Kamis, 01 Mei 2014

Layanan Orientasi




MAKALAH KELOMPOK I

LAYANAN ORIENTASI                                                                                     







DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
REIGINA HAQRAAF
YANA LESTARI SIHOTANG
FITRAH ANDRIYANI HARAHAP

 DOSEN PEMBIMBING  : Prof. Dr. SYAIFUL AKHYAR LUBIS, MA
 ASISTEN DOSEN                   : MUHAMMAD FADLI SAID, S.Ag. MA
 MATA KULIAH            : LAYANAN KONSELING
 JURUSAN                     : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
 FAKULTAS                   : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014


PENDAHULUAN

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah. Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama dengan penentuan penyelesaian masalah itu berfokus pada klien. Untuk mendukung proses konseling, terdapat sembilan jenis layanan yang masing-masing layanan memiliki suatu tujuan, fungsi, pendekatan dan teknik terhadap permasalahan tertentu. Dalam menjalani kehidupan, setiap individu pasti pernah mengalami keasingan didalam suasana tertentu, yang  apabila dibiarkan maka individu ini akan semangkin jatuh kedalam keterpurukan sehingga ia merasa tidak mampu untuk eksis di lingkungannya.
Berkaitan dengan masalah ini, dalam jenis-jenis layanan konseling terdapat layanan orientasi yang memang bertujuan untuk membantu klien dalam menyelesaikan masalah ini.
Maka dari itu didalam makalah ini, akan membahas pengertian layanan orientasi, tujuan, komponen, asas, pendekatan dan teknik, kegiatan pendukung, kemudian yang terakhir pelaksanaannya.


















LAYANAN ORIENTASI

A.    Pengertian Layanan Orientasi

Orientasi berarti tetapan kedepan kearah dan tentang sesuatu yang baru. Hal ini sangat penting berkenaan dengan berbagai kondisi yang ada, peristiwa yang terjadi dan kesempatan yang terbuka dalam kehidupan setiap orang. Kondisi yang ada, peristiwa yang terjadi dan kesempatan-kesempatan baru yang terbuka tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja, tanpa makna dan guna, melainkan perlu ditangkap, ditatap, dipahami, dimaknai disikapi dan bahkan diberikan perlakuan agar kondisi, peristiwa dan kesempatan itu berguna dan membawa kebahagiaan.[1]
Setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari berbagai hal. Seperti memasuki suasana baru, misalnya daerah baru, sekolah baru, kampus baru, dan lain-lain yang mana kesemuanya merupakan peristiwa penting. Timbul pertanyaan, apa yang diketahui oleh orang yang menghadapi suasana baru? Pemahaman tentang suasana baru itu sangat mendukung usaha dalam menyesuaikan diri terhadap suasana tersebut. Seseorang butuh orang lain dalam penyesuaian dirinya terhadap suasana baru itu, terlebih mereka butuh orang yang benar-benar tahu akan suasana itu. Pada diri konselor harus memiliki sifat empati terhadap orang lain, layanan orientasi adalah hal pertama yang dilakukan untuk membantu seorang klien dalam mengenal suasana yang baru ia masuki.
Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.[2]
Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “asing”. Dalam kondisi keterasingan, individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dengan perkataan lain individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan menimbulkan perilaku mal adaptif (perilaku menyimpang) bagi individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.[3]
Layanan orientasi berupaya menjembatani kesenjangan antara seseorang dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga secara langsung ataupun tidak langsung “mengantarkan” orang yang dimaksud memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek baru itu. Konselor bertindak sebagai pembangun embatan atau agen yang aktif “mengantarkan” seseorang memasuki daerah baru.[4]
Di lingkungan sekolah Pelayanan orientasi biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru yang mencakup organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program BK, Program ekstrakulikuler, fasilitas atau sarana pra sarana dan tata tertib sekolah.
Bagi siswa, ketidak kenalan atau ketidaktauaannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang disekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya kelak.  Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan.  Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu.[5]
Ada baiknya layanan orientasi juga diberikan kepada orang tua siswa juga, hal ini dikarenakan pemahaman orang tua terhadap berbagai materi orientasi akan membantu mereka dalam memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anaknya untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya.
Jadi pemakalah mengambil kesimpulan bahwa layanan orientasi terkhusus di sekolah adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dalam hal ini konselor dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasi (mengarahkan, membantu, mengadaptasi) siswa juga pihak lain yang dapat memberi pengaruh terutama orang tuanya dalam rangka mempermudah orang yang terkait (klien) beradaptasi dengan situasi yang baru.




B.     Tujuan Layanan Orientasi

1.      Tujuan Umum
Layanan Orientasi berupaya mengantarkan “individu” untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Melalui layanan ini individu mempraktikan berbagai kesempatan untuk memahami dan mampu melakukan kontak secara konstruktif dengan berbagai elemen suasana baru tersebut.[6]
Menurut pemakalah secara umum layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu (klien) agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar klien dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan klien utuk memasuki dan beradaptasi dengan suasana atau lingkungan baru tersebut.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan orientasi dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling. Fungsi pemahaman mendapat posisi yang paling dominan dalam layanan orientasi. Individu memahami berbagai hal yang penting dari suasana yang baru dijumpainya, kemudian mengolah hal-hal baru tersebut sehingga dapat digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan. Penyesuaian diri dan perencanaan kegiatan yang bersifat konstruktif dilakukan untuk lebih baik lagi dalam memasuki atau berhubungan dengan suasana baru itu.[7]
Dengan memberikan pemahaman maka akan membantu klien dalam menambah informasi ataupun wawasan penting yang dapat digunakan untuk mengatur strategi bagaimana klien tersebut dapat beradaptasi terhadap suasana baru yang ia hadapi.
Dengan pemahaman terhadap elemen suasana baru beserta berbagai keterkaitannya itu, individu yang bersangkutan dapat terhindar dari hal-hal negative yang dapat timbul apabila ia tidak memahaminya. [8]
Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negative yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari Fungsi Pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinnya. Pemahaman tentang situasi yang baru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri.[9]
Pada bidang bimbingan ini layanan orientasi berperan dalam pemberian pengenalan diantaranya:
a.       Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial
b.      Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siawa.
c.       Memberikan pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya

C.    Komponen

Komponen layanan orientasi meliputi konselor, individu peserta layanan, dan lingkungan atau suasana atau objek baru yang menjadi isi layanan. Ketiga komponen itu tersinergikan dalam layanan.
a.       Konselor
Konselor merupakan ahli pelayanan konseling, penyelenggaraan layanan orientasi. Konselor menyiapkan segenap keperluan untuk terselenggaranya layanan, terutama yang menyangkut para peserta layanan, isi layanan, dan perangkat teknis layanan. konselor dapat dibantu oleh penyaji atau nara sumber lain sesuai dengan isi layanan.[10]
Keluwesan dan wawasan yang mumpuni dari seorang konselor sangat mempengaruhi pelaksanakan layanan orientasi. Karena pada dasarnya, seorang klien akan lebih mudah untuk bekerjasama (terbuka) dengan seorang konselor yang dianggap bisa ia percayai dan menurutnya mampu untuk membantunnya menyelesaikan masalah.
b.      Peserta layanan
Peserta layanan adalah orang-orang atau individu yang sedang atau akan berada pada atau memerlukan akses terhadap suasana, lingkungan dan objek-objek baru. Keberadaan individu di tempat baru dan perlunya akses dan dengan elemen-elemen baru itu terjadi dengan atau tanpa kemauan individu itu sendiri, bahkan dimungkinkan ada individu yang merasa terpaksa berada ditempat baru dan harus berhubungan dengan hal-hal baru itu.[11]
Individu yang sedang ataupun akan berada pada suasana baru sedikit banyaknya mengalami berbagai masalah, baik yang dialami sekarang maupun dimasa mendatang. Masalah-masalah inilah yang diantisipasi dan ditangani melalui layanan orientasi. 
c.       Isi Layanan
Isi layanan orientasi adalah berbagai elemen berkenaan dengan suasana, lingkungan atau objek-objek yang ada dan terkait dengan apa yang dianggap baru oleh individu yang bersangkutan. Dari seluruh bidang pelayanan konseling isi layanan orientasi dapat diangkat seperti :
1.      Bidang pengembangan pribadi
2.      Bidang pengembangan hubungan social
3.      Bidang pengembangan kegiatan belajar
4.      Bidang pengembangan karier
5.      Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
6.      Bidang pengembangan keberagamaan.[12]

D.    Asas

Asas kegiatan sangat dominan untuk dilaksanakan. Para perserta layanan dituntut benar-benar aktif menjalani berbagai kegiatan yang dirancang oleh konselor.  Partisipasi aktif peserta ini didasarkan atas asas kesukarelaan dan keterbukaan. Masing-masing pihak, konselor (termasuk penyaji dan nara sumber lainnya) dan seluruh peserta bersukarela melaksanakan perannya, serta terbuka dalam dinamika saling hubungan mereka,  Begitu selanjutnya.
Asas kerahasiaan diberlakukan terhadap hal-hal yang bersipat pribadi. Penyebutan nama dan identitas lainnya hanya dilakukan sepanjang tidak merugikan pribadi-pribadi yang bersangkutan.[13]


E.     Pendekatan dan Teknik

Baik konselor maupun Klien melaksanakan Layanan orientasi dengan pendekatan langsung dan terbuka yang berkenaan dengan obejk-objek yang dibahas dari isi layanan.
1.      Format
Pertama, Format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. [14]
Objek-objek yang dimaksud dalam format lapangan dikunjungi secara langsung oleh peserta layanan.
Kedua, Fomat Klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan didalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, film, tampilan video, dan lain-lain. Isi layanan di persepsi, didiskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka.[15]
Berhubung didalam kelas, maka semua kegiatan itu dilakukan bersama oleh peserta sebanyak satu kelas.
Ketiga, Format kelompok. Dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang.  Melalui format ini lebih memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek layanan.[16] 
Sebenarnya format kelompok memiliki pola yang sama dengan format klasikal yang dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari jumlah peserta yang terbatas, tetapi kegiatan layanan dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil kelompok dapat lebih optimal.
Keempat, Format individual. Berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.
Kelima, Format politik. Dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak diluar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang berkait dengan isi layanan.
2.      Teknik
Dengan format sebelumnya, layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik: pertama, penyajian, yaitu melalui ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Kedua, pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan. Ketiga, partisipasi yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat, studi dokumentasi. Yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima, kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut diatas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.[17]
Efektifitas penggunaan teknik-teknik tersebut sangat tergantung pada pengaturan, organisasi, kecermatan, dan keseriusan para pelaksanya mampu mengurangi bahkan meniadakan masalah yang mengganggu gagalnya proses layanan.
3.      Media
Seluruh media yang berkaitan dengan teknik-teknik layanan orientasi dapat dimanfaatkan dengan catatan konselor harus mensinkronisasikan antara format, teknik, dan media yang digunakan untuk mencapai tujuan layanan.
4.      Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat penyelenggaraan layanan terkait langsung dengan isi layanan dan aspek-aspek teknis yang digunakan. Masing-masing format layanan memerlukan pertimbangan tersendiri mengenai waktu dan tempat penyelenggaraan layanan. Semua persiapan waktu dan tempat direncanakan dengan matang oleh konselor.
5.      Penilaian
Hasil layanan orientasi perlu dilakukan pengecekan, baik secara lisan maupun tulisan. Tindak dari hasil layanan juga diperlukan terhadap hasil penilaian. Karena harus sesuai dengan tujuan layanan, penilaian difokuskan pada pemahaman peserta tentang isi layanan.
6.      Keterkaitan
Layanan orientasi dapat diselenggarakan secara mandiri, terlepas dari layanan konseling lainnya. Disamping itu juga bisa dikombinasikan dengan layanan konseling lainnya. Kecermatan seorang konselor dibutuhkan untuk melaksanakannya, agar sesuai dengan kebutuhan klien.

F.     Kegiatan Pendukung

1.      Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data
Hasil aplikasi instrumentasi, terutama pengungkapan masalah individu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk layanan orientasi. Demikian juga data yang tercantum dalam himpunan data. Data yang dimaksudkan adalah merupakan petunjuk awal yang pengembangan dan pendalamannya harus dilakukan konselor sehingga menjadi jelas sebagai landasan bagi perencanaan kegiatan layanan secara lengkap.[18]
2.      Konferensi kasus
Sebagai upaya tindak lanjut, kegiatan konferensi kasus harus dapat dilakukan untuk membahas hal-hal tertentu dengan memperhatikan hasil penilaian dalam layanan orientasi terhadap para peserta.
3.      Kunjungan Rumah
Salah satu bentuk kunjungan rumah adalah undangan kepada orang tua yang dapat mengemukakan berbagai hal berkenaan dengan anak dan keadaan keluarga mereka dalam kaitannya dengan layanan orientasi.
4.      Alih Tangan Kasus
Berkenaan dengan layanan orientasi, alih tangan kasus mungkin diperlukan bagi para peserta yang ingin memperoleh pendalaman lebih lanjut tentang elemen-elemen tertentu yang mereka jumpai melalui layanan terdahulu. Konselor bertanggung jawab atas terselenggaranya alih tangan kasus, jika klien menghendakinya.[19]
Layanan orientasi juga bisa dilakukan diluar sekolah yang mana cara penyajiannya sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya.  Lembaga-lembaga seperti”badan penasehat perkawinan”, “pusat rehabilitasi nara pidana”, dan lain-lain. Dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus dimasyarakat itu.[20]

G.    Pelaksanaan Layanan Orientasi
1.      Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
a)      Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan
b)      Menetapkan peserta layanan
c)      Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan
d)     Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media
e)      Menyiapkan kelengkapan administrasi
2.      Pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:
a)      Mengorganisasikan kegiatan layanan
b)      Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.[21]
3.      Evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah:
a)      Menetapkan materi evaluasi
b)      Menetapkan prosedur evaluasi
c)      Menyusun instrument evaluasi
d)     Mengaplikasikan instrument evaluasi
e)      Mengolah data hasil instrument
4.      Analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a)      Menetapkan standar analisis
b)      Melakukan analisis
c)      Menafsirkan analisis.
5.      Tindak lanjut.hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a)      Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
b)      Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak terkait
c)      Melaksanakan rencana tindak lanjut.
6.      Laporan. Meliputi:
a)      Menyusun laporan layanan orientasi
b)      Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait
c)      Mendokumentasikan laporan layanan.[22]
Pelayanan layanan orientasi ini harus dilakukan secara bertahap, agar sesuai tujuan yang diinginkan.
KESIMPULAN
Layanan orientasi terkhusus di sekolah adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dalam hal ini konselor dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasi (mengarahkan, membantu, mengadaptasi) siswa juga pihak lain yang dapat memberi pengaruh terutama orang tuanya dalam rangka mempermudah orang yang terkait (klien) beradaptasi dengan situasi yang baru.
layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu (klien) agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar klien dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan klien utuk memasuki dan beradaptasi dengan suasana atau lingkungan baru tersebut.
Komponen layanan orientasi meliputi konselor, individu peserta layanan, dan lingkungan atau suasana atau objek baru yang menjadi isi layanan. Baik konselor maupun Klien melaksanakan Layanan orientasi dengan pendekatan langsung dan terbuka yang berkenaan dengan obejk-objek yang dibahas dari isi layanan.












DAFTAR PUSTAKA
           
A.Hallen . Bimbingan dan Konseling. Quantum Teaching. 2005. Jakarta
Prayitno, Erman Amti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Rineka Cipta. 2004. Jakarta
Prayitno. Layanan Konseling (Layanan L.1-L.9). 2004
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Raja Grafindo Persada. 2007. Jakarta







[1] Prayitno. Layanan Konseling (Layanan L.1-L.9). 2004. Hlm. 1

[2] Hallen A. Bimbingan dan Konseling. Quantum Teaching. 2005. Jakarta. Hlm. 77

[3]Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Raja Grafindo Persada. 2007. Jakarta. Hlm. 137

[4] Prayitno. Op.Cit. Hlm. 2
               
[5] Prayitno, Erman Amti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Rineka Cipta. 2004. Jakarta. Hlm. 256

[6] Prayitno.Op.Cit. Hlm. 3

[7] Ibid. Hlm. 4

[8] Ibid. Hlm. 4

[9] Tohirin. Op.Cit. Hlm. 138

[10] Prayitno.Op.Cit. Hlm. 5

[11] Ibid. Hlm. 5

[12] Ibid. Hlm. 7

[13] Ibid. Hlm. 8

[14] Tohirin. Op.Cit. Hlm. 139

[15] Ibid. Hlm. 139

[16] Ibid. Hlm. 139

[17] Ibid. Hlm. 140
[18] Prayitno. Op.cit. Hlm. 14

[19] Ibid.Hlm. 17

[20] Prayitno, Erman Amti. Op.Cit. Hlm. 259

[21] Tohirin. Op.Cit. Hlm. 141

[22] Tohirin. Op.Cit. Hlm. 142

0 komentar:

Posting Komentar

 
;