Kamis, 05 Desember 2013

makalah perkembangan emosi anak

Makalah Perkembangan emosi anak

  MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK






DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :
ADRI HERMAWAN
DINI GUSTAMARA
HABIBURAHMAN
JULIA VIKA ANDRIANI MRP
NAMIRA

   DOSEN PEMBIMBING   : Dr. NEFI DARMAYANTI. M.Si
   JURUSAN                         : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
   FAKULTAS                       : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2013
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK

Pendahuluan
Kehidupan  anak  itu penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Banyak sedikitnya dorongan dan minat seseorang itu mendasari pengalaman emosionalnya. Apabila dorongan, keinginan atau minatnya dapat dipenuhi, anak cenderung memiliki perkembangan afektif atau emosi yang sehat dan stabil. Dengan demikian, ia dapat menikmati dan mengembangkan kehidupan sosialnya secara sehat pula. Selain itu, ia tidak akan terhambat oleh gejala gangguan emosi. Sebaliknya, jika dorongan keinginannya tidak dapat dipenuhi disebabkan kurangnya kemampuan untuk memenuhinya ataupun karena kondisi lingkungan yang kurang menunjang, sangat dimungkinkan perkembangan emosionalnya itu akan mengalami gangguan.[1]
Setiap anak memiliki emosi yang berbeda-beda dan biasanya hal itu tergantung dari Susana hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi dilingkungannya. Perasaan emosi anak ada yang negative ada pula yang positive. Perasaan marah dan takut merupakan emosi negative pada anak sedangkan perasaan senang atau gembira merupakan emosi positif pada anak.
Oleh karena itu, untuk memahami anak – anak kita perlu mengetahui apa yang ia lakukan, inginkan, dan dipikirkan,  apa yang mereka rasakan. Gejala – gejala emosional seperti kecewa dan bangga, marah dan senang, malu dan berani, cinta dan benci, harapan – harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik oleh orang tua dan guru.





PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN EMOSI

Emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadan mental yang hebat dan meluap-luap. Merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu kedaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Sementara itu, Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang oleh organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan prilaku.emosi dengan perasaan, dan dia mendefenisikan perasaan (feelings) adalah pengalaman yang disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmaniah. Defenisi lain menyatakan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang meyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biassanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap peransangan – peransangan eksternal maupun internal. Dengan defenisi ini semakin jelas perbedaan antar emosi dengan perasaan, bahkan disini tampak jelas bahwa perasaan termasuk kedalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.[2]
Menurut pemakalah bahwa emosi itu adalah suatu respon terhadap rangsangan yang diterima oleh individu, atau pun pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

B.     EMOSI AWAL KANAK – KANAK
Selama awal masa kanak – kanak emosi masih sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan, karena anak – anak “keluar dari fokus,” dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan – ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada anak – anak usia 2,5 tahun – 3,5 tahun sampai 5,5 – 6,5 tahun. Meskipun pada umumnya hal ini berlaku pada hampir seluru masa kanak – kanak. Walaupun setiap emosi dapat “dipertinggi” dalam arti bahwa emosi itu lebih sering timbul dan lebih kuat dari pada biasanya pada individu tertentu, tetapi emosi yang meninggi pada masa awal anak – anak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, kekuatan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Sehingga sebagian dari  emosi yang kuat pada periode ini disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang dan makan terlalu sedikit. Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis dari pada masalah fsiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak lagi dan ia cenderung menolak larangan orang tua. Disamping itu anak – anak menjadi marah bila tidak dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah. Lebih penting lagi, anak – anak dibahrapkan orang tuanya mencapai standar yang tidak masuk akal akan lebih mengenai ketegangan emosional dari pada anak – anak yang orang tuanya lebih realitis dalam menumpukkan harapannya.[3]
Di masa anak – anak  pertengahan dan akhir, mengembangkan pemahaman dan regulasi diri terhadap emosi.[4]

C.    POLA – POLA EMOSI YANG UMUM

1.      Amarah
Penyebab amarah paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, atau memukul.

2.      Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita – cerita, gambar – gambar, acara radio, dan televisi, dal film – film dengan unsur yang menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik; kemudian menjadi lebih seperti lari, menghindar dan bersembunyi, kemudian menangis.

3.      Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain didalam keluarga biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih mudah dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pura – pura sakit, atau menjadi nakal. Semua bertujuan untuk menarik perhatian.

4.      Ingin tahu
Anak mempunyai rasa ingin tau terhadap hal – hal yang dilihatnya, juga terhadap tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertamanya adalah dalam bentuk penjelajahan sensor motorik; kemudian sebagai akibat dari tekanan sosisal dan hukuman, ia beraksi dengan bertanya.

5.      Iri hati
Anak – anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang dimiliki oleh orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam berbagai macam cara, yang paling umum adalah mengeluh barangnya sendiri dengan meminta barang seperti milik orang lain, atau mengambil barang – barang yang menimbulkan iri hati.

6.      Gembira
Anak – anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba  - tiba, atau yang tidak diharapkan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggapnya sulit. Anak mengungkapkan kegembiraanya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat – lompat, atau memeluk benda atau memeluk orang yang membuatnya bahagia.

7.      Sedih
Anak – anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau sesuatu yang dianggap penting baginnya, apakah orang, binatang atau benda mati seperti mainan. Sacara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan kehilangan minat terhadap keigiatan normalnya seperti makan.

8.      Kasih sayang
Anak – anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, tetapi ketika masih kecil menyatakannya secara fisik dengan memeluk, dan mencium objek kasih sayangnya.[5]





D.    POLA EMOSI YANG UMUM PADA MASA AKHIR ANAK – ANAK
Pola emosi yang umum pada akhir masa kanak – kanak sebenarnya sama seperti pola emosi yang umum pada  anak – anak. Bagaimanapun juga pola emosional dari akhir masa kanak – kanak berbeda pada pola emosi masa awal kanak – kanak. Dalam dua hal, petama, jenis situasi yang membangkitkan emosi dan kedua, bentuk ungkapannya. Perubahan tersebut lebih merupakan akibat lebih meluasnya pengalaman belajar dari pada proses pematangan diri.

E.     KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
Masa anak-anak dianggap sebagai periode awal dari kehidupan manusia sebelum memasuki masa remaja yang biasanya orang menganggap sebagai badai dan tekanan, dimana suatu emosi mulai berkembang sebelum menuju kepada emosiyang semakin meninggi sesaat dimasa berikutnya. Maka dari itu, perkembangan emosi pada masa kanak-kanak perlu diperhatikan karenna emosi anak yang tidak diarahkan akan mengakibatkan gangguan pada perkembangan motivasi jiwa anak kedepannya. Kurang nya persiapan diri dalam menghadapi tekanan-tekanan emosi pada masa kanak-kanak akan menyebabkan meningginya emosi pada masa remaja.
Pola emosi pada kanak-kanak tidak jauh berbeda dengan pola emosi pada masa remaja seperti kita ketahui pada masa kanak-kanak. Pola emosi yang umum terjadi adalah kasih sayang, bahagia, kecewa, cemburu, takut, cemas dll. Perbedaannya terletak pada macam-macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya.

F.     CARA MENGARAHKAN EMOSI ANAK
1.      Tetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak. Beri kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan bersama Anda. Tempatkan anak pada posisi pemimpin dan Anda pada posisi yang dipimpin.
2.      Luangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak. Ketika anak merasa sedih karena tidak diajak bermain oleh temannya, bantu anak mencari penyebabnya, kemudian cari bersama pemecahannya. Acara semacam ini membantu anak belajar berpikir logis dalam mengatasi masalah emosinya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk mengantisipasi, serta berkesempatan mengatasi masalah emosinya sendiri.
3.      Melihat masalah dari sudut pandang anak. Kalau kita sungguh-sungguh mendengarkan dan berempati terhadap anak, kita dapat memahami alasan anak melakukan segala sesuatu. Misalnya, saat anak mengamuk, Anda perlu mendengarkan alasan mengapa ia melakukan hal itu. Saat Anda paham betul perasaan anak, Anda mungkin sekali tidak akan ikut-ikutan marah
4.      Minimalkan masalah pada saat anak merasa jengkel karena gagal menyusun balok menjadi bentuk gedung yang ia inginkan, misalnya, Anda dapat menunjukkan penyebab kegagalannya.
5.      Berikan batasan karena hal itu akan memberi bimbingan dan rasa aman kepada anak. Menetapkan batasan dapat dikombinasi dengan waktu bermain bersama anak, khususnya ketika anak menunjukkan perilaku buruk.

G.    PERUBAHAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK

·         Meningkatnya pemahaman emosi. Sebagai contoh, anak – anak di sekolah memperlihatkan perkembangan kemampuan dalam memahami emosi – emosi kompleks seperti rasa bangga dan malu.
·         Meningkatnya pemahaman bahwa dalam sebuah situasi kita dapat mengalami lebih dari satu emosi. Sebagai contoh, seorang siswa kelas tiga mungkin menyadari bahwa memperoleh sesuatu dapat melibatkan kecemasan dan kesenangan.
·         Meningkatnya kecenderungan untuk lebih menyadari kejadian – kejadian yang menyebabkan reaksi emosi. Sebagai contoh, seorang siswa kelas empat mungkin menyadari bahwa kesedihannya hari ini dipengaruhi oleh kepindahan kawannyakeluar kota.
·         Meningkatnya kemampuan untuk menekan atau mengungkapkan reaksi – reaksi emosi yang negative. Sebagai contoh, seorang siswa kelaslima telah belajar menurunkan kemarahannya ketika salah satu kawan mengganggunya.
·         Menggunanya strategi inisiatif-diri untuk mengarahkan kembali perasaan – perasaan. Disekolah dasar, anak – anak menjadi lebih reflektif dan menggunakan strategi dengan mengendalikan emosi. Mereka lebih mampu mengelola emosinya dengan menggunakan strategi kognitif, seperti menerangkan diri sendiri ketika sedangmarah.
·         Kapasitas untuk berempati secara tulus. Sebagai contoh, seorang siswa kelas empat merasa bersimpati terhadap orang yang sedang stress serta sangat memahami kesedihan yang sedang dirasakan oleh orang tersebut.[6]

Maka dari itu perubahan dalam perkembangan emosi anak akan terus berubah melalu tahapan-tahapan pematangan sikap emosional mereka kedepan.

F.     FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI

Secara umum perkembangan emosi dipengaruhi oleh kematangan dan belajar anak.
Adapan metode belajar yang menunjang perkembangan emosi anak :

a.       Belajar dengan coba–coba
Anak belajar dengan coba – coba untuk mengekspresikan emosinya dengan bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.[7]

b.      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal – hal yang membangkitkan emosi orang lain, maka anak- anak akan mendapat reaksi untuk mengikuti emosi itu.

c.       Belajar dengan mempersamakan diri
Anak hanya meniru emosi orang yang dianggap sama karakternya dengan dirinya.

d.      Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini,objek situasi yangmulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun – tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

e.       Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan di cegah agar tidak bereaksi emosional terhadap rangsagan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.


G.    PENGARUH EMOSI TERHADAP TINGKAH LAKU ANAK

Emosi sangat mempengaruhi tingkah laku anak. Akan terlihat sekali perbedaan anak yang sedang mengalami emosi yang akan di wujudkan terhadap tingkah lakunya. Seperti contoh anak yang sedang merasa sedih, maka ia akan mudah sakit dan setelahnya ia akan mewujudkan tingkah laku malas makan. Salah satu contoh lagi adalah dalam belajar anak.
Gangguan emosional dan frustasi mengaruhi efektivitas belajar anak. Seorang anak[8]


PENUTUP


Emosi itu adalahsuatu respon terhadap suatu rangsangan, ataupun pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Selama awal masa kanak-kanak emosi masih sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan, karena anak-anak mudahterbawa ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan. Walaupun demikian, ada beberapa cara untuk mengarahkan emosi anak, yaitu menetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak, luangkan waktu memecahkan masalah bersama anak, melihat masalah dari sudut pandang anak, meminimalkan pada saat anak merasa jengkel dengan cara menunjukan penyebab kegagalan, berikan batasan.
Pola-pola emosi yang umum pada setiap anak adalah amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, kasih sayang.
Perubahan dalam perkembangan emosi anak adalah meningkatnya pemahaman emosi, meningkatnya kecenderungan untuk lebih menyadari kejadian yang menyebabkan reaksi emosi, dan sebagainya.
Secara umum faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah kematangan dan belajar anak.
Apa yang dihasilkan dari emosi itulah yang akan di wujudkan dalam tingkah laku yang tampak dalam sehari-hari.










DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik. Bumi Aksara.2011:Jakarta.
Elizabeth B. Hulock. Psikologi Perkebangan. Erlangga.1980: Jakarta
Santrock W. John . Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. Erlangga.2012
Fatimah Enung. Psikologi Perkembangan. Pustaka Setia. 2006.Bandung


[1] Enung Fatimah. Psikologi Perkembangan. Pustaka Setia. 2006.Bandung. Hlm.103
[2]Mohammad Ali, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik. Bumi Aksara.2011:Jakarta. Hlm. 62
[3] Elizabeth B. Hulock. Psikologi Perkebangan. Erlangga.1980: Jakarta. Hlm. 154

[4] John W.Santrock. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. Erlangga. 2012: Hlm. 367
[5] Ibid
[6]  John. W.Santrock. Opcit. Hlm. 368
[7]  Enung Fatimah. Opcit. Hlm. 109
[8] Enung Fatimah. Opcit. Hlm. 113


 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;