Indeks -1 berarti semua siswa dalam kelompok menolak individu yang diselidiki, sedang 0 berarti tidak ada yang menolak.

3)      Status pemilihan penolakan
keterangan :
C = Kode orang yang dicari statunya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
q  = banyaknya pilihan/penolakan setiap orang yang ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam indeks ini bergerak dari -1 hingga 1. Indeks -1 Berarti semua siswa dalam kelompok menolak individu yang diselidiki tanpa ada yang memilih, 0 berarti tidak ada yang memilih atau menolak, 1 berarti semua individu memilih dia tanpa ada yang menolak.[15]
c)      Angket Sosiometri
Instrumen atau alat untuk memperoleh materi sosiometri adalah angket sosiometri, yaitu dengan menggunakan beberapa pernyataan yang berisi mengenai siapa yang disukai (dipilih) dan siapa yang tidak disukai (ditolak) diantara anggota kelompoknya. Jawaban responden tentang siapa yang disukai maupun yang tidak disukai tersebut dapat terdiri dari satu, dua, tiga orang atau lebih.
Dengan angket sosiometri ini akan sangat membantu seorang guru atau konselor dalam pembagian tugas kelompok. Terkhususnya dalam konseling akan membantu pembagian dalam konseling kelompok.

6.      Kuesioner
a)      Pengertian
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data untuk memahami individu dengan cara memberikan suatu daftar pertanyaan tentang berbagai aspek kepribadian individu.[16] Kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang berisi tentang berbagai aspek kepribadian individu, kuesioner itu harus dijawab oleh responden, berdasarkan jawaban responden tersebut, pengumpul data dapat memperoleh informasi tentang individu yang akan dipahami atau diteliti, responden adalah orangyang mengisi kuesioner.
Sebagai teknik untuk memahami individu, kuesioner dimaksudkan untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang sesuai dengan kondisi individu dan bisa dijelaskan atau diterangkan oleh responden.

b)      Macam-macam Pertanyaan Dalam Kuesioner
-          Pertanyaan yang tertutup ialah pertanyaan yang berbentuk dimana responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan didalam kuesioner itu.
Contoh :
Apakah keinginanmu setelah lulus SMA ?
a.       Melanjutkan kuliah
b.      Bekerja
c.       Menikah
d.      Kursus keterampilan
e.       Tidak tahu
-          Pertanyaan terbuka ialah pertanyaan yang masih memberikan kesempatan yang selua-luasnya kepada responden untuk memberikan jawabannya atau tanggapannya terhadap kuesioner tersebut.
Contoh :
Mata Pelajaran apa yang sangat menarik bagi anda ?
a.       ........................................ sebab ........................................
b.      ........................................ sebab ........................................
c.       ........................................ sebab ........................................
d.      ........................................ sebab ........................................
e.       ........................................ sebab ........................................
-          Pertanyaan terbuka dan tertutup ialah campuran atau perpaduan kedua macam pertanyaan diatas
Contoh :
Olah raga diluar sekolah yang saya ikuti adalah
a.       Sepak bola 
b.      Bola Voly
c.       Bulu tangkis
d.      Renang
e.       Bela diri
f.       .........
g.      .........
h.      .........
c)      Macam-macam Kuesioner
1.      Kuesioner tertutup
Merupakan kuesioner yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup, responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang sudah disediakan
2.      Kuesioner terbuka
Merupakan kuesioner yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, responden diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan
3.      Kuesioner terbuka tertutup
Merupakan kuesioner yang pertanyaan-pertanyaannya berupa gabungan dari pertanyaan terbuka dan tertutup baik dalam satu item maupun keseluruhan item.
Kelebihan kuesioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti halnya wawancara, kuesioner pun ada dua macam, yakni kuesioner berstruktur dan kuesioner terbuka. Kelebihan masing-masing kuesioner tersebut hampr sama dengan wawancara.
Cara penyampaian kuesioner ada yang langsung dibagikan kepada siswa, yang setelah diisi langsung dikumpulkan lagi. Ada juga yang dikirim melalui pos. Cara kedua belum menjamin terkumpulnya kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan. Oleh karena itu sebaiknya pengiriman kuesioner dibuat lebih dari yang diperlukan.
Petunjuk yang lebih teknis dalam membuat kuesioner adalah sebagai berikut :
a.       Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner sambil dijelaskan maksud dan tujuannya
b.      Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supayatidak salah. Kalau perlu diberikan contoh
c.       Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden. Identitas cukup mengungkapkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan yang ada kaitannya dengan tujuan kuesioner.
d.      Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudah mengolahnya
e.       Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran
f.       Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian yang sistematis. Hindari penggolongan pertanyaan terhadap indikator atau persoalan yang sama.
g.      Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat atau rumusannya tidak lebih panjang dari pada pertanyaan
h.      Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan si pengisi untuk menjamin keabsahan jawabannya
Tujuan penggunaan kuesioner dalam kegiatan pengajaran adalah
a.       Untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya.
b.      Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya
c.       Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program belajar mengajar
KESIMPULAN

Dari uraian didalam resume ini, dapatlah disimpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia pendidikan kita tidak hanya dapat menggunakan teknik tes. Namun, kita juga dapat menggunakan teknik non tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non tes juga menempati kedudukan yang penting rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, persepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya, yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan teknik tes. Bentuk-bentuk teknik evaluasi non tes seperti observasi, wawancara, sosiometri, skala, daftar cek masalah, dan kuesioner dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi.






















DAFTAR PUSTAKA


Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). 2010. Andi Offset. Yogyakarta

Daryanto. Evaluasi Pendidikan. 2012. Jakarta. Rineka Cipta

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. 2009. Bandung. Remaja Rosdakarya

Pupuh Faturrahman, Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Kosep Umum dan Konsep Islami. 2009. Bandung. Refika Aditama

Rochiati Wiraatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas (untuk meningkatkan kinerja Guru dan Dosen)

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan.  2013. Jakarta. Bumi aksara

Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 2009. Jakarta. Bumi Aksara

Sukardi. Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya). 2012. Jakarta. Bumi Aksara

Susilo Raharjo, Gudnanto. Pemahaman Individu (Teknik non tes). 2013. Jakarta. Kencana





[1] Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 2009. Jakarta. Bumi Aksara. Hlm. 30

[2] Sukardi. Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya). 2012. Jakarta. Bumi Aksara. Hlm. 89

[3] Pupuh Faturrahman, Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Kosep Umum dan Konsep Islami. 2009. Bandung. Refika Aditama. Hlm. 86

[4] Daryanto. Evaluasi Pendidikan. 2012. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm. 35

[5] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. 2009. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hlm. 86

[6] Rochiati Wiraatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas (untuk meningkatkan kinerja Guru dan Dosen). Hlm. 106

[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan. 2013.  Jakarta.  Bumi aksara.  Hlm. 44
[8] Nana Sudjana. Op.Cit. Hlm. 77

[9] Nana Sudjana. Ibid. Hlm. 80

[10] Susilo Raharjo, Gudnanto. Pemahaman Individu (Teknik non tes). 2013. Jakarta. Kencana.  hlm. 68
[11] Susilo Rahardjo, Gudnanto. Op. Cit. Hlm. 150

[12] Ibid. Hlm. 151

[13]Ibid. Hlm. 153

[14] Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). 2010. Andi Offset. Yogyakarta. Hlm. 84
[15] Ibid. Hlm. 161-162
[16] Susilo Raharjo, Gudnanto. Op.Cit. Hlm. 94

0 komentar:

Posting Komentar

 
;