Kamis, 01 Mei 2014

Angket dan Sosiometri




MAKALAH KELOMPOK 3
Angket dan Sosiometri
                                                                                     






DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
EKA LESTARI
JULIA VIKA ANDRIANI MARPAUNG
YANA LESTARI SIHOTANG

 DOSEN PEMBIMBING  : Drs. KHAIRUDDIN. M.Pd
 MATA KULIAH            : INSTRUMEN KONSELING I
 JURUSAN                     : BIMBINGAN KONSELING ISLAM 2
 FAKULTAS                   : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014


PENDAHULUAN

Dalam proses konseling seorang konselor membutuhkan sebuah alat bantu dalam mendapatkan data untuk melakukan suatu program ataupun konseling. Angket dan Sosiometri adalah salah satu instrumen yang sering digunakan seorang konselor dalam memperoleh data atau keterangan yang dibutuhkan untuk melakukan analisis yang dilakukan oleh konselor dalam memahami individu dalam jumlah banyak.  
Seperti halnya dalam penggunaan angket yang dilakukan dengan beberapa pertanyaan dan pernyataan berupa tulisan yang dibagikan kepada responden untuk mendapatkan data pribadi atau pendapat dan lain-lain.  Sosiometri sendiri dibutuhkan konselor untuk memahami individu terutama terhadap jaringan sosialnya.
Dalam makalah ini, akan kami bahas tentang Angket dan Sosiometri baik dari pengertian, cara pelaksanaan hingga kelebihan dan kekurangan masing-masing instrument.
















ANGKET DAN SOSIOMETRI

A.    ANGKET

1.      Pengertian Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh siswa yang menjadi sasaran dari angket tersebut ataupun dari orang lain.[1]
Menurut pemakalah angket merupakan salah satu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang di ajukan kepada responden (peserta didik, orang tua, atau masyarakat)
Didalam konseling angket dibutuhkan untuk mendapatkan data terhadap seseorang ataupun beberapa orang secara sekaligus, dan biasanya angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang minat dan bakat yang dimiliki oleh seseorang ataupun beberapa orang secara sekaligus.
Pertanyaan dalam angket tergantung maksud serta tujuan evaluasi yang ingin dicapai. Hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap bentuk pertanyaan yang ada didalam angket itu pada umumnya didalam angket didapati dua bagian besar yaitu:
a.       Bagian yang mengandung data identifikasi siswa, yakni yang mengandung data tentang pribadi siswa yang dikenai angket itu misalnya nama siswa, kelas, nomor induk, tempat tanggal lahir, dan lain-lain. 
b.      Bagian yang mengandung pertanyaan fakta/opini yakni pertanyaan yang dipergunakan untuk mendapatkan fakta atau opini.[2]
Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat didalam angket harus diisi oleh siswa atau orang yang dikenai angket dengan jujur agar data yang diperoleh lebih berkualitas.


2.      Macam-macam angket
Ø  Macam-macam angket ditinjau dari pertanyaannya adalah sebagai berikut:
a.       Pertanyaan yang tertutup
Yaitu dimana siswa atau orang yang menjadi sasaran angket itu tinggal memilih jawaban-jawaban yang disediakan didalam angket itu, jadi jawabannya terikat.
b.      Pertanyaan yang terbuka
Dimana siswa atau orang yang menjadi sasaran angket itu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan jawabannya atau tanggapannya terhadap pertanyaan yang diajukan. Biasanya kalau hendak mendapatkan opini, ditempuhlah open question ini.
c.       Pertanyaan yang terbuka dan tertutup
Yang merupakan campuran kedua macam pertanyaan tersebut diatas.

Ø  Macam-macam angket ditinjau dari cara memberikan:
a.       Angket yang langsung
Angket ini diberikan kepada siswa atau orang lain yang menjadi sasarannya guna mendapatkan jawaban langsung dari tangan pertama.
b.      Angket yang tidak langsung
Untuk mendapatkan jawaban dibutuhkan perantara. Misalnya, orang tua menjawab untuk keterangan anak-anaknya, guru pembimbing menjawab untuk keterangan siswa dan sebagainya. [3]

3.      Ciri-ciri Metode Angket :
Ø  Angket disertai surat pengantar, antara lain berisi penjelasan tentang tujuan dan pentingnya penelitian beserta harapan peneliti terhadap responden di dalam menyikapi anket yangdi sertakan bersama surat pengantar.
Ø  Tata fisik angket, perlu di buat semenarik mungkin, termasuk tata ketikannya; tulisannya terbaca denga jelas, tidak kabur.
Ø  Petunjuk pengisiannya jelas dan lengkap ; istilah-istilah penting dalam ( termasuk istilah teknis. Kalau ada) istilah hendaknya di beri penjelasan.
Ø  Pertanyaan di kemukakan mengukuti alur yang baik, dari hal-hal yang umum menuju ke hal-hal yang lebih spesifik.
Ø  Data yang di peroleh relatif mudah di olah ( termasuk prosestabulasinya) dan di tafsirkan.[4]

4.      Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan angket
a.       Pergunakanlah angket didalam situasi atau keadaan yang setepat-tepatnya misalnya.  Kalau kurang waktu, sedang objeknya banyak
b.      Tentukan terlebih dahulu tujuan pengajaran, tujuan evaluasi dan sesuai dengan tujuan dari pertanyaan itu baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Karena tujuan pertanyaan ini akan menentukan pertanyaan yang akan disusun
c.       Tentukanlah dan susunlah pertanyaan itu dengan sebaik-baiknya.

5.      Hal-hal yang harus diperhatikan seputar pertanyaan didalam angket
a.       Pertanyaan hendaknya pendek dan jelas (mudah dimengerti)
b.      Pertanyaan hendaknya hanya satu jawaban
c.       Pertanyaan harus konkrit tidak abstrak, sehingga siswa atau orang lain yang jadi sasaran dapat menjawab dengan tepat dan benar
d.      Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan lebih lanjut
e.       Pertanyaan jangan menyinggung perasaan siswa atau orang yang akan menjawabnya
f.       Pertanyaan hendaknya jangan sampai ganda
g.      Bila pertanyaan telah ditentukan maka pertanyaan digolong-golongkan menurut golongannya masing-masing, agar supaya lebih sestematis dan akan mudah didalam mengolahnya lebih lanjut.
h.      Bila telah disusun adakan pengecekan kembali untuk memeriksa apakah ada bagian-bagian yang perlu diperbaiki baik mengenai kata-katanya maupun kalimat-kalimatnya.

6.      Menyusun angket
Pertanyaan-pertanyaan pada angket, bisa berbentuk tertutup (berstruktur), dan bisa berbentuk terbuka ( tak berstruktur)
Di sebut suatu pertanyaan berstruktur apabila jawaban pertanyaan tersebut telah di sediakan “kemungkinan pilihannya”, sehingga responden tinggal memilih yang sesuai. Contoh pertanyaan tertutup atau berstruktur adalah sebagai berikut:
1.      Apakah agama yang ada anut ?
a.       Islam
b.      Katolik
c.       Kristen protestan.
d.      Hindu
e.       Budha.
Konstruksi item dari pertanyaan tertutup atau berstruktur (kadang-kadang di sebut juga dengan angket terbatas atau pertanyaan terbatas) bisa bermacam-macam. Ada konstruksi item yang perpola “ Ya/ Tidak” misalnya sebagai berikut.
Apakah anda termasuk mahasiswa yang memperoleh beasiswa ?
a.       Ya.
b.      Tidak.[5]

7.      Keuntungan dan Kelemahan Metode Angket
Ø  Keuntungan metode angket
a.       Praktis, yaitu dalam waktu yang singkat dapat memperoleh data yang banyak dan juga dapat dijalankan walaupun guru tidak berhadapan langsung dengan orang yang menjadi sasaran.
b.      Menghemat tenaga.
c.       Siswa atau orang lain yang menjadi sasaran dapat menjawab dengan leluasa.

Ø  Kelemahan metode angket
a.       Oleh karena ada kemungkinan tidak dapat berhadapan langsung dengan siswa atau bila ada pertanyaan yang kurang jelas tidak akan dapat dijelaskan lebih lanjut
b.      Kurang jelasnya pertanyaan-pertanyaan menyebabkan kurang validnya data yang diperoleh
c.       Sifatnya kaku, karena pernyataan-pernyataan telah tertentu sehingga tidak dapat dirubah sesuai dengan kemampuan siswa atau orang yang menjadi sasaran yang akan menjawabnya
d.      Sukar untuk mengadakan checking terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa atau orang yang dikenai pertanyaan.
e.       Biasanya tidak semua pertanyaan itu dapat kembali
f.       Hanya digunakan untuk responden yang mampu membaca dan menulis.

2.      SOSIOMETRI

1.      Pengertian Sosiometri
Jacob Levy moreno membuat istilah sosiometri dan menggunakannya dalam studi tentang sosiometri yang dilakukan antara 1932-1938 di New York. Istilah sosiometri berasal dari bahasa latin socius yang berarti sosial, dan metrum yang diartikan sebagai pengukuran. Berdasarkan kata dasar ini, sosiometri digunakan sebagai cara untuk mengukur tingkat antar hubungan individu dalam kelompok. Pengukuran tentang antar hubungan tersebut berguna tidak hanya dalam melakukan assesment terhadap perilaku individu dalam kelompok, tapi juga untuk melakukan interpensi untuk menghasilkan perubahan positif dan menentukan seberapa luasnya perubahan itu. Dalam kerja kelompok, sosiometri merupakan alat mengukur kekuatan penurunan konflik dan memperbaiki komunikasi, karena sosiometri kelompok memnbolehkan untuk melihat dirinya secara objektiv dan untuk menganalisis dinamika kelompoknya. Sosiometri ini juga alat yang bagus untuk meng-asses dinamika dan perkembangan dalam kelompok pencurahan untuk terapi atau pelatihan.
Dengan demikian, sosiometri dapat diartikan sebagai suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antara individu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antar anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering terjadi bahwa kegiatan yang berbeda, individu memilih teman yang berbeda pula.
Teknik sosiometri bermaksud menemukan dan mencatat relasi aktif tentang struktur kelompok, yatu pola saling tertarik dan saling menolak. Untuk itu ada dua kriteria yang digunakan oleh pengumpul data, yaitu kriteria afektif dan kriteria fungsional.[6]
Dengan perkataan sosiometri sebenarnya telah menunjukkan kepada kita yaitu tentang “ukuran berteman”. Jadi dengan sosiometri ini kita dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik tidaknya seseorang berteman atau bergaul dapat kita lihat dengan menggunakan sosiometri ini. Sehingga dengan demikian besar sekali bantuan sosiometri untuk mendapatkan data sekitar siswa terutama dalam hubungan atau interaksi sosialnya.
Sosiometri merupakan teknik yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial peserta didik. Dengan teknik ini dapat diperoleh data tentang suasana hubungan antar individu, struktur dan arah hubungan sosial. Gambaran suasana hubungan sosial yang diperoleh dengan sosiometri disebut sosiogram. Dari data sosiometri individu dapat diketahui keluasan dan kedalaman pergaulan (keintiman pergaulan), status pemilihan atau penolakan sesama teman, dan popularitas dalam pergaulan.



2.      Angket Sosiometri
Instrumen atau alat untuk memperoleh materi sosiometri adalah angket sosiometri, yaitu dengan menggunakan beberapa pernyataan yang berisi mengenai siapa yang disukai (dipilih) dan siapa yang tidak disukai (ditolak) diantara anggota kelompoknya. Jawaban responden tentang siapa yang disukai maupun yang tidak disukai tersebut dapat terdiri dari satu, dua, tiga orang atau lebih.[7]
Dengan angket sosiometri ini akan sangat membantu seorang guru atau konselor dalam pembagian tugas kelompok. Terkhususnya dalam konseling akan membantu pembagian dalam konseling kelompok.

3.      Menggambarkan Hasil Angket Sosiometri
Data psikologis yang dikumpulkan dengan angket sosiometri masih sulit untuk dianalisis dan dipahami (dibaca) apabila belum diolah. Agar data sosiometri mudah dipahami siapa yang populer (paling disukai) dan siapa yang terisolasi (tidak disukai), maka data tersebut harus disajikan dalam bentuk tabel (disebut matrik sosiometri) dan bentuk gambar (sosiogram).
Penggunaan sosiometri terikat pada suatu pergaulan sosial atau kriteria tertentu yang lingkupnya tidak terlalu luas misalnya satu kelas disekolah. Sosiometri sebagai salah satu metode memahami interaksi sosial individu dilaksanakan dengan prosesdur sebagai berikut:
a.       Menentukan kelompok yang akan dipahami dengan metode sosiometri
b.      Menyusun angket sosiometri atau tes sosiometri untuk diisi oleh anggota kelompok
c.       Siswa yang tergabung dalam satu kelompok, misalnya kelas diberi penjelasan bahwa perlu dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil, dalam rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti “kelompok belajar”; “camping dihutan wisata”; dan “teman duduk sebangku”. Kegiatan tertentu tersebut merupakan situasi pergaulan sosial yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan individu dalam kelompok.[8]
d.      Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman didalam kelompok, dan dengan siapa dia tidak ingin dan tidak suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang dipilih dan tidak dipilih sebagai teman kelompok ditentukan satu orang, dua orang, ataukah tiga orang dengan urutan pilihan pertama, kedua dan ketiga.
e.       Setelah angket sosiometri diisi, kemudian di tabulasi dalam metriks sosiometri.
f.       Berdasarkan matriks sosiometri maka data sosiometri dianalisis dengan cara :
1.      menggambarkan sosiogram
2.      menganalisis hubungan sosial secara keseluruhan
3.      menghitung indeks sosiometri
4.      mengisi kartu sosiometri secara individual
Dengan melihat sosiogram kita akan dapat memperoleh informasi tentang:
a.       Besarnya jumlah pemilih untuk setiap individu
b.      Arah pilihan dari dan terhadap individu tertentu
c.       Kwalitas arah pilihan
d.      Ada tidaknya isolasi
e.       Kecenderungan terbentuknya anak kelompok[9]
Apa yang dicapai dengan angket (kuesioner) sosiometris pada umumnya akan diolah lebih lanjut. Hasil dari kuesioner itu akan dimasukkan dalam daftar tabulasi dan dikalkulasi menjadi suatu bentuk matriks,ini yang disebut analisis matriks. Perhitungan dari hasil sosiometri itu kemudian dibuat menjadi sosiogram.[10]
Berdasarkan kajian Rahardjo (1998) merumuskan analisis indeks sosiometri biasanya ditinjau dari status pemilihan (cs = choice status), status penolakan (rs = rejection status), dan indeks pemilihan penolakan (crs = choice and rejection status).
Rumus yang digunakan untuk mencari masing-masing status sebagai berikut:
a.      Versi Teori
1)      Status pemilihan (choice status = cs)
atau :
Keterangan :
A = Kode orang yang diselidiki dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok

Indeks pemilihan ini bergerak dari 0 hingga 1. Kalau orang yang memperoleh indeks yang mendekati angka 1 berarti tingkat popularitasnya tinggi, sedang yang memperoleh indeks 0 berarti tidak ada yang memilih (tidak popular, terasing).

2)      Status Penolakan (rejection status = rs)
keterangan :
B = Kode orang yang diselidiki dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok

Indeks penolakan ini bergerak dari 0 hingga 1. Individu yang memperoleh indkes rs = -1 berarti semua siswa dalam kelompok menolak individu yang bersangkutan, sedang individu yang memperoleh indeks rs = 0 berarti tidak ada yang menolak

3)      Indeks pemilihan penolakan (choice and rejection status = crs)
ketrangan :
C = Kode orang yang diselidiki dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok

Indeks ini bergerak dari -1 hingga 1. Indeks -1 berarti individu paling ditolak, sedang 1 berarti paling populer.[11]

b.      Versi Baru
1)      Status pemilihan
keterangan :
A = Kode orang yang dicari statusnya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
P = Banyaknya pilihan dari setiap orang yang ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam rumus versi baru ini, pembaginya bukan N - 1 tetapi N x p.

2)      Status penolakan
 x -1
keterangan :
B = Kode orang yang dicari statusnya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
t   = Banyaknya penolakan setiap orang yang ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam indeks ini bergerak dari 0 sampai dengan -1. Indeks -1 berarti semua siswa dalam kelompok menolak individu yang diselidiki, sedang 0 berarti tidak ada yang menolak.

3)      Status pemilihan penolakan
keterangan :
C = Kode orang yang dicari statunya dalam kelompok
N = Jumlah orang dalam kelompok
q  = banyaknya pilihan/penolakan setiap orang yang ditentukan dalam angket sosiometri
Dalam indeks ini bergerak dari -1 hingga 1. Indeks -1 Berarti semua siswa dalam kelompok menolak individu yang diselidiki tanpa ada yang memilih, 0 berarti tidak ada yang memilih atau menolak, 1 berarti semua individu memilih dia tanpa ada yang menolak.[12]

4.      Kelebihan dan Kekurangan Sosimetri
Untuk memahami siswa didalam kelas, sosiometri merupakan metode pemahaman individu yang tepat digunakan oleh konselor dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Namun demikian perlu disadari oleh konselor bahwa metode sosiometri ini mempunya kelebihan dan kekuarangan yang perlu diperhatikan

A.    Kelebihan Sosiometri
1.      Teknik ini relatif sederhana, dilaksanakan berdasarkan pada pilihan murid kepada kawanya dalam beberapa situasi kelompok atau aktifitas.
2.      Pemberian informasi yang akurat tentang latarbelakang seorang murid dipilih dan atau ditolak oleh murid lainnya.
3.      Memberikan kesempatan kepada konselor untuk melakukan analisis kualitatif dan atau kuantitatif. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan menganalisis sosiogram untuk mengetahui konfigurasi hubungan sosial. Sementara itu analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis indeks tentang status pilihan.
4.      Memiliki keakuratan untuk mengorganisasikan kelompok-kelompok kelas.
5.      Meningkatkan penyesuaian sosial individu murid.
6.      Meningkatkan struktur sosial kelompok
7.      Memberikan gambaran tentang ada tidaknya jaringan sosial antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.[13]

B.     Kelemahan Sosiometri
1.      Semua murid harus berpartisipasi dalam aktifitas maupun situasi kelompok, jika ada murid yang tidak berpartisipasi maka konselor akan mengalami kesulitan untuk mendudukkan murid yang bersangkutan murid lainnya dalam sosiogram.
2.      Komitmen konselor untuk menjaga kerahasiaan pilihan-pilihan atau penolakan-penolakan setiap murid. Jika konselor tidak dapat menjaga rahasia tersebut.[14]



















KESIMPULAN

Angket merupakan suatu teknik atau cara memahami siswa dengan mengadakan komunikasi tertulis, yaitu dengan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden secara tertulis pula.
Dilihat dari bentuk pertanyaannya, angket terbagi kepada tiga , yaitu angket tertutup, angket terbuka, dan angket terbuka tertutup. Sementara itu ditinjau dari cara memberikannya, angket dapa dibedakan menjadi angket langusng dan angket tidak langsung. Suatu angket yang baik harus dilakukan dengan yang baik pula . kelebihan angket antara lain dapat memperoleh data yang banyak dari responden yang banyak pula dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan kelemahan yang paling mendasar adalah bahwa angket hanya diperuntukkan bagi responden yang mampu membaca dan menulis.
Sosiometri merupakan metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan Hubungan sosial antar-individu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota kelompok untuk melakukan suatu kegiatan tertentu.
Alat untuk memperoleh materi sosiometri adalah angket sosiometri, yaitu dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang berisi mengenai siapa yang disukai (dipilih) dan siapa yang tidak disukai (ditolak) diantara anggota kelompoknya.
Data psikologis yang dikumpulkan dengan angket sosiometri masih sulit untuk dianalisis dan dipahami (dibaca) apabila belum diolah. Agar data sosiometri mudah dipahami siapa yang populer (paling disukai) dan siapa yang terisolasi (tidak disukai), maka data tersebut harus disajikan dalam bentuk tabel (disebut matrik sosiometri) dan bentuk gambar (sosiogram).



DAFTAR PUSTAKA

Slameto. Evaluasi Pendidikan. 2001. Bumi Aksara. Jakarta

Faisal Sanapiah. Format-Format Penenitian Sosial. 2008. Rajawali Press. Jakarta

Rahardjo Susilo, Gudnanto. Pemahaman Individu Teknik Nontes (edisi revisi). 2013. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Walgito Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). 2010. Andi Offset. Yogyakarta


[1] Slameto. Evaluasi Pendidikan. 2001. Bumi Aksara. Jakarta. Hlm. 129

[2] Ibid. Hlm. 129

[3]Ibid. Hlm. 129
[4]. Sanapiah Faisal. Format-Format Penenitian Sosial. 2008. Rajawali Press. Jakarta. Hlm. 132
[5] .  Ibid.  Hlm. 122-123
[6] Susilo Rahardjo, Gudnanto. Pemahaman Individu Teknik Nontes (edisi revisi). 2013. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Hlm. 150
[7]  Ibid Hlm. 151
[8] Ibid. Hlm. 151

[9]Ibid. Hlm. 153

[10] Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). 2010. Andi Offset. Yogyakarta. Hlm. 84
[11]Susilo Rahardjo, Gudnanto. Op.Cit. Hlm. 159-160
[12] Ibid. Hlm. 161-162
[13] Ibid. Hlm. 165

[14] Ibid. Hlm. 166

0 komentar:

Posting Komentar

 
;