Makalah
Kelompok III
DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
NUR FITRIANA
SURYA MURNI PURBA
DOSEN PEMBIMBING : TUMIYEM,
S.Pd.I, M.Pd, Kons
JURUSAN
: BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2014
PENDAHULUAN
Psikologi Individual adalah
salah satu aliran psikologi yang dirumuskan oleh Alfred Adler. Awalnya Adler
adalah salah orang yang bekerja sama dengan Freud dan para psikoanalis lainnya,
setelah 8-10 tahun bekerja sama, Adler menyimpang dari pemikiran Freud. Menurut
Adler masalah dalam kehidupan adalah yan menyangkut dengan sosial. Bagi Freud,
komponen yang paling esensi dari kehidupan manusia adalah kemampuan untuk
bercinta dan bekerja. Bagi Adler fungsi sehat tidak hanya bercinta dan bekerja,
tetapi perhatiannya lebih diarahkanbagi kesejahteraan bersama (sosial). Teori
Psikologi Individual sangat memberi konstribusi yang sangat berarti pada ilmu
psikologi. Teorinya merupakan cikal bakal dari teori humanistik seperti
dikemukakan oleh Abraham Maslow, Carl Ranson Rogers, teori lapangan oleh Kurt
Lewin dan teori kognitif oleh George Kelly.
Makalah ini akan dibahas konsep dasar psikologi individual, Konsep-konsep Pokok
Teori Adler Sebagai Aliran Psikologi, pandangan tentang
hakikat manusia, perkembangan
kepribadian, struktur kepribadian dari teori Adler, perkembangan kepribadian
abnormal, tujuan konseling
daam psikologi individual, sumbangan dari psikologi individual, teknik konseling,
dan kelebihan dan kelemahan psikologi individual.
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Psikologi Individual
Aliran
psikologi individual dipelopori oleh Alferd Adler dan dikembangkan sebagai
sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald Dinkmeyer, yang dikenal
dengan nama Adlerian Counseling. Dalam
corak terapi ini perhatian utama diberikan kepada kebutuhan seseorang untuk
menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Ketiga konsep pokok dalam corak
terapi ini adalah rasa rendah diri (inferiority Feeling), usaha untuk mencapai
keunggulan (striving for superiority), dan gaya hidup perseorangan (a person’s
lifestyle). Manusia kerap mengalami rasa rendah diri karena berbagai kelemahan
dan kekurangan yang mereka alami, dan berusaha untuk menghilangkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri melalui aneka usaha mencari konvensasi
terhadap rasa rendah diri itu, dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan
dalam satu atau beberapa hal. Dengan demikian manusia bermotivasi untuk
menguasai situasi hidupnya, sehingga dia merasa puas dapat menunjukkan
keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri. Untuk mencapai itu anak
kecil sudah mengembangakan suatu gaya hidup perseorangan, yang mewarnai
keseluruhan perilakunya dikemudian hari meskipun biasanya tidak disadari
sendiri. Selama proses terapi konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan
konseling dimasa sekarang dan dimasa lampau sejak berusia sangat muda, antara
lain berbagai peristiwa dimasa kecil yang masih diingat, urutan kelahiran dan
keluarga, impian-impian dan keanehan dalam perilaku. Dari semua informasi itu
konselor menggali perasaan rendah diri pada konseli yang bertahan sampai
sekarang dan menemukan segala usahanya untuk menutupi perasaannya itu melalui
suatu bentuk konvensasi,[1]
sehingga mulai tampak gaya hidup perseorangan. Selanjutnya konselor membantu
konseli untuk mengembangkan tujuan-tujuan yang lebih membahagiakan bagi konseli
dan merancang suatu gaya hidup yang lebih konstruktif. Dalam melayani anak muda
yang menunjukkan gejala salah suai dalam bergaul dalam pihak teman disekolah,
konselor berusaha menemukan perasaan rendah diri yang mendasari usaha konvensasi
dengan bertingkah laku aneh, yang ternyata menimbulkan berbagai gangguan
didalam kelas. Menurut pendapat Schmidt (1993) banyak unsure dalam psikologi
individual cocok untuk diterapkan dalam konseling disekolah baik dalam
konseling individual maupun konseling kelompok.[2]
Psikologi
individual mempunyai arti yang penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku
manusia. Pengertian seperti gambaran semua, rasa rendah diri, kompensasi, gaya
hidup, diri yang kreatif, memberi pedoman yang penting untuk memahami sesama
manusia. Aliran ini tidak memberikan susunan yang teliti mengenai struktur,
dinamika, serta perkembangan kepribadian, tetapi mementingkan perumusan
petunjuk-petunjuk praktis untuk memahami sesama manusia. Karena itu justru
dalam praktik pendidikanlah teori Adler ini punya arti yang sangat penting
karena hal-hal berikut ini.[3]
1. Penentuan
tujuan-tujuan yang susila, seperti:
a. Keharusan
memikul tanggung jawab
b. Keberanian
menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c. Mengikis
dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan
d. Menyelami
diri sendiri dan membuka kecenderungankecenderungan egoistis yang yang
tersembunyi.
2. Optimismenya
dalam bidang pendidikan. Lain dari pada itu pendekatannya secara psikologi
sosial berarti membuka halaman baru dalam bidang psikologi kepribadian. [4]
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama
dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada
dasarnya adalah makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain,
ikut dalam kegiatan-kegiatan kerjasama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial
di atas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup untuk memutuskan
dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan:
a.
Tanggung jawab sosial
b.
Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai
sesuatu.
Bilamana Freud berpendapat bahwa “libido sexsual” (hal
yang ada diluar kesadaran) adalah nafsu pokok yang mempengaruhi hidup manusia,
maka Adler merujuk pada struktur kepribadian yang kompleks,
artinya manusia bertindak atas apa yang dirasakan terhadap lingkungan
sekitarnya, bukan atas apa yang tidak disadarinya.
B.
Pandangan Tentang Hakekat Manusia
Psikologi individual didasarkan atas pandangan holistik
mengenai pribadi manusia. Kata individual tidak berarti bahwa model ini
dipusatkan kepada individu sebagai lawan kelompok manusia. Kata tersebut
berarti bahwa manusia di pandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisahmenjadi bagian – bagian, maka
kepribadian itu di pandang sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan yang tidak
dapat di pisahkan. Manusia tidak terpisah dari bagian – bagian, dan
kepribadiannya pun berpadu menjadi suatu kesatuan dan hanya dapat dipahami
apabila kepribadian tersebut dipandang sebagai suatu keseluruhan.
Salah satu implikasi dari pandangan tersebut adalah bahwa
klien seyogyanya dipandang sebagai suatu bagian terpadu dalam sistem sosial. Psikologi
individual tertumpu pada keyakinan pokok bahwa kebahagiandan keberhasilan
seseorang pada umumnya berkaitan dengan keterikatan sosial. Sebagai makhluk
sosial,manusia mempunyai kebutuhan untuk bermanfaat pula dalam masyarakat,
mengingat manusia itu juga melekat dalam masyarakat maka manusia tidk dapat
dipahami dalam terpisah dari konteks sosial. Adler berpendapat bahwa manusia
mempunyai kebutuhan yang kuat untuk merasa bersatu dengan orang lain. Dengan
demikian manusia akan mampu bertindak dengan berani dalam menghadapi dan
menangani permasalahan hidup. Manusia memiliki kebutuhan yang kuat untuk
memnempati dan menemukan tempat yang berarti dalam masyarakat. Tiadanya
perasaan untuk mendapatkan tempat dan diterima oleh orang lain merupakan salah
satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan manusia. Manusia itu tidak
hanya membutuhkan manusia lain, manusia juga mempunyai perasaan untuk diterima
oleh orang lain. Pada gilirannya pengembangan minat sosial itu menjadi tujuan
dari konseling, manusia yang tidak memiliki minat sosial akan merasa sakit dan
manusia yang memiliki rasa minat sosialnya akan merasa sehat. Adler menyamakan
konsep minat sosial ini dengan perasaan identifikasi dan simpati terhadap orang
lain. Adler mengemukakan bahwa minat
sosial itu berarti : “melihat dengan mata orang lain, mendengar dengan telinga
orang lain, dan merasa dengan hati orang lain”.[5]
C.
Konsep-konsep Pokok Teori Adler Sebagai Aliran Psikologi
1. Individualitas
sebagai pokok persoalan
Adler
memilih nama Individualitas psychology dengan harapan dapat menekankan
keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah.[6]
Psikologi individual menekankan kesatuan kepribadian. Menurut Adler setiap
orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang
khas dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupan yang bersifay
individual, yang diarahkan pada tujuan tertentu.
3. Kesadaran
dan ketidaksadaran
Adler memandang unitas
(kesatuan) kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan ketidaksadaran.
Menurut Adler, tingkah laku tidak sadar adalah bagian dari tujuan final yang
belum terformulasi dan belum terpahami secara jelas. Adler menolak pandangan
bahwa kesadaran dan ketidaksadaran adalah bagian yang bekerja sama dalam sistem yang unify. Pikiran sadar,
menurut Adler, adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu serta dapat
membantu perjuangan mencapai keberhasilan, sedangkan apa saja yang tidak
membantu hal tersebut akan ditekan ke ketidaksadaran, apakah pikiran itu
disadari atau tidak tujuannya satu yaitu untuk menjadi super atau mencapai
keberhasilan. Jika Frued memakai gunung es sebagai ilustrasi yang menggambarkan
hubungan dan perbandingan antara alam sadar dan alam tidak sadar, Adler memakai
ilustrasi mahkota pohon dan akar, keduanya berkembang ke arah yang berbeda
untuk mencapai kehidupan yang sama.
4.
Tujuan-tujuan fiksi yang final
Konsep adler
tentang motivasi manusia sangat
berlawanan dengan Freud. Menurut pandangan Adler tingkah laku seseorang adalah
ditentukan oleh persepsinya, khususnya dari apa yang hendak diinginkan dimasa
depan, dan tidak oleh apa yang dialami atau dilakukan pada masa-masa yang lalu.
Fenomena
psikologistidak dijelaskan oleh insting, imfluse (dorongan), dan pengalaman
traumatis, seperti yang dikemukakan oleh sigmund freud, namun hanya oleh
perspektif dengan melihat jalan yang akan dilalui, yaitu sub-ordinat dari
seluruh hidup, menuju tujuan yang sifatnya akhir. Teori Adler membimbing
tingkah laku kita untuk membuat fiksi yang final. Tujuan ini adalah “fictional”,
sebab dia tidak menjadi dasar penting didalam kenyataan. Agaknya ini sejalan
tentang apa yang mungkin menjadi dasar dalam menginterprestasikan dunia. [7]
5.
Inferioriti untuk menjadi superioriti
Bagi Adler,
kecenderungan motivasi manusia adalah dorongan “feeling of inferiority” untuk
menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan oleh gambaran masa depan kita
sendiri, seperti tujuan dan harapan kita. Dengan feeling inferiority yang
dimiliki, dapat menumbuhkan hasrat menjadi superior. Sebetulnya kita dalam
hidup ini selalu mencoba untuk mendekati kesempurnaan. Hidup ini pada dasarnya
adalah pergulatan antara feeling inferior untuk menjadi superior.
Inperiority
bukanlah perasaan rendah diri terahadap orang lain, tetapi adler mengartikannya
sebagai perasaan “kurang” atau tidak mampu dalam menyelesaikan tugas-tugas
pemenuhan kebutuhan. Konsep adler tentang superioriti sama dengan pendapat jung
tentang “transedence” dan pelopor dari self realization atau self-actualization
oleh horney, maslow dan lainnya. Usaha untuk menjadi superior, bagi adler
berarti selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik dan berusaha untuk dekat dan
semakin dekat kepada tujuan yang ideal yang diinginkan.
5.
Minat sosial
Minat sosial
bersumber dari hubungan ibu dananak selama bulan-bulan pertama kelahiran anak.
Setiap orang memiliki benih minat sosial
yang ditaburkan selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka. Kedua orang tua
mungkin mempengaruhi minat sosial anak dengan cara yang agak berbeda. Tugas
seorang ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan yang mendorong kedewasaan minat
sosial seorang anak.
Konsep adler
tentang minat sosial tidak mudah didefenisikan, aslinya dari kata
“gemeinschaftsgefuhl” yang apabila diartikan tidak ada kata yang tepat,
sehingga akan selalu menimbulkan debat. Dalam hal ini maksudnya ialah “minat
sosial”, yaitu yang membawa individu memperhatikan kesejahteraan orang lain dan
seluruh hidupnya diarahkan bagi membimbing pribadinya untuk berbuat bagi
kepentingan orang lain itu.
Walaupun kapasitas
minat sosial tersebut dibawa semenjak lahir adler meyakini bahwa keadaan minat
tersebut masih kecil, tetapi kapasitas tersebut banyak diperolehnya dari
hubungan antar manusia. Hasil tanggung jawab ini adalah peran ibu sebagai orang
pertama dalam pengalaman sosial anak guna mengembangkan potensi ini. Jika ibu tidak membantu anak dalam
mengembangkan minat sosial maka anak akan mengalami masalah dalam hidup
bermsyarakat. Bagi adler minat sosial itu memungkinkan orang berusaha menjadi
superior yaitu menuju sehat dalam fungsi penyesuaian.
6.
Gaya Hidup
Konsep tentang gaya
hidup dijelaskan Adler sebagai keunikan pribadi. Gaya hidup yang uniki adalah
menemukan tujuan khusus yang hendak kita miliki dalam kehidupan, dan kita
memilihnya untuk dirinya sendiri. Bagi adler,untuk dapat dicatat contoh yang
paling menonjol dari ciri kehidupan adalah bergerak. Salah satu dari bentuk
adanya gerak tersebut yaitu berbicara, berpikir, merasa dan melakukan suatu
perbuatan. Banyak gaya hidup orang didunia ini, misalnya seorang ingin menjadi
superior dengan cara kuat dan mampu dalam bidang fisika, dan yang lainnya
berusaha untuk mampu dalam bidang seni, yang lainnya dalam bidang politik, bidang
dakwah dan sebagainya.
7.
Kekuatan kreatifitas self
Kekuatan
kreatifitas self adalah prinsip yang penting dalam kehidupan manusia dan itu
merupakan “kekuatan ketiga” yang menentukan tingkah laku manusia, menurut adler
faktor bawaan memberi kita kemampua yang pasti, dan lingkungan memberi kita
pengaruh yang pasti. Kedua faktor ini dalam kombinasinya memberi pengalaman dan
penafsiran bawaan dan lingkungan agar kita menjadi orang baik dan dapat kreatif
membentuk sikap, khususnya bagi kehidupan dan hubungan dengan dunia luar.
Konsep adler tentang kreatifitas dari self, tidak bersifat pasif dalam menerima
pengalaman, tetapi dianya sebagai aktor dan initiator dari tingkah laku. Konsep
ini digaris bawahi oleh adler yang memandang kepribadian tersebut lebih
dinamis. Seseorang adalah konstans terhadap kehidupan aktif menafsirkan dan
menggunakan seluruh pengalamannya.
8.
Hubungan kepribadian dengan urutan kelahiran
Teori urutan
kelahiran adler berdasarkan keyakinan bahwa kombinasi hereditas, lingkungan dan
kreatifitas akan menentukan kepribadian. Adler meyakini masing-masing anak
dalam keluarga dilahirkan dengan perbedaan genetik, dan perbedaan setting
sosial dan masing-masing anak menafsirkan situaisi yang berbeda.
Penting untuk
dilihat kesamaan diantara anak tersebut adalah urutan kelahirannya (anak
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya). Perbedaan tersebut dalam hal mereka
menginterprestasikan pengalaman yang mereka peroleh dalam keluarga. Misalnya
anak pertama lebih banyak menerima perhatian sampai adiknya lahir. Anak bungsu
dan anak tunggal mengalami masalah dalam penyesuaian sosialnya.
9.
Posisi
tidur dan kepribadian
Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa dan raga yang tercermin
dalam keadaan terjaga maupun tidur. Dari penelitian yang telah dilakukan
terhadap pasiennya Adler menarik kesimpulan bahwa ada hubungan posisi tidur
seseorang dengan kepribadiaannya :
·
Tidur
telentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat pemberani, dan bercita-cita tinggi.
·
Tidur
bergulung, menunjukkan sikap penakut dan lemah dalam mengambil keputusan
·
Tidur
mengeliat tidak karuan, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat yang tidak
teratut dan ceroboh
·
Tidur
dengan kaki diatas bantal, menunjukkan orang ini suka petualangan
·
Tidur
dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya baik.
D.
Perkembangan Kepribadian
Pada periode 4-5
tahun merupakan saat yang menjadi dasar yang sangat menentukan perkembangan
kepribadian seseorang. Adler meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan
dilegkapi “feeling of inperiority” (rasa rendah diri), namun dibalik itu ada
dorongan untuk menjadi superioriti (rasa diri lebih).
Manusia kerap kali
mengalami rasa rendah diri karena kelemahan dan keterbatasan yang mereka
miliki, untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri tersebut. Mereka
melakukan tindakan kompensasi dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam
satu atau beberapa hal. Dengan demikian manusia temotivasi untuk menguasai
situasi hidupnya sehingga dia merasa puas dan dapat menunjukkan keunggulannya,
paling sedikit dalam bayangannya sendiri.
Perjuangan untuk
mencapai superioriti itu mendorong usaha-usaha dalam diri individu. Gerald
Corey menguraikan bahwa orang mencoba mengatasi inferioritas dasarnya dengan
kekuasaan. Dengan berusaha untuk mencapai superioritas, ia ingin mengubah
kelemahan dengan kekuatan atau mencoba mencapai keunggulan pada suatu bidang
sebagai konpensasi dari kekurangannya dibidang-bidang lain. Usaha-usaha inilah yang membawa keperkembangan
kepribadian yang diikuti dengan perkembangan hubungan sosial, maka terbentuklah
gaya hidup yang sukar untuk diubah, karena banyak ditentukan oleh pengalaman-pengalaman
pada umur 4-5 tahun.
E.
Struktur
Kepribadian Dari Teori Adler
Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial, bahwa manusia merupakan suatu
keseluruhan yang tidak dapat terbagi-bagi. Sejak lahir manusia membutuhkan pergaulan dengan
orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya yaitu makan, minum, dll. Manusia sebagai makhluk sosial
yang sebenarnya tidak perlu lagi dibuktikan dengan kebenarannya sekaligus juga
sebagai makhluk sosial. Adler yakin bahwa manusia memulai hidup dengan
kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan
orang untuk bergerak untuk menjadi superioritas dan menjadi sukses.
1) Dasar kepribadian
terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.
2)
Pada awalnya manusia
dilahirkan feeling of inferioriti kemudian menjadi dorongan bagi perjuangannya
ke arah feeling of superiority.
3)
Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan
dasar dan menginterpretasikan kemampuan itu, dari pada itu sosial interesnya
pun berkembang.
4)
selanjutnya terbentuk life style yang unik untuk
masing-masing individu yang bersifat self determenistik,
teleologis dan holistik.
F.
Perkembangan Kepribadian Abnormal
Pada dasarnya
keabnormalan kepribadian seseorang disebabkan oleh inferioriti feeling yang
tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara
tidak wajar akan menimbulkan bibit ketidaknormalan, apalagi dibarengi dengan
(1) cacat fisik maupun mental, (2) perlakuan orang tua yang tidak wajar, (3)
apabila anak ditelantarkan. Menurut Gerald Corey adler menkankan jenis-jenis
pengaruh awal yang menyebabkan anak mengembangkan gaya hidup yang keliru.
Adler menyatakan
bahwa gaya hidup yang salah suai adalah hasil dari tiga kondisi dimasa
kanak-kanak. Kelemahan organik atau cacat, pemanjaan dan pengabaian. Anak-anak
dengan cacat fisik akan kesulitan akan kesulitan dalam tugas-tugas
kehidupannya. Melalui pemahaman orang tua dapat dikembangkan kekutan untuk
berkompensasi dari kelemahannya tersebut dibidang lain. Anak yang dimanjakan sukar berkembangan minat
sosialnya dan harapannya selalu berpusat pada dirinya. Selanjutnya anak-anak
yang diabaikan akan menjadi musuh atau berlawanan dimasyarakat dan bersifat
mendominasi akibat dari balas dendam terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Pemanjaan dan pengabaian akan memberi konstribusi pada apa yang disebut adler
dengan “pampere life style” (gaya hidup manja). Menurut adler gaya hidup yang
manja akan berpotensi berbahaya bagi keseluruhan anggota masyarakat.
G. Tujuan
Konseling Dalam Psikologi Individual
Berdasarkan perkembangan kepribadian yang abnormal dan bertingkah laku salah suai
dirumuskan tujuan konseling sebagai berikut :
1.
Mengubah
konsep tentang klien sendiri. Individu yang bermasalah sebetulnya disebabkan
oleh konsep diri yang dimilikinya bersifat negatif dalam arti dia sering
melihat dirinya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dia melihat bahwa
keadaannya jauh dari keadaan yang dimilikinya sekarang sehingga menghambat
hubungan sosialnya. Di dalam proses konseling dilakukan upaya pengubahan konsep
diri sehingga betul-betul sesuai dengan keadaan yang sabenarnya.
2.
Melalui
pengubahan konsep diri diharapkan akan dapat berubah pula fisiknya.
3.
Dari
perubahan fisiknya diharapkan akan berubah pula gaya hidup dan akhirnya dapat
idubah pulatingkah lakunya.
Konsep yang dilandaskan
atas psikologi individual oleh Adler menjelaskan bahwasannya dalam proses
bimbingan dan konseling menitikberatkan pada perubahan pribadi individu itu
sendiri. Bahkan perubahan jiwa seseorang akan dapat mempengaruhi perubahan
berupa fisik. Karena dalam teori Adler perkembangan seseorang itu atas dasar
seluruh kesatuan yang ada dalam diri individu tersebut, baik fisik maupun
fsikis.
H.
Sumbangan Konsep Model Psikologi Individual
Apabila ditelaah
secara lebih mendalam tentang model psikologi individual, cukup banyak
konsep-konsepnya yang memberikan sumbangan dalam proses konseling kelompok
maupun konseling individual. Sumbangan tersebut antara lain dari penekanannya
pada unsur sosial dalam pembentukan dalam perkembangan kepribadian individu.
Dapat disimpulkan
sumbangan model ini dalam konseling adalah sebagai berikut:
1.
Pandangannya tentang persepsi, dan fiksi yang amat
menentukan tingkah laku, dalam hal ini konselor dapat menggalih persepsi yang
keliru dari kliennya, sehingga terlihat tidak lagi logis dan realistis. Tugas
konselor dalam konseling tentunya mengembalikan persepsi yang tidak benar
tersebut kembali agar dapat menjadi logis sehingga dapatditerima dalam
interaksi sosial terhadap orang lain
2.
Konsep Adler tentang minat sosial dapat dipakai konselor
pada saat konseling guna mengungkapkan apakah selama ini pada diri klien telah
perkembangan minat sosialnya, banyak masalah yang disebabkan oleh tidak
berkembangnya minat sosial ini, pengungkapan tentang hal ini diperlukan
konselor guna mengajak klien membangkitkan kembali minat sosial ini dengan cara
berpikir dan bertingkah laku yang selalu memperhatikan kondisi dalam lingkungan
sosial.
3.
Konsep dasar tentang feeling of inferioriti dan feeling
of superioriti, membawa konselor untuk mengajak klien yang bermasalah melakukan
tindakan konfensasi positif, sehingga dapat diraihnya keberhasilan dalam bidang
lain. Keberhasilan yang dicapainya akan dapat menekan feeling of inferioriti
yang mungkin slema ini dominan ada dalam diri klien.
E. Teknik
Konseling
Konseling individual tidak merumuskan teknik khusus,
namun dalam berbagai literatur hanya disarankan sejenis pedoman umum yang dapat
memandu konselor dalam konseling. Hansen merumuskan teknik tersebut sebagai
berikut :
1.
Menganalisis
gaya hidup klien, diantaranya :
a.
Konselor
harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengenal maslah sehingga saat
konseling berlangsung.
b.
Pemahaman
yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah laku selama ini secara nyata, untuk
menemukan kesenjangan.
c.
Konselor
harus dapat membandingkan keadaan keluarga dimana klien hidup dengan yang
seharusnya, sebab semua itu akan mempengaruhi tingkah laku klien.
2.
Menginterpretasikan
ingatan masa lau yang ada kaitannya dengan kondisi sekarang, yaitu keadaannya
pada waktu umur dibawah 10 tahun. Keadaan masa lalu itu diperkirakan akan
berpengaruh pada masa sekarang, khususnya pembentukan kepribadian yang abnormal.
3.
Dengan
penafsiran tersebut diharapkan persepsi klien berubah dan pada akhirnya dia dapat merubah tingkahlakunya, sehingga sesuai dengan keadaan sekarang.
F.
Kelebihan Dan Kelemahan
Konseling Individual
Kelebihan:
·
Self kreatif merupakan
puncak prestasi Adler sebagai teori kepribadian.
·
Menurut Adler perkembangan manusia tidak hanya dikarenakan faktor internal, akan
tetapi dikarenakan juga faktor eksternal.
Kelemahan :
·
Menggunakan konsep-konsep dasar yang tidak bisa dikatan bersifat
fisikal dan behaviouristik.
·
Mengenai teorinya yang memandang seseoranglah yang menciptakan
kepribadian atau gaya hidupnya, jika dilihat dari persepkrif eksperimental,
pendapat semacam ini hanyalah ilusi belaka, dan tidak ada ilmuan dan bahkan
teoritikus kepribadian yang akan memakainya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. Psikologi
Individual. 2004. Malang. UMM Press
Hendri, Novi. Model – Model Konseling. Medan. 2013. Perdana Publishig
Suryabrata, Sumadi.
Psikologi Kepribadian. 1990. Jakarta. Rajawali
Taufik. Model-model Konseling. Padang. 2012. UNP Padang
Winkel , WS.
& M.M. Hastuti Sri, Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan, 2010. Media Abadi. Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar