Resume Kelompok II
DISUSUN
OLEH
ADRI HERMAWAN
AIDA NASMA
AIDA WATI
ELI MAHARA
FENNY MAILANI
NASUTION
KHAIRUL AMRI
SURYA MURNI PURBA
INDAH LESTARI
DOSEN PEMBIMBING : ASRAR
ASPIA MANURUNG
JURUSAN :
BIMBINGAN KONSELING ISLAM - 2
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN – SU MEDAN
2014
PENDAHULUAN
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi
sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena
kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui
sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi
penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan
langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan
biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak
digunakan. Namun, tes bukanahsatu-satunya alat dalam proses pengukuran,
penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yaitu teknik non
tes.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, mengumpulkan daftar cek masalah, menilai skala, dan
menyusun sosiometri. Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya
digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotrik.
A. Pengertian Teknik Non Tes
Dilihat dari kata yang menyusunnya maka non
tes dapat diartikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan
tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa
menguji peserta didik. Biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan
dengan soft skill. Terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat
dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau
dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya tidak dapat
diamati dengan panca indra.
B. Jenis-jenis Teknik Non Tes
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik
yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis.[1]
Observasi adalah suatu teknik non tes yang
dilakukan dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi atau pengamatan sebagai alat
penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Maka dari itu observasi dapat mengukur
atau menilai tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada
waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan
penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Dengan melakukan observasi atau
pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan tingkah laku siswa, tingkat
partisifasi dalam kegiatan belajar, tingkat pengertian terhadap objek belajar,
proses kegiatan penguasaan materi, bahkan hasil yang diperoleh dari kegaiatan
belajar.
Dalam evaluasi pembelajaran observasi dapat
digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu
belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi
dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas,
hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan
perilaku sosial lainnya.
Observasi adalah teknik evaluasi yang
menekankan pada penggunaan indera pengelihatan. Agar hasilnya dapat maksimal
pada umumnya seorang evaluator menggunakan ceklis, yakni evaluasi yang banyak
digunakan sebagai pelengkap teknik evaluasi.[2]
2. Jenis-jenis Observasi
Dilihat dari kerangka kerjanya, Observasi dapat dibedakan
sebagai berikut, yaitu:
a) Observasi Berstruktur. Semua aktifitas petugas
observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang
berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi danluas materi
observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b)
Observasi tak berstruktur, semua petugas observasi hanya
dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegiatan oetugas ibservasi danya
dibatasi oleh tujuan ibservasi itu sendiri[3]
Apabila
dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara,
yaitu:
a)
Observai Partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh
pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan
kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika
pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan
demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan
orang-orang dalam kelompok yang diamati.
Contoh:
Untuk mengamati kehidupan mahasiswa menyewa
kamar, pengamat menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.
b)
Observasi Sistematik, yaitu observasi dimana
faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah di atur
menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi
sistematik ini pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian maka pengamat
tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c)
Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental terjadi jika pengamat
tidak berpartisifasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan
unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat
diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[4]
3. Langkah-langkah membuat pedoman observasi
langsung
a) Lakukan terlebih dahulu observasi langsung
terhadap suatu proses tingkah laku, misalnya penampilan guru dikelas. Lalu
dicatat kegiatan yang dilakukannya dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini
dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada saat mengajar sebagai
segi-segi yang akan diamati nanti.
b) Berdasarkan gambaran dari langkah diatas,
penilaian menentukan segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan
diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan segi-segi tersebut sesuai
dengan apa yang seharusnya berdasarkan khazanah pengetahuan ilmiah, misalnya
berdasarkan teori mengajar.
c) Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut,
apakah bentuk bebas (tak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak)
atau pedoman yang tersturktur (memakai kemungkinan jawaban).
d) Sebelum observasi dilaksanakan, didiskusikan
dahulu pedoman observasi yang telah dibuat dengan calon observan agar setiap
segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
e) Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak
ada dalam pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar
pengamat di bagian akhir pedoman observasi.
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian
tergantung pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu, memilih
pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang diamati sangat
diperlukan.[5]
Manfaat observasi dalam penelitian akan
terwujud apabila masukan balik atau feedback dilakukan dengan cermat,
yaitu dengan cara:
·
Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan
dilakukan.
·
Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan
sistematis dan cermat.
·
Berdasarkan data faktual.
·
Data faktual ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah
disetujui.
·
Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang
diobservasi.
·
Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti
lainnya dalam diskusi dua arah.
·
Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus
berikutnya.[6]
2.
Wawancara
(interview )
a)
Pengertian
Wawancara
atau intervie ( interview ) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendadapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak[7].
Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama
sekali untuk mengajukan pertanyakan,
pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Setiap kegiatan wawancara agar memperoleh hasil yang baik
harus memenuhi syarat-syarat valid, relevan, tidak mengandung bias, dan
komunikatif.
b) Macam-macam
Wawancara
Menurut cara pelaksanaan nya
dibagi dengan 2 dua
cara, yaitu :
-
Wawancara bebas, dimana responden
mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tampa dibatasi oleh
patokan- patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
-
Wawancara terpimpin, yaitu wawancara
yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah tersusun terlebih dahulu. Dalam hal ini, responden
tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh sipenanya. Pertanyaan itu
kadang- kadang bersifat sebagai yang memimpin dan mengarahkan, dan penjawab
sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia
tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.
Menurut fungsinya wawancara dibedakan menjadi
tiga yaitu Interview research, interview diagnotis, interview treatment.
-
Interview research, yaitu wawancara yang digunakan untuk
melengkapi data penelitian ilmiah (jika penelitian menggunakan kuesioner atau
selain wawancara sebagai instrumen untuk memperoleh data primer, maka data yang
diperoleh dengan wawancara merupakan data sekunder atau data
pelengkap/pendukung)
-
Interview diagnotis, yaitu wawancara untuk menentukan
latar belakang atau faktor penyebab terjadinya penyakit (masalah) yang dialami
klien
-
Interview treatment adalah wawancara yang ditujukan untuk
terapi katarsis dan penyembuhan. Wawancara treatment merupakan bagian dari
rangkaian wawancara konseling yang utuh sebagaimana telah disebutkan dalam
interview diagnotis.
c) Langkah-langkah Wawancara
a. Persiapan untuk interview. Beberapa hal pokok
yang perlu dipersiapkan konselor untuk melakukan wawancara sebagai berikut
-
Menyiapkan tempat yang tenang untuk melakukan wawancara,
jauh dari hal-hal yang dapat menggangu perhatian dan campur tangan orang lain
-
Mengumpulkan berbagai informasi tentang klien yang ada
hubungannya dengan persoalan yang akan dibicarakan
-
Membuat rencana atau pedoman wawancara
b. Mulai wawancara
-
Menciptakan hubungan baik (Rapport) dengan siswa
-
Menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya wawancara
-
Mengenal dan memahami pandangan pihak siswa serta
mengikuti teknik wawancara yang sesuai dengan kepribadiannya
-
Menempatkan diri dalam dunia siswa
-
Mendorong siswa untuk mengemukakan informasi atau masalah
yang akan diungkap atau diketahui yang melakukan wawancara
c. Inti wawancara
-
Merumuskan masalah
-
Eksplorasi
-
Konsolidasi
-
Perencanaan
d) Akhir wawancara
-
Menyimpulkan hasil wawancara
-
Memantapkan hasil yang telah disepakati
-
Penilaian hasil upaya yang telah diperoleh
-
Menentukan waktu wawancara berikutnya
-
Menghentikan wawancara atas kehendak bersama dengan tetap
membina rapport
3. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap,
minat dan perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk
dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Dalam uraian ini hanyaakan dijelaskan skala penilaian
(rating scale) dan skala sikap.
a. Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian mengukur penampilan atau
perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada
suatu titik kontinium atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau
kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Rentangan ini bisa dalambentuk huruf (A,B,C,D), angka (4,3,2,1), atau 10, 9, 8,
7, 6, 5. Sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik,
sedang, kurang.[8]
b. Skala Sikap
Skala Sikap digunakan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap yakni
mendukung (positif), menolak (negatif) dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah
kecenderungan perilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi
seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya.[9]
Ada tiga komponen sikap yakni kognisi, afeksi
dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objekatau
stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi
objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengn keenderungan berbuat terhadap
objek tersebut. Oleh sebab itu sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada
objek tertentu, misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap mahasiswa
terhadap pendidikan politik, atau sikap guru terhadap propesinya. Skala sikap
dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh respoden, apakah
pernyataan pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rintangan nilai tertentu.
Oleh sebab itu,pernataan yang diajukan dibagi kedalam dua kategori, yakni
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering
digunakan adalah skala Likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan nyang
diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan
sangat setuju, setuju tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal
penggunaannya konsisten.
Beberapa petunjuk untuk menyusun skala likert
a. Tentukan objek yang dituju, kemudian tetapkan
variabel yang akan diukur dengan skala tersebut
b. Lakukan analisis variabel tersebut menjadi
beberapa subvariabel atau dimensi variabel, lalu kembangkan indikator setiap
dimensi tersebut.
c. Dari setiap indikator diatas, tentukan ruang
lingkup pernyataan sikap yang berkenaan dengan aspek kognisi, afeksi, dan
konasi terhadap objek sikap.
d. Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek
terssbut dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif,
secara seimbang banyaknya.
4. DAFTAR CEK MASALAH
a) Pengertian
Daftar cek masalah (DCM) merupakan daftar cek
ang khusus disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah-masalah
atau problem yang pernah atau sedang dialami seseorang.[10]
Penggunaan DCM dilakukan atas dasar pertimbangan efisien, intensif, validitas,
dan rehabilitas.
b) Fungsi dan Kegunaan DCM
-
Fungsi DCM
1) Untuk memudahkan individu mengmukakan masalah
yang pernah dan sedang dialami.
2) Untuk sistematisasi jenis masalah yang ada
pada individu agar memudahkan analisis dan sintesis dengan cara/alat lain.
3) Untuk menyarankan suatu prioritas program
pembelajaran
-
Kegunaan DCM
1) Untuk melengkapi data individu yang sudah ada
2) Untuk mengenali individu yang perlu segera
mendapat bimbingan khusus
3) Sebagai pedoman penyusunan program klasikal
dan bimbingan kelompok pada umumnya
4) Untuk mendalami masalah individu maupun
kelompok.
c) Petunjuk Pengadministrasisan DCM
-
Petunjuk bagi instruktur
Dalam melaksanakan DCM tugas yang harus
dilakukan oleh instruktur yang mencakup persiapan yaitu sebelum melaksanakan
dan pelaksanaan yaitu menjelang dan pada waktu mengerjakan.
·
Hal-hal penting dalam persiapan adalah :
a. Menyiapkan bahan (buku DCM) sesuai dengan
jumlah siswa
b. Menguasai petunjuk cara mengerjakan DCM
·
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
meliputi berbagai kegiatan, antara lain :
a) Mengontrol situasi ruangan
b) Instruktur menerangkan maksud menggunakan DCM
tersebut
c) Menuruh siswa mempersiapkan alat tulis
d) Membagikan lembar DCM
e) Menginstruksikan kepada siswa untuk menulis
identitas dan tanggal pelaksanaan DCM
f) Membagikan buku DCM
g) Membacakan petunjuk cara mengerjakan DCM
h) Memberi contoh misal menulis di papan tulis atau dilaar lcd cara
mengerjakan DCM, yaitu memberi tanda ceklis pada nomor dilembar jawaban yang
item nomor tersebut menjadi masalah bagi dirinya
i)
Memberi instruksi menegerjakan DCM, mengingatkan agar
para siswa mengerjakan dengan tenang teliti dan memberi tahukan waktu yang
disediakan cukup lama kurang lebih 40 menit
j)
Mengontrol apakah siswa telah mengerjakan DCM dengan
benar
k) Mengumpulkan pekerjaan siswa
-
Petunjuk bagi siswa
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh siswa
yaitu
a) Siswa harus mempunyai minat dan kemauan untuk mengutakarakan
masalah ang sebenarnya
b) Siswa harus menyadari bahwaa jika ia
mengerjakan secara asal-asalan ataupun tidak serius hanya akan memrugikan
dirinya sendiri
c) Siswa harus menulis identitas dirinya sendiri
d) Siswa harus mematuhi tata cara mengerjakan DCM.
5. Sosiometri
a) Pengertian Sosiometri
Dengan demikian, sosiometri dapat diartikan sebagai suatu metode
atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang
jaringan hubungan sosial antara individu dalam suatu kelompok, berdasarkan
preferensi pribadi antar anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi
dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan
tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota
kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering terjadi
bahwa kegiatan yang berbeda, individu memilih teman yang berbeda pula.
Teknik sosiometri bermaksud menemukan dan mencatat relasi aktif
tentang struktur kelompok, yatu pola saling tertarik dan saling menolak. Untuk
itu ada dua kriteria yang digunakan oleh pengumpul data, yaitu kriteria afektif
dan kriteria fungsional.[11]
Dengan perkataan sosiometri sebenarnya telah menunjukkan kepada
kita yaitu tentang “ukuran berteman”. Jadi dengan sosiometri ini kita dapat
melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik
tidaknya seseorang berteman atau bergaul dapat kita lihat dengan menggunakan
sosiometri ini. Sehingga dengan demikian besar sekali bantuan sosiometri untuk
mendapatkan data sekitar siswa terutama dalam hubungan atau interaksi sosialnya.
Sosiometri
merupakan teknik yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial
dan tingkah laku sosial peserta didik. Dengan teknik ini dapat
diperoleh data tentang suasana hubungan antar individu, struktur dan arah
hubungan sosial. Gambaran suasana hubungan sosial yang diperoleh dengan
sosiometri disebut sosiogram. Dari data sosiometri individu dapat diketahui
keluasan dan kedalaman pergaulan (keintiman pergaulan), status pemilihan atau
penolakan sesama teman, dan popularitas dalam pergaulan.
b) Langkah-langkah Mengolah Hasil Sosiometri
Data
psikologis yang dikumpulkan dengan angket sosiometri masih sulit untuk
dianalisis dan dipahami (dibaca) apabila belum diolah. Agar data sosiometri
mudah dipahami siapa yang populer (paling disukai) dan siapa yang terisolasi
(tidak disukai), maka data tersebut harus disajikan dalam bentuk tabel (disebut
matrik sosiometri) dan bentuk gambar (sosiogram).
Penggunaan
sosiometri terikat pada suatu pergaulan sosial atau kriteria tertentu yang
lingkupnya tidak terlalu luas misalnya satu kelas disekolah. Sosiometri sebagai
salah satu metode memahami interaksi sosial individu dilaksanakan dengan
prosesdur sebagai berikut:
a.
Menentukan
kelompok yang akan dipahami dengan metode sosiometri
b.
Menyusun angket
sosiometri atau tes sosiometri untuk diisi oleh anggota kelompok
c.
Siswa yang
tergabung dalam satu kelompok, misalnya kelas diberi penjelasan bahwa perlu
dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil, dalam rangka mengadakan kegiatan
tertentu, seperti “kelompok belajar”; “camping dihutan wisata”; dan “teman
duduk sebangku”. Kegiatan tertentu tersebut merupakan situasi pergaulan sosial
yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan individu dalam kelompok.[12]
d.
Setiap siswa
diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman didalam
kelompok, dan dengan siapa dia tidak ingin dan tidak suka melakukan kegiatan
itu. Jumlah teman yang dipilih dan tidak dipilih sebagai teman kelompok
ditentukan satu orang, dua orang, ataukah tiga orang dengan urutan pilihan
pertama, kedua dan ketiga.
e.
Setelah angket
sosiometri diisi, kemudian di tabulasi dalam metriks sosiometri.
f.
Berdasarkan
matriks sosiometri maka data sosiometri dianalisis dengan cara :
1.
menggambarkan
sosiogram
2.
menganalisis
hubungan sosial secara keseluruhan
3.
menghitung
indeks sosiometri
4.
mengisi kartu
sosiometri secara individual
Dengan melihat sosiogram kita akan dapat memperoleh informasi
tentang:
a.
Besarnya jumlah
pemilih untuk setiap individu
b.
Arah pilihan
dari dan terhadap individu tertentu
c.
Kwalitas arah
pilihan
d.
Ada tidaknya
isolasi
e.
Kecenderungan
terbentuknya anak kelompok[13]
Apa
yang dicapai dengan angket (kuesioner) sosiometris pada umumnya akan diolah
lebih lanjut. Hasil dari kuesioner itu akan dimasukkan dalam daftar tabulasi
dan dikalkulasi menjadi suatu bentuk matriks,ini yang disebut analisis matriks.
Perhitungan dari hasil sosiometri itu kemudian dibuat menjadi sosiogram.[14]
Berdasarkan
kajian Rahardjo (1998) merumuskan analisis indeks sosiometri biasanya ditinjau
dari status pemilihan (cs = choice status), status penolakan (rs = rejection
status), dan indeks pemilihan penolakan (crs = choice and rejection status).
1)
Status
pemilihan
keterangan :
A = Kode orang yang dicari statusnya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
P = Banyaknya pilihan dari setiap orang yang ditentukan dalam
angket sosiometri
Dalam rumus versi baru ini, pembaginya bukan N - 1 tetapi N x p.
2)
Status
penolakan
x -1
keterangan :
B = Kode orang
yang dicari statusnya dalam kelompok
N = Jumlah
orang dalam kelompok
t = Banyaknya penolakan setiap orang yang
ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam
indeks ini bergerak dari 0 sampai dengan -1. Indeks -1 berarti semua siswa
dalam kelompok menolak individu yang diselidiki, sedang 0 berarti tidak ada
yang menolak.
3)
Status
pemilihan penolakan
keterangan :
C = Kode orang yang dicari statunya dalam
kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
q =
banyaknya pilihan/penolakan setiap orang yang ditentukan dalam angket
sosiometri
Dalam indeks ini bergerak dari -1 hingga 1.
Indeks -1 Berarti semua siswa dalam kelompok menolak individu yang diselidiki
tanpa ada yang memilih, 0 berarti tidak ada yang memilih atau menolak, 1
berarti semua individu memilih dia tanpa ada yang menolak.[15]
c)
Angket
Sosiometri
Instrumen
atau alat untuk memperoleh materi sosiometri adalah angket sosiometri, yaitu
dengan menggunakan beberapa pernyataan yang berisi mengenai siapa yang disukai
(dipilih) dan siapa yang tidak disukai (ditolak) diantara anggota kelompoknya.
Jawaban responden tentang siapa yang disukai maupun yang tidak disukai tersebut
dapat terdiri dari satu, dua, tiga orang atau lebih.
Dengan
angket sosiometri ini akan sangat membantu seorang guru atau konselor dalam
pembagian tugas kelompok. Terkhususnya dalam konseling akan membantu pembagian
dalam konseling kelompok.
6. Kuesioner
a) Pengertian
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data
untuk memahami individu dengan cara memberikan suatu daftar pertanyaan tentang
berbagai aspek kepribadian individu.[16]
Kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang berisi tentang
berbagai aspek kepribadian individu, kuesioner itu harus dijawab oleh
responden, berdasarkan jawaban responden tersebut, pengumpul data dapat
memperoleh informasi tentang individu yang akan dipahami atau diteliti,
responden adalah orangyang mengisi kuesioner.
Sebagai teknik untuk memahami individu,
kuesioner dimaksudkan untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang
sesuai dengan kondisi individu dan bisa dijelaskan atau diterangkan oleh
responden.
b) Macam-macam Pertanyaan Dalam Kuesioner
-
Pertanyaan yang tertutup ialah pertanyaan yang berbentuk
dimana responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan didalam
kuesioner itu.
Contoh :
Apakah keinginanmu setelah lulus SMA ?
a.
Melanjutkan kuliah
b.
Bekerja
c.
Menikah
d.
Kursus keterampilan
e.
Tidak tahu
-
Pertanyaan terbuka ialah pertanyaan yang masih memberikan
kesempatan yang selua-luasnya kepada responden untuk memberikan jawabannya atau
tanggapannya terhadap kuesioner tersebut.
Contoh :
Mata Pelajaran apa yang sangat menarik bagi anda ?
a.
........................................ sebab
........................................
b.
........................................ sebab
........................................
c.
........................................ sebab
........................................
d.
........................................ sebab
........................................
e.
........................................ sebab
........................................
-
Pertanyaan terbuka dan tertutup ialah campuran atau
perpaduan kedua macam pertanyaan diatas
Contoh :
Olah raga diluar sekolah yang saya ikuti
adalah
a.
Sepak bola
b.
Bola Voly
c.
Bulu tangkis
d.
Renang
e.
Bela diri
f.
.........
g.
.........
h.
.........
c) Macam-macam Kuesioner
1. Kuesioner tertutup
Merupakan kuesioner yang menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tertutup, responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang
sudah disediakan
2. Kuesioner terbuka
Merupakan kuesioner yang menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka, responden diberikan kesempatan sebebas-bebasnya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan
3. Kuesioner terbuka tertutup
Merupakan kuesioner yang
pertanyaan-pertanyaannya berupa gabungan dari pertanyaan terbuka dan tertutup
baik dalam satu item maupun keseluruhan item.
Kelebihan kuesioner dari wawancara ialah
sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya ialah
jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang
memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti halnya wawancara, kuesioner pun ada
dua macam, yakni kuesioner berstruktur dan kuesioner terbuka. Kelebihan
masing-masing kuesioner tersebut hampr sama dengan wawancara.
Cara penyampaian kuesioner ada yang langsung
dibagikan kepada siswa, yang setelah diisi langsung dikumpulkan lagi. Ada juga
yang dikirim melalui pos. Cara kedua belum menjamin terkumpulnya kembali sesuai
dengan jumlah yang dibagikan. Oleh karena itu sebaiknya pengiriman kuesioner
dibuat lebih dari yang diperlukan.
Petunjuk yang lebih teknis dalam membuat
kuesioner adalah sebagai berikut :
a. Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan
mengisi kuesioner sambil dijelaskan maksud dan tujuannya
b. Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya
supayatidak salah. Kalau perlu diberikan contoh
c. Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan
identitas responden. Identitas cukup mengungkapkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan yang ada kaitannya dengan tujuan
kuesioner.
d. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa
kategori atau bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudah
mengolahnya
e. Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi
jelas sehingga tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran
f. Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan
pertanyaan lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian
yang sistematis. Hindari penggolongan pertanyaan terhadap indikator atau
persoalan yang sama.
g. Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat
atau rumusannya tidak lebih panjang dari pada pertanyaan
h. Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda
tangan si pengisi untuk menjamin keabsahan jawabannya
Tujuan penggunaan kuesioner dalam kegiatan
pengajaran adalah
a. Untuk memperoleh data mengenai latar belakang
siswa sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan proses
belajarnya.
b. Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar
yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya
c. Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam
menyusun kurikulum dan program belajar mengajar
KESIMPULAN
Dari uraian didalam resume ini, dapatlah
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia pendidikan kita tidak
hanya dapat menggunakan teknik tes. Namun, kita juga dapat menggunakan teknik
non tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non tes juga
menempati kedudukan yang penting rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih
evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti
persepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, persepsi terhadap guru, bakat dan
minat, dan sebagainya, yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan
menggunakan teknik tes. Bentuk-bentuk teknik evaluasi non tes seperti
observasi, wawancara, sosiometri, skala, daftar cek masalah, dan kuesioner
dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo
Walgito. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). 2010. Andi
Offset. Yogyakarta
Daryanto. Evaluasi Pendidikan. 2012.
Jakarta. Rineka Cipta
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. 2009. Bandung. Remaja Rosdakarya
Pupuh Faturrahman, Sobry Sutikno. Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Kosep Umum dan Konsep Islami. 2009.
Bandung. Refika Aditama
Rochiati Wiraatmadja. Metode Penelitian
Tindakan Kelas (untuk meningkatkan kinerja Guru dan Dosen)
Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar
evaluasi pendidikan. 2013. Jakarta.
Bumi aksara
Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. 2009. Jakarta. Bumi Aksara
Sukardi. Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan
Operasionalnya). 2012. Jakarta. Bumi Aksara
Susilo Raharjo, Gudnanto. Pemahaman
Individu (Teknik non tes). 2013. Jakarta. Kencana
[3] Pupuh Faturrahman, Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Kosep Umum dan Konsep Islami. 2009. Bandung. Refika Aditama. Hlm.
86
[5] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. 2009.
Bandung. Remaja Rosdakarya. Hlm. 86
[6] Rochiati Wiraatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas (untuk
meningkatkan kinerja Guru dan Dosen). Hlm. 106
[12] Ibid. Hlm.
151
[14] Bimo Walgito. Bimbingan
dan Konseling (Studi & Karier). 2010. Andi Offset. Yogyakarta. Hlm. 84
[15] Ibid. Hlm.
161-162
0 komentar:
Posting Komentar