MAKALAH KELOMPOK I
DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
REIGINA
HAQRAAF
YANA
LESTARI SIHOTANG
FITRAH
ANDRIYANI HARAHAP
DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. SYAIFUL AKHYAR LUBIS, MA
ASISTEN DOSEN :
MUHAMMAD FADLI SAID, S.Ag. MA
MATA KULIAH :
LAYANAN KONSELING
JURUSAN : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2014
PENDAHULUAN
Alhamdulillah,
puji syukur kepada Allah. Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka
antara konselor dengan klien yang berusaha memecahkan masalah dengan
mempertimbangkannya bersama-sama dengan penentuan penyelesaian masalah itu
berfokus pada klien. Untuk mendukung proses konseling, terdapat sembilan jenis
layanan yang masing-masing layanan memiliki suatu tujuan, fungsi, pendekatan
dan teknik terhadap permasalahan tertentu. Dalam menjalani kehidupan, setiap
individu pasti pernah mengalami keasingan didalam suasana tertentu, yang apabila dibiarkan maka individu ini akan
semangkin jatuh kedalam keterpurukan sehingga ia merasa tidak mampu untuk eksis
di lingkungannya.
Berkaitan
dengan masalah ini, dalam jenis-jenis layanan konseling terdapat layanan
orientasi yang memang bertujuan untuk membantu klien dalam menyelesaikan
masalah ini.
Maka
dari itu didalam makalah ini, akan membahas pengertian layanan orientasi,
tujuan, komponen, asas, pendekatan dan teknik, kegiatan pendukung, kemudian
yang terakhir pelaksanaannya.
LAYANAN
ORIENTASI
A.
Pengertian Layanan Orientasi
Orientasi berarti tetapan kedepan kearah dan tentang sesuatu yang
baru. Hal ini sangat penting berkenaan dengan berbagai kondisi yang ada,
peristiwa yang terjadi dan kesempatan yang terbuka dalam kehidupan setiap
orang. Kondisi yang ada, peristiwa yang terjadi dan kesempatan-kesempatan baru
yang terbuka tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja, tanpa makna dan guna,
melainkan perlu ditangkap, ditatap, dipahami, dimaknai disikapi dan bahkan
diberikan perlakuan agar kondisi, peristiwa dan kesempatan itu berguna dan
membawa kebahagiaan.[1]
Setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak terlepas
dari berbagai hal. Seperti memasuki suasana baru, misalnya daerah baru, sekolah
baru, kampus baru, dan lain-lain yang mana kesemuanya merupakan peristiwa
penting. Timbul pertanyaan, apa yang diketahui oleh orang yang menghadapi
suasana baru? Pemahaman tentang suasana baru itu sangat mendukung usaha dalam
menyesuaikan diri terhadap suasana tersebut. Seseorang butuh orang lain dalam
penyesuaian dirinya terhadap suasana baru itu, terlebih mereka butuh orang yang
benar-benar tahu akan suasana itu. Pada diri konselor harus memiliki sifat
empati terhadap orang lain, layanan orientasi adalah hal pertama yang dilakukan
untuk membantu seorang klien dalam mengenal suasana yang baru ia masuki.
Layanan
Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya,
dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan yang baru itu.[2]
Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu
yang “asing”. Dalam kondisi keterasingan, individu akan mengalami kesulitan
untuk bersosialisasi. Dengan perkataan lain individu akan sulit melakukan
hal-hal yang sesuai dengan menimbulkan perilaku mal adaptif (perilaku
menyimpang) bagi individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan
antara individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan
mengantarkan individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat
mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.[3]
Layanan orientasi berupaya menjembatani kesenjangan antara
seseorang dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga secara
langsung ataupun tidak langsung “mengantarkan” orang yang dimaksud memasuki
suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan
situasi atau objek baru itu. Konselor bertindak sebagai pembangun embatan atau
agen yang aktif “mengantarkan” seseorang memasuki daerah baru.[4]
Di
lingkungan sekolah
Pelayanan orientasi biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru yang
mencakup organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program BK, Program
ekstrakulikuler, fasilitas atau sarana pra sarana dan tata tertib sekolah.
Bagi siswa, ketidak kenalan atau ketidaktauaannya terhadap
lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang disekolah baru dimasukinya itu
dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya
tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal tentang
lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu.[5]
Ada baiknya layanan orientasi juga diberikan kepada orang
tua siswa juga, hal ini dikarenakan pemahaman orang tua terhadap berbagai
materi orientasi akan membantu mereka dalam memberikan kemudahan dan pelayanan
kepada anak-anaknya untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya.
Jadi pemakalah mengambil kesimpulan bahwa layanan orientasi terkhusus
di sekolah adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dalam hal
ini konselor dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu
mengorientasi (mengarahkan, membantu, mengadaptasi) siswa juga pihak lain yang
dapat memberi pengaruh terutama orang tuanya dalam rangka mempermudah orang
yang terkait (klien) beradaptasi dengan situasi yang baru.
B.
Tujuan Layanan Orientasi
1.
Tujuan
Umum
Layanan
Orientasi berupaya mengantarkan “individu” untuk memasuki suasana atau
lingkungan baru. Melalui layanan ini individu mempraktikan berbagai kesempatan
untuk memahami dan mampu melakukan kontak secara konstruktif dengan berbagai
elemen suasana baru tersebut.[6]
Menurut
pemakalah secara umum layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu (klien)
agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan
kata lain agar klien dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari
berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan
ini juga akan mengantarkan klien utuk memasuki dan beradaptasi dengan suasana
atau lingkungan baru tersebut.
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus layanan orientasi dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling. Fungsi
pemahaman mendapat posisi yang paling dominan dalam layanan orientasi. Individu
memahami berbagai hal yang penting dari suasana yang baru dijumpainya, kemudian
mengolah hal-hal baru tersebut sehingga dapat digunakan untuk sesuatu yang
menguntungkan. Penyesuaian diri dan perencanaan kegiatan yang bersifat
konstruktif dilakukan untuk lebih baik lagi dalam memasuki atau berhubungan
dengan suasana baru itu.[7]
Dengan
memberikan pemahaman maka akan membantu klien dalam menambah informasi ataupun
wawasan penting yang dapat digunakan untuk mengatur strategi bagaimana klien
tersebut dapat beradaptasi terhadap suasana baru yang ia hadapi.
Dengan
pemahaman terhadap elemen suasana baru beserta berbagai keterkaitannya itu,
individu yang bersangkutan dapat terhindar dari hal-hal negative yang dapat
timbul apabila ia tidak memahaminya. [8]
Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan
untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negative yang dapat timbul
apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat
dari Fungsi Pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri
secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada
pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara
potensi dirinnya. Pemahaman tentang situasi yang baru dan kemampuan konstruktif
memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela
hak-hak pribadi sendiri.[9]
Pada bidang bimbingan ini layanan
orientasi berperan dalam pemberian pengenalan diantaranya:
a. Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola
kehidupan sosial
b. Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang
mendukung keberhasilan siawa.
c.
Memberikan
pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah
anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan
belajar anaknya
C.
Komponen
Komponen
layanan orientasi meliputi konselor, individu peserta layanan, dan lingkungan
atau suasana atau objek baru yang menjadi isi layanan. Ketiga komponen itu
tersinergikan dalam layanan.
a.
Konselor
Konselor
merupakan ahli pelayanan konseling, penyelenggaraan layanan orientasi. Konselor
menyiapkan segenap keperluan untuk terselenggaranya layanan, terutama yang
menyangkut para peserta layanan, isi layanan, dan perangkat teknis layanan.
konselor dapat dibantu oleh penyaji atau nara sumber lain sesuai dengan isi
layanan.[10]
Keluwesan
dan wawasan yang mumpuni dari seorang konselor sangat mempengaruhi pelaksanakan
layanan orientasi. Karena pada dasarnya, seorang klien akan lebih mudah untuk bekerjasama
(terbuka) dengan seorang konselor yang dianggap bisa ia percayai dan menurutnya
mampu untuk membantunnya menyelesaikan masalah.
b.
Peserta
layanan
Peserta
layanan adalah orang-orang atau individu yang sedang atau akan berada pada atau
memerlukan akses terhadap suasana, lingkungan dan objek-objek baru. Keberadaan
individu di tempat baru dan perlunya akses dan dengan elemen-elemen baru itu
terjadi dengan atau tanpa kemauan individu itu sendiri, bahkan dimungkinkan ada
individu yang merasa terpaksa berada ditempat baru dan harus berhubungan dengan
hal-hal baru itu.[11]
Individu
yang sedang ataupun akan berada pada suasana baru sedikit banyaknya mengalami berbagai
masalah, baik yang dialami sekarang maupun dimasa mendatang. Masalah-masalah
inilah yang diantisipasi dan ditangani melalui layanan orientasi.
c.
Isi
Layanan
Isi
layanan orientasi adalah berbagai elemen berkenaan dengan suasana, lingkungan
atau objek-objek yang ada dan terkait dengan apa yang dianggap baru oleh
individu yang bersangkutan. Dari seluruh bidang pelayanan konseling isi layanan
orientasi dapat diangkat seperti :
1.
Bidang
pengembangan pribadi
2.
Bidang
pengembangan hubungan social
3.
Bidang
pengembangan kegiatan belajar
4.
Bidang
pengembangan karier
5.
Bidang
pengembangan kehidupan berkeluarga
6.
Bidang
pengembangan keberagamaan.[12]
D.
Asas
Asas
kegiatan sangat dominan untuk dilaksanakan. Para perserta layanan dituntut
benar-benar aktif menjalani berbagai kegiatan yang dirancang oleh
konselor. Partisipasi aktif peserta ini
didasarkan atas asas kesukarelaan dan keterbukaan. Masing-masing pihak,
konselor (termasuk penyaji dan nara sumber lainnya) dan seluruh peserta
bersukarela melaksanakan perannya, serta terbuka dalam dinamika saling hubungan
mereka, Begitu selanjutnya.
Asas
kerahasiaan diberlakukan terhadap hal-hal yang bersipat pribadi. Penyebutan
nama dan identitas lainnya hanya dilakukan sepanjang tidak merugikan pribadi-pribadi
yang bersangkutan.[13]
E.
Pendekatan dan Teknik
Baik
konselor maupun Klien melaksanakan Layanan orientasi dengan pendekatan langsung
dan terbuka yang berkenaan dengan obejk-objek yang dibahas dari isi layanan.
1.
Format
Pertama, Format lapangan.
Format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar
kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi
layanan. [14]
Objek-objek yang dimaksud
dalam format lapangan dikunjungi secara langsung oleh peserta layanan.
Kedua, Fomat Klasikal.
Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan didalam kelas
(ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, film, tampilan
video, dan lain-lain. Isi layanan di persepsi, didiskusikan, diperlakukan
secara bebas dan terbuka.[15]
Berhubung
didalam kelas, maka semua kegiatan itu dilakukan bersama oleh peserta sebanyak
satu kelas.
Ketiga, Format kelompok.
Dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya
lima sampai delapan orang. Melalui format
ini lebih memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek
layanan.[16]
Sebenarnya
format kelompok memiliki pola yang sama dengan format klasikal yang dilakukan
dalam kelompok yang terdiri dari jumlah peserta yang terbatas, tetapi kegiatan
layanan dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil kelompok dapat
lebih optimal.
Keempat, Format
individual. Berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus
dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus
disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.
Kelima, Format politik.
Dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya menghubungkan dan
mengaktifkan pihak-pihak diluar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan
fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan peserta
layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang berkait dengan isi layanan.
2.
Teknik
Dengan format sebelumnya, layanan orientasi bisa dilaksanakan
dengan teknik-teknik: pertama, penyajian, yaitu melalui ceramah, Tanya
jawab, dan diskusi. Kedua, pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek
yang terkait dengan isi layanan. Ketiga, partisipasi yaitu dengan
melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan
mengalami sendiri. Keempat, studi dokumentasi. Yaitu dengan
membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima, kontemplasi,
yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal
yang menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut diatas dilakukan oleh
konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran
masing-masing.[17]
Efektifitas
penggunaan teknik-teknik tersebut sangat tergantung pada pengaturan,
organisasi, kecermatan, dan keseriusan para pelaksanya mampu mengurangi bahkan
meniadakan masalah yang mengganggu gagalnya proses layanan.
3.
Media
Seluruh media yang berkaitan dengan teknik-teknik layanan orientasi
dapat dimanfaatkan dengan catatan konselor harus mensinkronisasikan antara
format, teknik, dan media yang digunakan untuk mencapai tujuan layanan.
4.
Waktu
dan Tempat
Waktu dan tempat penyelenggaraan layanan terkait langsung dengan
isi layanan dan aspek-aspek teknis yang digunakan. Masing-masing format layanan
memerlukan pertimbangan tersendiri mengenai waktu dan tempat penyelenggaraan
layanan. Semua persiapan waktu dan tempat direncanakan dengan matang oleh
konselor.
5.
Penilaian
Hasil layanan orientasi perlu dilakukan pengecekan, baik secara
lisan maupun tulisan. Tindak dari hasil layanan juga diperlukan terhadap hasil
penilaian. Karena harus sesuai dengan tujuan
layanan, penilaian difokuskan pada pemahaman peserta tentang isi layanan.
6.
Keterkaitan
Layanan orientasi dapat diselenggarakan secara mandiri, terlepas
dari layanan konseling lainnya. Disamping itu juga bisa dikombinasikan dengan
layanan konseling lainnya. Kecermatan seorang konselor dibutuhkan untuk
melaksanakannya, agar sesuai dengan kebutuhan klien.
F.
Kegiatan Pendukung
1.
Aplikasi
Instrumentasi dan Himpunan Data
Hasil
aplikasi instrumentasi, terutama pengungkapan masalah individu dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk layanan orientasi. Demikian juga data yang tercantum
dalam himpunan data. Data yang dimaksudkan adalah merupakan petunjuk awal yang
pengembangan dan pendalamannya harus dilakukan konselor sehingga menjadi jelas
sebagai landasan bagi perencanaan kegiatan layanan secara lengkap.[18]
2.
Konferensi
kasus
Sebagai
upaya tindak lanjut, kegiatan konferensi kasus harus dapat dilakukan untuk
membahas hal-hal tertentu dengan memperhatikan hasil penilaian dalam layanan orientasi
terhadap para peserta.
3.
Kunjungan
Rumah
Salah
satu bentuk kunjungan rumah adalah undangan kepada orang tua yang dapat
mengemukakan berbagai hal berkenaan dengan anak dan keadaan keluarga mereka
dalam kaitannya dengan layanan orientasi.
4.
Alih
Tangan Kasus
Berkenaan
dengan layanan orientasi, alih tangan kasus mungkin diperlukan bagi para
peserta yang ingin memperoleh pendalaman lebih lanjut tentang elemen-elemen
tertentu yang mereka jumpai melalui layanan terdahulu. Konselor bertanggung
jawab atas terselenggaranya alih tangan kasus, jika klien menghendakinya.[19]
Layanan
orientasi juga bisa dilakukan diluar sekolah yang mana cara penyajiannya sangat
tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang
memerlukannya. Lembaga-lembaga
seperti”badan penasehat perkawinan”, “pusat rehabilitasi nara pidana”, dan
lain-lain. Dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak
lembaga bantuan khusus dimasyarakat itu.[20]
G.
Pelaksanaan Layanan Orientasi
1.
Perencanaan.
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
a)
Menetapkan
objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan
b)
Menetapkan
peserta layanan
c)
Menetapkan
jenis kegiatan, termasuk format kegiatan
d)
Menyiapkan
fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media
e)
Menyiapkan
kelengkapan administrasi
2.
Pelaksanaan.
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:
a)
Mengorganisasikan
kegiatan layanan
b)
Mengimplementasikan
pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.[21]
3.
Evaluasi.
Hal-hal yang dilakukan adalah:
a)
Menetapkan
materi evaluasi
b)
Menetapkan
prosedur evaluasi
c)
Menyusun
instrument evaluasi
d)
Mengaplikasikan
instrument evaluasi
e)
Mengolah
data hasil instrument
4.
Analisis
hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a)
Menetapkan
standar analisis
b)
Melakukan
analisis
c)
Menafsirkan
analisis.
5.
Tindak
lanjut.hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a)
Menetapkan
jenis dan arah tindak lanjut
b)
Mengomunikasikan
rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak terkait
c)
Melaksanakan
rencana tindak lanjut.
6.
Laporan.
Meliputi:
a)
Menyusun
laporan layanan orientasi
b)
Menyampaikan
laporan kepada pihak-pihak terkait
c)
Mendokumentasikan
laporan layanan.[22]
Pelayanan layanan orientasi ini harus dilakukan secara bertahap,
agar sesuai tujuan yang diinginkan.
KESIMPULAN
Layanan orientasi terkhusus di
sekolah adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dalam hal ini
konselor dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu
mengorientasi (mengarahkan, membantu, mengadaptasi) siswa juga pihak lain yang
dapat memberi pengaruh terutama orang tuanya dalam rangka mempermudah orang
yang terkait (klien) beradaptasi dengan situasi yang baru.
layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu (klien) agar
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata
lain agar klien dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari berbagai
sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga
akan mengantarkan klien utuk memasuki dan beradaptasi dengan suasana atau
lingkungan baru tersebut.
Komponen
layanan orientasi meliputi konselor, individu peserta layanan, dan lingkungan
atau suasana atau objek baru yang menjadi isi layanan. Baik konselor maupun
Klien melaksanakan Layanan orientasi dengan pendekatan langsung dan terbuka
yang berkenaan dengan obejk-objek yang dibahas dari isi layanan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Hallen . Bimbingan dan
Konseling. Quantum Teaching. 2005. Jakarta
Prayitno, Erman Amti. Dasar-dasar
bimbingan dan konseling. Rineka Cipta. 2004. Jakarta
Prayitno. Layanan Konseling (Layanan
L.1-L.9). 2004
Tohirin. Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Raja Grafindo Persada. 2007.
Jakarta
[1] Prayitno. Layanan
Konseling (Layanan L.1-L.9). 2004. Hlm. 1
[2] Hallen A. Bimbingan
dan Konseling. Quantum Teaching. 2005. Jakarta. Hlm. 77
[3]Tohirin. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Raja Grafindo
Persada. 2007. Jakarta. Hlm. 137
[4]
Prayitno. Op.Cit.
Hlm. 2
[5] Prayitno,
Erman Amti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Rineka Cipta. 2004.
Jakarta. Hlm. 256
[6] Prayitno.Op.Cit.
Hlm. 3
[9] Tohirin. Op.Cit.
Hlm. 138
[10]
Prayitno.Op.Cit.
Hlm. 5
[11] Ibid. Hlm.
5
[14] Tohirin.
Op.Cit. Hlm. 139
[15]
Ibid. Hlm. 139
[16]
Ibid. Hlm. 139
[17] Ibid. Hlm. 140
[18] Prayitno. Op.cit.
Hlm. 14
[19] Ibid.Hlm. 17
[20] Prayitno,
Erman Amti. Op.Cit. Hlm. 259
[21] Tohirin. Op.Cit.
Hlm. 141
[22] Tohirin. Op.Cit.
Hlm. 142
0 komentar:
Posting Komentar