KLIEN
DALAM KONSELING
Sebagai individu, klien
memiliki aspek-aspek psikologis yang sama dengan konselor punya pribadi, sikap,
kecerdasan, perasaan dan seterusnya. Namun dalam statusnya pada situasi
konseling, klien memiliki banyak kekhasan yang harus dipertimbangkan oleh
konselor ketika bekerja dengan klien. Kekhasan klien yang mempunyai implikasi
penting dalam konselingitu dapat dicakup dalam: ikhwal perkembangan individunya,
citra-dirinya, dan kebutuhannya.
Agar dapat sukses dalam
konseling orang memerlukan kemampuan yang dapat mengekpresikan diri dan
menemukan insight yang dapat membantunya untuk lebih memahami dirinya dari
percakapannya dengan konselor. Untuk itu diperlukan peran intelegensi untuk
mengolah masukan yang diperolehnya, memerlukan kemampuan untuk menganalisis dan
melakukan sintesis terhadap masukan-masukan yang diperoleh. Oleh karena itu,
klien yang akan masuk ke dalam konseling memiliki beberapa cirri diantaranya:
1. Konsep
Daya Psikologis
Konsep daya psikologis mempunya tiga
dimensi yaitu pemenuhan kebutuhan, kompetensi intra pribadi dan kompetnsi antar
pribadi. Dimensi pemenuhan kebutuhan merujuk kepada kekuatan psikis yang
diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup agar dapat mencapai kualitas
kehidupan secara bermakna dan memberikan kebahagiaan . Dimensi kedua daya
psikologis berkenaan dengan kompetensi-kompetensi intra pribadi yaitu
kekuatan-kekuatan yang diperlukan dalam menghadapi tuntutan yang berasal dari
dalam dirinya sendiri. Dimensi ketiga daya psikologis adalah
kompetensi-kompetensi antar pribadi yaitu kekuatan psikis yang berkenaan dengan
hubungan bersama orang lain dalam keseluruhan kehidupan dan interaksi dengan
lingkungan. [1]
2. Pemenuhan
Kebutuhan
Orang
pergi ke konseling berkaitan erat dengan masalah pemenuhan kebutuhan. Ada
beberapa macam kebutuhan yang terkait dengan konseling, yaitu:
a.
Memberi
dan menerima kasih sayang
Memberikan kasih sayang merupakan
satu kebutuhan yang apabila gagal dinyatakan secara tepat dapat menimbulkan
gangguan psikologis. Bila orang mampu memberikan kasih sayang kepada orang
lain, ia akan merasakan kenikmatan dari dampaknya dan merasakan lebih
menyayangi dirinya sendiri. Sebaliknya orang yang tidak mampu memberikan kasih
sayang akan menjadi frustasi, merasa terisolasi, tidak berguna dan kegersangan
emosional.
Konselor dapat membantu orang
menemukan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan ini. Jika masalah primernya berada
dalam diri klien, konselor dapat membantunya menemukan asumsi atau perasaan apa
yang menghambat pemenuhan kebutuhan itu. Bila masalah dasarnya terletak dalam
ketidak-mampuan atau ketidak-inginan untuk memberikan atau menerima kasih
sayang, konselor dapat membantu klien bertindak untuk menemukan alternative.
Konseling dalam kaitan dengan kebutuhan ini, harus dapat berlangsung dalam
suasana yang bersifat efeksional dalam arti terciptanya suasana saling memberi
dan menerima kasih sayang antar konselor dengan klien.
b.
Kebebasan
Orang yang
kurang memperoleh pemuasan kebutuhan kebebasan cenderung akan menjadi robot
dalam pekerjaan, menjadi pelayan atau pembantu dirumah dan menjadi peminta
belas kasihan di lingkungan teman-temannya. Makin berkurang menikmati rasa
kebebasan makin besar ketergantungannya kepada pihak lain dan pada gilirannya
dapat menimbulkan gangguan-gangguan psikologis. Sebagian orang merasakan tidak
mengalami kebebasan desebabkan karena adanya kekeliruan asumsi bahwa
mengorbankan kebebasan merupakan tanda-tanda cinta, dengan demikian makin
meningkatkan cinta, makin besar pengorbanan kebebasan pribadi. Konselor mempunyai
dua peranan dalam membantu klien menghadapi kecemasan karena hubungan dengan
orang lain, yaitu pertama konselor mengeluarkan klien dari penjara kekeliruan
asumsi, kedua konselor membantu klien dalam memperbaiki hubungan dengan orang
lain.
c. Memiliki kesenangan
Kesenangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar
dan mempunya peranan erat terhadap kesehatan psikologis. Pada anak-anak
kebutuhan ini menempati prioritas utama tetapi banyak orang dewasa yang
menganggap bahwa kesengan hanya merupakan cirri anak-anak dan bukan merupakan
cirri orang dewasa.
Orang yang mencari konseling pada umumnya berkenan
dengan kesenangan yang dirasakan
tergantung karena berbagai perasaan seperti rasa takut, rasa sakit, rasa
berdosa, dsb. Hal itu timbul karena hubungan dengan orang lain atau hal-hal
lainnya.
Konselor dapat membantu klien dengan mengenal
pentingnya kesenangan dan memahami bagaimana rasanya kehilangan kesenangan
dalam hidup. Selanjutnya konselor membantu klien untuk memperbaikinya dengan
mengembangkan kompetensi yang dapat menunjang diperolehnya pengalaman yang
menyenangkan.
d. Menerima
rangsangan (Stimulus)
Pada dasarnya
orang membutuhkan sejumlah variasi dan perubahan yang sehat dalam hidupnya.
Mereka membutuhkan pengalaman yang merangsang hubungan dan tantangan baru untuk
menjaga kehidupan yang baik. Mereka secara sadar memanfaatkan waktu untuk
mendapatkan pengalaman yang baru dalam persahabatan, pekerjaan, dan kehidupan
lainnya. Orang yang mengalami gangguan dalam kebutuhan ini akan membenamkan
diri dalam kegiatan-kegiatan rutin yang kemudian dapat mengganggu kondisi
psikologisnya.
Konselor dapat
memperkenalkan kepada klien pentingnya merangsang dan membantu mereka
mengembangkan tilikan, keterampilan dan keberanian untuk menghadapi sikap
apatis dan tidak terkait dengan kehidupannya. Konselor juga dapat mengembangkan
satu pengalaman yang memberikan satu rangasangan selama proses konseling
berlangsung.
e. Perasaan
mencapai prestasi
Orang
membutuhkan untuk melihat hal positif dari usaha-usaha yang telah dilakukannya.
Bila orang melihat dampak positif dari apa yang dilakukannya maka ia akan
merasakannya kepuasan dan sebaliknya rasa tidak behasil dari usahanya dapat
menimbulkan kekeceewaan yang pada gilirannya dapat mengganggu kesehatan
psikologisnya.
Konselor dapat
membantu klien dengan mengenal kekurangan kompetensi yang menyebabkan rasa
tidak behaasil dan kemudian mengembangkan kompetensi-kompetensi yang tepat
untuk lebih efektif.
0 komentar:
Posting Komentar