Jumat, 07 November 2014

klasifikasi kesulitan belajar




MAKALAH KELOMPOK  1
Klasifikasi Kesulitan Belajar                                                                                     







DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
AIDA NASMA
AIDA WATI

 DOSEN PEMBIMBING        : JULI MAINI SITEPU, S.Psi. MA
 MATA KULIAH                   : DIAGNOSA KESULITAN  BELAJAR
 JURUSAN                             : BIMBINGAN KONSELING ISLAM - 2
 FAKULTAS               : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ i
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A.    Defenisi Kesulitan Belajar................................................................. 2
B.     Klasifikasi Kesulitan Belajar............................................................. 4
C.     Tugas-tugas Perkembangan dan Kesulitan Belajar........................... 6
D.    Kesulitan Dalam Pengolahan Informasi............................................ 8
E.     Faktor Penyebab Kesulitan Belajar................................................... 9
F.      Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar.............................................. 10
KESIMPULAN ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12









PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku manusia sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar dan efektif. Terkadang lancar, terkadang tidak, terkadang dapat cepat memahami apa yang dipelajari, terkadang lambat dan terasa amat sulit. Terkadang semangatnya tinggi, namun bisa juga terkadang tidak bersemangat dan sulit untuk berkonsentrasi. Demikianlan kenyataan yang sering dirasakan oleh manusia dalam proses belajar didalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu memang tidak sama, hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkahlaku belajar dikalangan peserta didik. Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Didalam makalah ini akan membahas klasifikasi kesulitan belajar baik dari tugas-tugas perkembangan, kesuliatn belajar akademik, kesulitan dalam pengolahan informai, faktor penyebab dan pemecahan masalahnya.













A.    Defenisi Kesulitan Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[1]
The National Joint Committee Learning Disabilities (NJCLD) mendefinisikan kesulitan belajar adalah sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan untuk mendengarkan, bercakap,-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang matematika. Gangguan tersebut diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya budaya,  pembelajaran yang tidak tepat, berbagai faktor psikogenetik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab utama atau pengaruh langsung.[2]
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor yang non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi tidak tentu menjamin keberhasilan belajar.[3]
Anak-anak dengan kesulitan belajar menurut Baurnel dan Harvell (2004) pada umumnya memiliki riwayat perkembangan bahasa dan berbicara yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Kosakata yang dimilikinya cenderung terbatas dan lebih sedikit disbanding anak sebayanya, sehingga sering mengalami kesulitan bahkan kurang tepat dalam mengekspresikan apa yang diinginkannya. Tidak jarang mereka mengalami kesulitan dalam memahami intruksi yang paling sederhana sekalipun, ataupun memahami beberapa perinbtah yang diberikan sekaligus.Salah satu ciri perkembangan bahasa yang miskin dan kekurangan kemampuan umum untuk mengadakan komunikasi verbal.[4]
Kesulitan Belajar merupakan rentangan dari kesulitan belajar ringan sampai pada kesulitan belajar berat. Kesulitan ini mempengaruhi salah satu atau lebih dalam proses penerimaan, pengelolaan dan penggunaan informasi yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
-          Kesulitan berbahasa lisan yang mencakup (mendengar, berbicara, dan memahami pembicaraan)
-          Kemampuan membaca yang mencakup encoding, pengetahuan tentang fonetik, pengenalan dan pemahaman arti kata
-          Kemampuan menulis, yang mencakup mengeja, menulis dan mengarang
-          Kemampuan matematika, yang mencakup berhitung dan pemecahan masalah[5]
Untuk Melihat tinjauan dari psikologi perlu melihat aspek perkembangan psikologi ditinjau dari aspek perkembangan anak. Teori perkembangan meliputi :
a.       Kesulitan belajar akibat kelambatan kematangan dari fungsi neurologis, motoric, kognitif dan afektif.
b.      Adanya tuntutan lingkungan sosial (termasuk orang tua dan sekolah) untuk mencapai prestasi akademik sebelum mencapai kematangan dan kesiapan yang tidak sesuai dengan perkembangan.
c.       Semua individu memiliki tahapan-tahapan perkembangan yang alami dan waktu kematangan berbagai keterampilan, karena itu problem belajar anak mungkin merupakan kelambatan dalam perkembangan dari proses tertentu.
d.      Hendaknya sekolah merancang pengalaman belajar untuk mempeprtinggi kemantapan perkembangan alami.[6]
Berdasarkan pemafaran sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kesulitan belajar adalah seseorang yang secara psikis dan neurologis mengalami kesulitan dalam bidang akademik secara efektif yang mencakup membaca, menulis, berhitung maupun kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan yang meliputi. Gangguan persepsi, kognisi motoric, perkembangan bahasa, dan kesulitan penyesuaian perilaku sosial.

B.     Klasifikasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar kesulitan belajar dapat di klasifikasikan kedalam dua kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities), (2) kesulitan  belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam  penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan matematika.
Kesulitan  belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Sebaliknya, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar di ketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainyaketerampilan prasyarat. Yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam belajar membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor.
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan seorang anak memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasai keterampilan prasayarat, umumnya dapat mencapai prestasi tersebut setelah mengusasai kegiatan prasyarat. Untuk dapat menyelesaikan soal matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang sudah harus berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun audiktif, ingatan visual maupun auditoris dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.[7]
Dengan memusatkan perhatian akan membantu anak dalam mingkatkan kemampuan merespon stimuli yang diberikan, namun jika tidak maka respon terhadap stimuli tersebut tidak akan sesuai dan optimal.
Salah satu kemampuan dasar yang umumnya di pandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu diantara sejumlah rangsangan seperti rangsangan audiktif, taktil, visual, dan kinestetik yang mengenai indra manusia setiap saat. Seperti dijelaskan oleh Ross (1976:60) perhatian selektif membantu manusia membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses ada suatu waktu tertentu. Jika seorang anak memperhatikan dan bereaksi terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang terganggu perhatiannya (distractible). Menurut ross, kesulitan belajar banyak disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.[8]


C.    Tugas-tugas Perkembangan Dan Kesulitan Belajar
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang bisa diduga timbul dan konsisten pada atau sekitar periode tertentu dalam kehidupan individu. Konsep tugas perkembangan didasari asumsi bahwa perkembangan manusia dalam masyarakat modern ditandai oleh serangkaian tugas dimana individu harus belajar sepanjang hidupnya.
Tugas-tugas perkembangan muncul dari tiga sumber yang berbeda. Pertama, kematangan fisik, misalnya, untuk belajar berjalan. Kedua, kekuatan sosiostruktural dan budaya, misalnya, umur minimum perkawinan,  umur minimum untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM), dan sebagainya. Ketiga, nilai-nilai pribadi dan aspirasi. Faktor-faktor pribadi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor ontogenetik dan lingkungan, dan memainkan peran aktif dalam munculnya tugas perkembangan tertentu, misalnya, memilih jalur pekerjaan tertentu.[9]
Berikut adalah tugas-tugas perkembangan:
a.       Kontrol diri
Kontrol diri berarti kemampuan anak untuk mengontrol impuls mereka, dan perasaan anak bahwa mereka dapat mengendalikan kejadian atau peristiwa disekeliling mereka.
b.      Perkembangan bahasa
Agar bahasa efektif anak mesti memakai kata-kata dan tata bahasa yang sama dengan yang dipakai anggota keluarganya.
c.       Fantasi dan permainan
Dalam fantasi anak menciptakan karakter dan situasi yang memiliki arti yang sangat pribadi. Fantasi bagi anak adalah untuk mencapai kontrol diri.
d.      Pengembangan daya gerak
Anak yang baru belajar berjalan menggambarkan pentingnya daya gerak.[10]
Selain tugas-tugas perkembangan diatas, kita juga harus perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan atau development tasks yang perlu dituntaskan dalam perkembangan anak, yaitu perhatian, mengingat, berpikir, bahasa, persepsi dan perseptual.
1.      Kesulitan dalam Pemusatan Perhatian
Kesulitan perhatian mencakup kesulitan dalam memusatkan perhatian yaitu kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada suatu kegiatan dan kesulitan dalam menghentikan perhatian.
2.      Kesulitan Mengingat
Kesulitan dalam mengingat apa yang telah dilihat dan didengar atau apa yang telah dialami, merupakan faktor penyebab kesulitan dalam berpikir. Hal ini disebabkan karena kemampuan berpikir sangat erat hubungannya dengan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dialami yang memberikan informasi dalam mengoperasikan kemampuan berpikir.
3.      Kesulitan Berpikir
Kemampuan berpikir adalah kemampuan dalam mengoperasikan kemampuan kognitif yang mencakup kemampuan memformasikan konsep dan mengasosiasikan formasi konsep dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah membantu anak atau individu dalam merespon situasi baru dengan tindakan yang sesuai.
4.      Kesulitan Bahasa
Kesulitan bahasa sudah dapat diidentifikasikan sejak usia dini. Secara umum, anak yang mengalami kesulitan bahasa tidak berbicara seperti anak-anak sebayanya dan tidak dapat merespon secara tepat terhadap berbagai pernyataan verbal, seperti sapaan, perintah, permintaan, dan lain-lain.
5.      Kesulitan Persepsi dan Perseptual Motor
Persepsi mempunyai makna yang lebih dari apa yang dilihat, didengar, dirasa, diraba, dan dicium. Kemampuan bayi dalam merespon informasi yang tumpang tindih merupakantonggak perkembangan perseptual motor. Anak yang menglami kesulitan dalam persepsi tidak dapat memahami petunjuk arah jalan, kata yang ditulis, dan simbol-simbol visual lainnya.[11]

D.    Kesulitan Dalam Pengolahan Informasi
Pendidikan dan pengajaran berintikan interaksi antara pendidik dengan terdidik atau antara guru dengan siswa. Interaksi pendidikan atau pengajaran ini hampir seluruhnya menggunakan media bahasa, entah bahasa lisan, tulis ataupun gerak dan isyarat.
Interaksi belajar mengajar berintikan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada siswa. Dalam keadaan ideal informasi dapat pula disampaikan oleh siswa kepada guru dan kepada siswa lainnya. Informasi disampaikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau kelompok. Para guru kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis.[12]
Didalam Psikologi dikenal dua istilah pemrosesan informasi yang diterima dari pengamatan, yaitu sensasi dan persepsi. Sensasi adalah sistem yang mengoordinasikan sejumlah peralatan untuk mengamati yang dirancang secara khusus sedangkan persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses pengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus.[13]
Dalam penerimaan informasi tidak terlepas dengan proses pengamatan, yang merupakan proses mengenal dunia luar, kita mengamati sesuatu dengan alat-alat indera kita, yaitu indera penglihat, pendengar, pembau, perasa atau pengecapan, peraba, keseimbangan, perasa urat daging (kinestesi), indera perasa jasmaniah (organis).[14]
Kesulitan dalam pengolahan informasi terdiri atas tiga dimensi, yaitu kesulitan dalam mengintegrasi input informasi, kesulitan dalam menyimpan informasi,dan kesulitan dalam memberikan respon yang sesuai dengan informasi yang diterima.
1.      Mengintegrasikan Input Informasi
Merupakan tahap kedua dalam proses pengolahan informasi yang mencakup kegiatan menginterpretasikan dan mengkategorikan informasi kedalam kelompok yang sesuai, selanjutnya menghubungkan informasi tersebut dengan apa yang telah dipelajari atau dialami sebelumnya. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan input informasi akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan kembali pelajaran yang baru ia peroleh.
2.      Menyimpan Informasi
Penyipanan informasi sangat erat hubungan dengan ingatan, baik ingatan jangka pendek ataupun ingatan jangka panjang.
3.      Memberikan Respon yang Sesuai Dengan Informasi Yang Diterima
Kesulitan dalam memberikan respon terhadap informasi yang baru diterima melalui bahsa disebabkan oleh kesulitan dalam berbahasa secara lisan. Hal ini dikarenakan dalam menjawab suatu pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang seharusnya, diperlukan kemampuan dalam menggali informasi-informasi yang relevan yang telah tersimpan di dalam skematik.[15]

E.     Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor Internal dari dalam diri individu itu sendiri yang terdiri atas :
a.       Faktor psikologi, yang terdiri atas keadaan tonus jasmani : nutrisi, penyakit, keadaan jasmani, cacat fisik, kesehatan dan keadaan fungsi-fungsi jasmani yang terkait dengan panca indera
b.      Faktor Psikologi yang terdiri atas : Intelegensi, Bakat minat, Motivasi, Sifat dan sikap, kepribadian, Pembiasaan belajar dan latihan, kesiapan belajar.


Sedangkan faktor eksternal, prestasi belajar siswa terdiri atas faktor :
1.      Nonsosial, seperti udara suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat tulis, sarana dan prasarana.
2.      Sosial, terdiri atas lingkungan keluarga orang tua, susasana rumah dan lingkungan belajar, lingkungan masyarakat,sarana dan prasarana dan pemerintahan.[16]

F.     Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar
Melihat kompleksnya kesulitan belajar maka penanganan bagi anak yang mengalami kesulitan belajar amatlah penting.Anak yang berkesulitan belajar membutuhkan kebutuhan yang khusus dalam kehidupan belajar.Menurut Ashman dan Elkins, anak yang mengalami kesulitan belajar termasuk salah satu dari anak yang membutuhkan kebutuhan khusus. Jenis-jenis anak dengan kebutuhan khusus adalah:
a.       Anak berbakat
b.      Gangguan komunikasi
c.       Berkesulitan belajar
d.      Gangguan penglihatan
e.       Gangguan pendengaran
f.       Gangguan intelektual
g.      Gangguan fisik
Pemecahan masalah dilakukan dengan berbagai cara :
1.      Deteksi dini terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar
2.      Usaha diagnosis kesulitan belajar dan pemecahannya
3.      Usaha pemecahan, hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi sekolah lebih sehat yang menunjang perkembangan sosial dan kesehatan mental anak.
4.      Usaha remedial
5.      Usaha bimbingan dan konseling
6.      Pendidikan individual khusus yang terpadu dan terarah dengan tenaga professional.
KESIMPULAN

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesulitan belajar adalah seseorang yang secara psikis dan neurologis mengalami kesulitan dalam bidang akademik secara efektif yang mencakup membaca, menulis, berhitung maupun kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan yang meliputi. Gangguan persepsi, kognisi motoric, perkembangan bahasa, dan kesulitan penyesuaian perilaku sosial.
Kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kepada 2 golongan, yaitu :
a.       kesulitan belajar dalam tugas-tugas perkembangan seperti kesulitan dalam perhatian, mengingat, persepsi, perseptual motor, berpikir, dan bahasa.
b.      Kesulitan dalam Pengolahan Informasi yang terdiri dari dua yaitu kesulitan perilaku dan kesulitan belajar akademik yang berupa kesulitan membaca, mengarang, menulis, matematika.
Fator-faktor yeng menyebabkan terjadinya kesulitan belajar adalah meliputi faktor internal dan eksternal yang berupa keluarga, lingkungan, dan kebijakan pemerintah.
Pemecahan masalah kesulitan belajar dilakukan dengan berbagai cara :
-          Deteksi dini terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar
-          Usaha diagnosis kesulitan belajar dan pemecahannya
-          Usaha pemecahan, hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi sekolah lebih sehat yang menunjang perkembangan sosial dan kesehatan mental anak.
-          Usaha remedial
-          Usaha bimbingan dan konseling
-          Pendidikan individual khusus yang terpadu dan terarah dengan tenaga professional.



DAFTAR PUSTAKA


Abdul Rahman Shaleh. Psikologi (Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam). Jakarta. 2008. Kencana Prenada Media Group

Abdurrahman Mulyono. Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta. 2012. PT. Rineka Cipta

Agus Sujanto. Psikologi Umum. Jakarta. 2006. Bumi Aksara

Ahmadi Abu, Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta. 2008.  Rineka Cipta

Danim Sudarwan, Khairil. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung. 2011. Alfabeta 

Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta. 2013 .Bumi Aksara

Hidayah Rifa. Psikologi Pengasuhan Anak. Malang. 2009. UIN-Malang Pers

Jamaris Martini. Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya (Bagi anak usia dini dan usia sekolah). Bogor. 2014. Ghalia Indonesia

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. 2010.                      Rineka Cipta

Syaodih Nana Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. 2005. Remaja Rosdakarya



[1] Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. 2010. Rineka Cipta. Hlm. 2

[2] Rifa Hidayah. Psikologi Pengasuhan Anak. Malang. 2009. UIN-Malang Pers. Hlm. 160

[3] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta. 2008.  Rineka Cipta. Hlm.77

[4] Rifa Hidayah. Op. Cit. Hlm. 160

[5] Martini Jamaris. Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya (Bagi anak usia dini dan usia sekolah). Bogor. 2014. Ghalia Indonesia. Hlm. 31

[6] Rifa Hidayah. Op.Cit. Hlm. 165

[7] Mulyono Abdurrahman. Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta. 2012. PT. Rineka Cipta. Hlm. 6

[8] Mulyono Abdurrahman. Ibid. Hlm. 7

[9] Sudarwan Danim, Khairil. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung. 2011. Alfabeta  Hlm. 69

[10] Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta. 2013 .Bumi Aksara. Hlm. 33

[11] Martini Jamaris. Op, Cit. Hlm. 35

[12] Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. 2005. Remaja Rosdakarya. Hlm. 261

[13] Abdul Rahman Shaleh. Psikologi (Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam). Jakarta. 2008. Kencana Prenada Media Group. Hlm. 98

[14] Agus Sujanto. Psikologi Umum. Jakarta. 2006. Bumi Aksara. Hlm. 21
[15] Martini Jamaris. Op. Cit. 37
[16] Rifa Hidayah. Hlm. 167

0 komentar:

Posting Komentar

 
;