MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
1 :
ADRI
HERMAWAN
DINI
GUSTAMARA
HABIBURAHMAN
JULIA
VIKA ANDRIANI MRP
NAMIRA
DOSEN
PEMBIMBING : Dr. NEFI DARMAYANTI. M.Si
JURUSAN
:
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
:
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2013
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
Pendahuluan
Kehidupan
anak itu penuh dengan dorongan
dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Banyak sedikitnya dorongan dan
minat seseorang itu mendasari pengalaman emosionalnya. Apabila dorongan,
keinginan atau minatnya dapat dipenuhi, anak cenderung memiliki perkembangan
afektif atau emosi yang sehat dan stabil. Dengan demikian, ia dapat menikmati
dan mengembangkan kehidupan sosialnya secara sehat pula. Selain itu, ia tidak
akan terhambat oleh gejala gangguan emosi. Sebaliknya, jika dorongan
keinginannya tidak dapat dipenuhi disebabkan kurangnya kemampuan untuk
memenuhinya ataupun karena kondisi lingkungan yang kurang menunjang, sangat
dimungkinkan perkembangan emosionalnya itu akan mengalami gangguan.[1]
Setiap anak
memiliki emosi yang berbeda-beda dan biasanya hal itu tergantung dari Susana
hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi dilingkungannya. Perasaan
emosi anak ada yang negative ada pula yang positive. Perasaan marah dan takut
merupakan emosi negative pada anak sedangkan perasaan senang atau gembira
merupakan emosi positif pada anak.
Oleh karena itu, untuk memahami anak –
anak kita perlu mengetahui apa yang ia lakukan, inginkan, dan dipikirkan, apa yang mereka rasakan. Gejala – gejala
emosional seperti kecewa dan bangga, marah dan senang, malu dan berani, cinta
dan benci, harapan – harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami
dengan baik oleh orang tua dan guru.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMOSI
Emosi sebagai
setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadan mental
yang hebat dan meluap-luap. Merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
yang khas, suatu kedaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan
untuk bertindak. Sementara itu, Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology
mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang oleh organisme
mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari
perubahan prilaku.emosi dengan perasaan, dan dia mendefenisikan perasaan (feelings)
adalah pengalaman yang disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal
maupun bermacam-macam keadaan jasmaniah. Defenisi lain
menyatakan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang
meyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biassanya
mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap
peransangan – peransangan eksternal maupun internal. Dengan defenisi ini
semakin jelas perbedaan antar emosi dengan perasaan, bahkan disini tampak jelas
bahwa perasaan termasuk kedalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.[2]
Menurut pemakalah bahwa emosi itu adalah suatu
respon terhadap rangsangan yang diterima oleh individu, atau pun pengalaman
afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
B.
EMOSI AWAL KANAK – KANAK
Selama awal masa kanak – kanak emosi masih sangat
kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan, karena anak – anak “keluar
dari fokus,” dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan – ledakan emosional
sehingga sulit di bimbing dan diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada anak –
anak usia 2,5 tahun – 3,5 tahun sampai 5,5 – 6,5 tahun. Meskipun pada umumnya
hal ini berlaku pada hampir seluru masa kanak – kanak. Walaupun setiap emosi
dapat “dipertinggi” dalam arti bahwa emosi itu lebih sering timbul dan lebih
kuat dari pada biasanya pada individu tertentu, tetapi emosi yang meninggi pada
masa awal anak – anak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, kekuatan yang
hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Sehingga sebagian dari emosi yang kuat pada periode ini disebabkan
oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang dan makan terlalu
sedikit. Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis dari
pada masalah fsiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa
hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak lagi dan ia cenderung
menolak larangan orang tua. Disamping itu anak – anak menjadi marah bila tidak
dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah. Lebih
penting lagi, anak – anak dibahrapkan orang tuanya mencapai standar yang tidak
masuk akal akan lebih mengenai ketegangan emosional dari pada anak – anak yang
orang tuanya lebih realitis dalam menumpukkan harapannya.[3]
Di masa anak –
anak pertengahan dan akhir,
mengembangkan pemahaman dan regulasi diri terhadap emosi.[4]
C.
POLA – POLA EMOSI YANG UMUM
1.
Amarah
Penyebab
amarah paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya
keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah
dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak,
menendang, atau memukul.
2.
Takut
Pembiasaan,
peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan
penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita – cerita, gambar – gambar,
acara radio, dan televisi, dal film – film dengan unsur yang menakutkan. Pada
mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik; kemudian menjadi lebih
seperti lari, menghindar dan bersembunyi, kemudian menangis.
3.
Cemburu
Anak
menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih
kepada orang lain didalam keluarga biasanya adik yang baru lahir. Anak yang
lebih mudah dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau
menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti
mengompol, pura – pura sakit, atau menjadi nakal. Semua bertujuan untuk menarik
perhatian.
4.
Ingin tahu
Anak
mempunyai rasa ingin tau terhadap hal – hal yang dilihatnya, juga terhadap
tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertamanya adalah dalam bentuk
penjelajahan sensor motorik; kemudian sebagai akibat dari tekanan sosisal dan
hukuman, ia beraksi dengan bertanya.
5.
Iri hati
Anak
– anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang dimiliki oleh orang lain.
Iri hati ini diungkapkan dalam berbagai macam cara, yang paling umum adalah
mengeluh barangnya sendiri dengan meminta barang seperti milik orang lain, atau
mengambil barang – barang yang menimbulkan iri hati.
6.
Gembira
Anak
– anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang
tiba - tiba, atau yang tidak diharapkan,
membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggapnya sulit. Anak
mengungkapkan kegembiraanya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat – lompat, atau memeluk benda atau memeluk orang yang membuatnya
bahagia.
7.
Sedih
Anak
– anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau sesuatu yang
dianggap penting baginnya, apakah orang, binatang atau benda mati seperti
mainan. Sacara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan
kehilangan minat terhadap keigiatan normalnya seperti makan.
8.
Kasih sayang
Anak
– anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya ia
mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, tetapi ketika masih
kecil menyatakannya secara fisik dengan memeluk, dan mencium objek kasih
sayangnya.[5]
D.
POLA EMOSI YANG UMUM PADA MASA AKHIR ANAK – ANAK
Pola emosi yang umum pada akhir masa
kanak – kanak sebenarnya sama seperti pola emosi yang umum pada anak – anak. Bagaimanapun juga pola emosional
dari akhir masa kanak – kanak berbeda pada pola emosi masa awal kanak – kanak.
Dalam dua hal, petama, jenis situasi yang membangkitkan emosi dan kedua, bentuk
ungkapannya. Perubahan tersebut lebih merupakan akibat lebih meluasnya
pengalaman belajar dari pada proses pematangan diri.
E.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
Masa
anak-anak dianggap sebagai periode awal dari kehidupan manusia sebelum memasuki
masa remaja yang biasanya orang menganggap sebagai badai dan tekanan, dimana
suatu emosi mulai berkembang sebelum menuju kepada emosiyang semakin meninggi
sesaat dimasa berikutnya. Maka dari itu, perkembangan emosi pada masa
kanak-kanak perlu diperhatikan karenna emosi anak yang tidak diarahkan akan
mengakibatkan gangguan pada perkembangan motivasi jiwa anak kedepannya. Kurang
nya persiapan diri dalam menghadapi tekanan-tekanan emosi pada masa kanak-kanak
akan menyebabkan meningginya emosi pada masa remaja.
Pola
emosi pada kanak-kanak tidak jauh berbeda dengan pola emosi pada masa remaja
seperti kita ketahui pada masa kanak-kanak. Pola emosi yang umum terjadi adalah
kasih sayang, bahagia, kecewa, cemburu, takut, cemas dll. Perbedaannya terletak
pada macam-macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya.
F.
CARA MENGARAHKAN EMOSI
ANAK
1.
Tetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak. Beri
kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan bersama Anda.
Tempatkan anak pada posisi pemimpin dan Anda pada posisi yang dipimpin.
2.
Luangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak.
Ketika anak merasa sedih karena tidak diajak bermain oleh temannya, bantu anak
mencari penyebabnya, kemudian cari bersama pemecahannya. Acara semacam ini
membantu anak belajar berpikir logis dalam mengatasi masalah emosinya, dan
menumbuhkan kemampuannya untuk mengantisipasi, serta berkesempatan mengatasi
masalah emosinya sendiri.
3.
Melihat masalah dari sudut pandang anak. Kalau kita
sungguh-sungguh mendengarkan dan berempati terhadap anak, kita dapat memahami
alasan anak melakukan segala sesuatu. Misalnya, saat anak mengamuk, Anda perlu
mendengarkan alasan mengapa ia melakukan hal itu. Saat Anda paham betul
perasaan anak, Anda mungkin sekali tidak akan ikut-ikutan marah
4.
Minimalkan masalah pada saat anak merasa jengkel
karena gagal menyusun balok menjadi bentuk gedung yang ia inginkan, misalnya,
Anda dapat menunjukkan penyebab kegagalannya.
5.
Berikan batasan karena hal itu akan memberi bimbingan
dan rasa aman kepada anak. Menetapkan batasan dapat dikombinasi dengan waktu
bermain bersama anak, khususnya ketika anak menunjukkan perilaku buruk.
G.
PERUBAHAN
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
·
Meningkatnya pemahaman
emosi. Sebagai contoh, anak – anak di sekolah memperlihatkan perkembangan
kemampuan dalam memahami emosi – emosi kompleks seperti rasa bangga dan malu.
·
Meningkatnya pemahaman bahwa
dalam sebuah situasi kita dapat mengalami lebih dari satu emosi. Sebagai
contoh, seorang siswa kelas tiga mungkin menyadari bahwa memperoleh sesuatu
dapat melibatkan kecemasan dan kesenangan.
·
Meningkatnya kecenderungan
untuk lebih menyadari kejadian – kejadian yang menyebabkan reaksi emosi.
Sebagai contoh, seorang siswa kelas empat mungkin menyadari bahwa kesedihannya
hari ini dipengaruhi oleh kepindahan kawannyakeluar kota.
·
Meningkatnya kemampuan untuk
menekan atau mengungkapkan reaksi – reaksi emosi yang negative. Sebagai contoh,
seorang siswa kelaslima telah belajar menurunkan kemarahannya ketika salah satu
kawan mengganggunya.
·
Menggunanya strategi
inisiatif-diri untuk mengarahkan kembali perasaan – perasaan. Disekolah dasar,
anak – anak menjadi lebih reflektif dan menggunakan strategi dengan
mengendalikan emosi. Mereka lebih mampu mengelola emosinya dengan menggunakan
strategi kognitif, seperti menerangkan diri sendiri ketika sedangmarah.
·
Kapasitas untuk berempati
secara tulus. Sebagai contoh, seorang siswa kelas empat merasa bersimpati
terhadap orang yang sedang stress serta sangat memahami kesedihan yang sedang
dirasakan oleh orang tersebut.[6]
Maka dari itu perubahan
dalam perkembangan emosi anak akan terus berubah melalu tahapan-tahapan
pematangan sikap emosional mereka kedepan.
F.
FAKTOR – FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI
Secara
umum perkembangan emosi dipengaruhi oleh kematangan dan belajar anak.
Adapan
metode belajar yang menunjang perkembangan emosi anak :
a. Belajar dengan coba–coba
Anak belajar dengan coba –
coba untuk mengekspresikan emosinya dengan bentuk perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.[7]
b. Belajar dengan cara meniru
Dengan
cara meniru dan mengamati hal – hal yang membangkitkan emosi orang lain, maka
anak- anak akan mendapat reaksi untuk mengikuti emosi itu.
c. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak
hanya meniru emosi orang yang dianggap sama karakternya dengan dirinya.
d. Belajar melalui pengondisian
Dengan
metode ini,objek situasi yangmulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian
berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada
tahun – tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, mengenal
betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak
diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan di cegah agar tidak bereaksi
emosional terhadap rangsagan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
G.
PENGARUH EMOSI
TERHADAP TINGKAH LAKU ANAK
Emosi sangat mempengaruhi
tingkah laku anak. Akan terlihat sekali perbedaan anak yang sedang mengalami
emosi yang akan di wujudkan terhadap tingkah lakunya. Seperti contoh anak yang
sedang merasa sedih, maka ia akan mudah sakit dan setelahnya ia akan mewujudkan
tingkah laku malas makan. Salah satu contoh lagi adalah dalam belajar anak.
Gangguan emosional dan
frustasi mengaruhi efektivitas belajar anak. Seorang anak[8]
PENUTUP
Emosi
itu adalahsuatu respon terhadap suatu rangsangan, ataupun pengalaman afektif
yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan
fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Selama
awal masa kanak-kanak emosi masih sangat kuat. Saat ini merupakan saat
ketidakseimbangan, karena anak-anak mudahterbawa ledakan emosional sehingga
sulit di bimbing dan diarahkan. Walaupun demikian, ada beberapa cara untuk
mengarahkan emosi anak, yaitu menetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak,
luangkan waktu memecahkan masalah bersama anak, melihat masalah dari sudut
pandang anak, meminimalkan pada saat anak merasa jengkel dengan cara menunjukan
penyebab kegagalan, berikan batasan.
Pola-pola
emosi yang umum pada setiap anak adalah amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih, kasih sayang.
Perubahan
dalam perkembangan emosi anak adalah meningkatnya pemahaman emosi, meningkatnya
kecenderungan untuk lebih menyadari kejadian yang menyebabkan reaksi emosi, dan
sebagainya.
Secara
umum faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah kematangan dan
belajar anak.
Apa
yang dihasilkan dari emosi itulah yang akan di wujudkan dalam tingkah laku yang
tampak dalam sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik.
Bumi Aksara.2011:Jakarta.
Elizabeth
B. Hulock. Psikologi Perkebangan.
Erlangga.1980: Jakarta
Santrock W.
John . Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. Erlangga.2012
Fatimah Enung.
Psikologi Perkembangan. Pustaka Setia. 2006.Bandung
[1] Enung Fatimah. Psikologi Perkembangan. Pustaka
Setia. 2006.Bandung. Hlm.103
[2]Mohammad Ali, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik.
Bumi Aksara.2011:Jakarta. Hlm. 62
[3]
Elizabeth B. Hulock. Psikologi Perkebangan. Erlangga.1980:
Jakarta. Hlm. 154
[5] Ibid
[7]
Enung Fatimah.
Opcit. Hlm. 109
[8] Enung Fatimah. Opcit. Hlm. 113
0 komentar:
Posting Komentar