Jumat, 07 November 2014

psikologi individual




Makalah Kelompok III
Psikologi Individual                                                






DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
NUR FITRIANA
SURYA MURNI PURBA

 DOSEN PEMBIMBING        : TUMIYEM, S.Pd.I, M.Pd, Kons
 JURUSAN                             : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
 FAKULTAS               : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014


PENDAHULUAN

Psikologi Individual adalah salah satu aliran psikologi yang dirumuskan oleh Alfred Adler. Awalnya Adler adalah salah orang yang bekerja sama dengan Freud dan para psikoanalis lainnya, setelah 8-10 tahun bekerja sama, Adler menyimpang dari pemikiran Freud. Menurut Adler masalah dalam kehidupan adalah yan menyangkut dengan sosial. Bagi Freud, komponen yang paling esensi dari kehidupan manusia adalah kemampuan untuk bercinta dan bekerja. Bagi Adler fungsi sehat tidak hanya bercinta dan bekerja, tetapi perhatiannya lebih diarahkanbagi kesejahteraan bersama (sosial). Teori Psikologi Individual sangat memberi konstribusi yang sangat berarti pada ilmu psikologi. Teorinya merupakan cikal bakal dari teori humanistik seperti dikemukakan oleh Abraham Maslow, Carl Ranson Rogers, teori lapangan oleh Kurt Lewin dan teori kognitif oleh George Kelly.
Makalah ini akan dibahas konsep dasar psikologi individual, Konsep-konsep Pokok Teori Adler Sebagai Aliran Psikologi, pandangan tentang hakikat manusia, perkembangan kepribadian, struktur kepribadian dari teori Adler, perkembangan kepribadian abnormal, tujuan konseling daam psikologi individual, sumbangan dari psikologi individual, teknik konseling, dan kelebihan dan kelemahan psikologi individual.

















PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Psikologi Individual

Aliran psikologi individual dipelopori oleh Alferd Adler dan dikembangkan sebagai sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald Dinkmeyer, yang dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Dalam corak terapi ini perhatian utama diberikan kepada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Ketiga konsep pokok dalam corak terapi ini adalah rasa rendah diri (inferiority Feeling), usaha untuk mencapai keunggulan (striving for superiority), dan gaya hidup perseorangan (a person’s lifestyle). Manusia kerap mengalami rasa rendah diri karena berbagai kelemahan dan kekurangan yang mereka alami, dan berusaha untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri melalui aneka usaha mencari konvensasi terhadap rasa rendah diri itu, dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal. Dengan demikian manusia bermotivasi untuk menguasai situasi hidupnya, sehingga dia merasa puas dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri. Untuk mencapai itu anak kecil sudah mengembangakan suatu gaya hidup perseorangan, yang mewarnai keseluruhan perilakunya dikemudian hari meskipun biasanya tidak disadari sendiri. Selama proses terapi konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan konseling dimasa sekarang dan dimasa lampau sejak berusia sangat muda, antara lain berbagai peristiwa dimasa kecil yang masih diingat, urutan kelahiran dan keluarga, impian-impian dan keanehan dalam perilaku. Dari semua informasi itu konselor menggali perasaan rendah diri pada konseli yang bertahan sampai sekarang dan menemukan segala usahanya untuk menutupi perasaannya itu melalui suatu bentuk konvensasi,[1] sehingga mulai tampak gaya hidup perseorangan. Selanjutnya konselor membantu konseli untuk mengembangkan tujuan-tujuan yang lebih membahagiakan bagi konseli dan merancang suatu gaya hidup yang lebih konstruktif. Dalam melayani anak muda yang menunjukkan gejala salah suai dalam bergaul dalam pihak teman disekolah, konselor berusaha menemukan perasaan rendah diri yang mendasari usaha konvensasi dengan bertingkah laku aneh, yang ternyata menimbulkan berbagai gangguan didalam kelas. Menurut pendapat Schmidt (1993) banyak unsure dalam psikologi individual cocok untuk diterapkan dalam konseling disekolah baik dalam konseling individual maupun konseling kelompok.[2]
            Psikologi individual mempunyai arti yang penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku manusia. Pengertian seperti gambaran semua, rasa rendah diri, kompensasi, gaya hidup, diri yang kreatif, memberi pedoman yang penting untuk memahami sesama manusia. Aliran ini tidak memberikan susunan yang teliti mengenai struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian, tetapi mementingkan perumusan petunjuk-petunjuk praktis untuk memahami sesama manusia. Karena itu justru dalam praktik pendidikanlah teori Adler ini punya arti yang sangat penting karena hal-hal berikut ini.[3]
1.    Penentuan tujuan-tujuan yang susila, seperti:
a.    Keharusan memikul tanggung jawab
b.    Keberanian menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c.    Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan
d.   Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungankecenderungan egoistis yang yang tersembunyi.
2.    Optimismenya dalam bidang pendidikan. Lain dari pada itu pendekatannya secara psikologi sosial berarti membuka halaman baru dalam bidang psikologi kepribadian. [4] 
            Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerjasama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial di atas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup untuk memutuskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan:
a.    Tanggung jawab sosial
b.    Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
Bilamana Freud berpendapat bahwa “libido sexsual” (hal yang ada diluar kesadaran) adalah nafsu pokok yang mempengaruhi hidup manusia, maka Adler merujuk pada struktur kepribadian yang kompleks, artinya manusia bertindak atas apa yang dirasakan terhadap lingkungan sekitarnya, bukan atas apa yang tidak disadarinya. 

B.     Pandangan Tentang Hakekat Manusia
Psikologi individual didasarkan atas pandangan holistik mengenai pribadi manusia. Kata individual tidak berarti bahwa model ini dipusatkan kepada individu sebagai lawan kelompok manusia. Kata tersebut berarti bahwa manusia di pandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisahmenjadi bagian – bagian, maka kepribadian itu di pandang sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan yang tidak dapat di pisahkan. Manusia tidak terpisah dari bagian – bagian, dan kepribadiannya pun berpadu menjadi suatu kesatuan dan hanya dapat dipahami apabila kepribadian tersebut dipandang sebagai suatu keseluruhan.
Salah satu implikasi dari pandangan tersebut adalah bahwa klien seyogyanya dipandang sebagai suatu bagian terpadu dalam sistem sosial. Psikologi individual tertumpu pada keyakinan pokok bahwa kebahagiandan keberhasilan seseorang pada umumnya berkaitan dengan keterikatan sosial. Sebagai makhluk sosial,manusia mempunyai kebutuhan untuk bermanfaat pula dalam masyarakat, mengingat manusia itu juga melekat dalam masyarakat maka manusia tidk dapat dipahami dalam terpisah dari konteks sosial. Adler berpendapat bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang kuat untuk merasa bersatu dengan orang lain. Dengan demikian manusia akan mampu bertindak dengan berani dalam menghadapi dan menangani permasalahan hidup. Manusia memiliki kebutuhan yang kuat untuk memnempati dan menemukan tempat yang berarti dalam masyarakat. Tiadanya perasaan untuk mendapatkan tempat dan diterima oleh orang lain merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan manusia. Manusia itu tidak hanya membutuhkan manusia lain, manusia juga mempunyai perasaan untuk diterima oleh orang lain. Pada gilirannya pengembangan minat sosial itu menjadi tujuan dari konseling, manusia yang tidak memiliki minat sosial akan merasa sakit dan manusia yang memiliki rasa minat sosialnya akan merasa sehat. Adler menyamakan konsep minat sosial ini dengan perasaan identifikasi dan simpati terhadap orang lain.  Adler mengemukakan bahwa minat sosial itu berarti : “melihat dengan mata orang lain, mendengar dengan telinga orang lain, dan merasa dengan hati orang lain”.[5]

C.    Konsep-konsep Pokok Teori Adler Sebagai Aliran Psikologi
1.      Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memilih nama Individualitas psychology dengan harapan dapat menekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah.[6] Psikologi individual menekankan kesatuan kepribadian. Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupan yang bersifay individual, yang diarahkan pada tujuan tertentu.
3.      Kesadaran dan ketidaksadaran
Adler memandang unitas (kesatuan) kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan ketidaksadaran. Menurut Adler, tingkah laku tidak sadar adalah bagian dari tujuan final yang belum terformulasi dan belum terpahami secara jelas. Adler menolak pandangan bahwa kesadaran dan ketidaksadaran adalah bagian yang bekerja  sama dalam sistem yang unify. Pikiran sadar, menurut Adler, adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu serta dapat membantu perjuangan mencapai keberhasilan, sedangkan apa saja yang tidak membantu hal tersebut akan ditekan ke ketidaksadaran, apakah pikiran itu disadari atau tidak tujuannya satu yaitu untuk menjadi super atau mencapai keberhasilan. Jika Frued memakai gunung es sebagai ilustrasi yang menggambarkan hubungan dan perbandingan antara alam sadar dan alam tidak sadar, Adler memakai ilustrasi mahkota pohon dan akar, keduanya berkembang ke arah yang berbeda untuk mencapai kehidupan yang sama.
4.      Tujuan-tujuan fiksi yang final
Konsep adler tentang motivasi  manusia sangat berlawanan dengan Freud. Menurut pandangan Adler tingkah laku seseorang adalah ditentukan oleh persepsinya, khususnya dari apa yang hendak diinginkan dimasa depan, dan tidak oleh apa yang dialami atau dilakukan pada masa-masa yang lalu.
Fenomena psikologistidak dijelaskan oleh insting, imfluse (dorongan), dan pengalaman traumatis, seperti yang dikemukakan oleh sigmund freud, namun hanya oleh perspektif dengan melihat jalan yang akan dilalui, yaitu sub-ordinat dari seluruh hidup, menuju tujuan yang sifatnya akhir. Teori Adler membimbing tingkah laku kita untuk membuat fiksi yang final. Tujuan ini adalah “fictional”, sebab dia tidak menjadi dasar penting didalam kenyataan. Agaknya ini sejalan tentang apa yang mungkin menjadi dasar dalam menginterprestasikan dunia. [7]
5.      Inferioriti untuk menjadi superioriti
Bagi Adler, kecenderungan motivasi manusia adalah dorongan “feeling of inferiority” untuk menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan oleh gambaran masa depan kita sendiri, seperti tujuan dan harapan kita. Dengan feeling inferiority yang dimiliki, dapat menumbuhkan hasrat menjadi superior. Sebetulnya kita dalam hidup ini selalu mencoba untuk mendekati kesempurnaan. Hidup ini pada dasarnya adalah pergulatan antara feeling inferior untuk menjadi superior.
Inperiority bukanlah perasaan rendah diri terahadap orang lain, tetapi adler mengartikannya sebagai perasaan “kurang” atau tidak mampu dalam menyelesaikan tugas-tugas pemenuhan kebutuhan. Konsep adler tentang superioriti sama dengan pendapat jung tentang “transedence” dan pelopor dari self realization atau self-actualization oleh horney, maslow dan lainnya. Usaha untuk menjadi superior, bagi adler berarti selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik dan berusaha untuk dekat dan semakin dekat kepada tujuan yang ideal yang diinginkan.
5.      Minat sosial
Minat sosial bersumber dari hubungan ibu dananak selama bulan-bulan pertama kelahiran anak. Setiap orang  memiliki benih minat sosial yang ditaburkan selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka. Kedua orang tua mungkin mempengaruhi minat sosial anak dengan cara yang agak berbeda. Tugas seorang ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan yang mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak.
Konsep adler tentang minat sosial tidak mudah didefenisikan, aslinya dari kata “gemeinschaftsgefuhl” yang apabila diartikan tidak ada kata yang tepat, sehingga akan selalu menimbulkan debat. Dalam hal ini maksudnya ialah “minat sosial”, yaitu yang membawa individu memperhatikan kesejahteraan orang lain dan seluruh hidupnya diarahkan bagi membimbing pribadinya untuk berbuat bagi kepentingan orang lain itu.
Walaupun kapasitas minat sosial tersebut dibawa semenjak lahir adler meyakini bahwa keadaan minat tersebut masih kecil, tetapi kapasitas tersebut banyak diperolehnya dari hubungan antar manusia. Hasil tanggung jawab ini adalah peran ibu sebagai orang pertama dalam pengalaman sosial anak guna mengembangkan potensi ini.  Jika ibu tidak membantu anak dalam mengembangkan minat sosial maka anak akan mengalami masalah dalam hidup bermsyarakat. Bagi adler minat sosial itu memungkinkan orang berusaha menjadi superior yaitu menuju sehat dalam fungsi penyesuaian.
6.      Gaya Hidup
Konsep tentang gaya hidup dijelaskan Adler sebagai keunikan pribadi. Gaya hidup yang uniki adalah menemukan tujuan khusus yang hendak kita miliki dalam kehidupan, dan kita memilihnya untuk dirinya sendiri. Bagi adler,untuk dapat dicatat contoh yang paling menonjol dari ciri kehidupan adalah bergerak. Salah satu dari bentuk adanya gerak tersebut yaitu berbicara, berpikir, merasa dan melakukan suatu perbuatan. Banyak gaya hidup orang didunia ini, misalnya seorang ingin menjadi superior dengan cara kuat dan mampu dalam bidang fisika, dan yang lainnya berusaha untuk mampu dalam bidang seni, yang lainnya dalam bidang politik, bidang dakwah dan sebagainya.
7.      Kekuatan kreatifitas self
Kekuatan kreatifitas self adalah prinsip yang penting dalam kehidupan manusia dan itu merupakan “kekuatan ketiga” yang menentukan tingkah laku manusia, menurut adler faktor bawaan memberi kita kemampua yang pasti, dan lingkungan memberi kita pengaruh yang pasti. Kedua faktor ini dalam kombinasinya memberi pengalaman dan penafsiran bawaan dan lingkungan agar kita menjadi orang baik dan dapat kreatif membentuk sikap, khususnya bagi kehidupan dan hubungan dengan dunia luar. Konsep adler tentang kreatifitas dari self, tidak bersifat pasif dalam menerima pengalaman, tetapi dianya sebagai aktor dan initiator dari tingkah laku. Konsep ini digaris bawahi oleh adler yang memandang kepribadian tersebut lebih dinamis. Seseorang adalah konstans terhadap kehidupan aktif menafsirkan dan menggunakan seluruh pengalamannya.
8.      Hubungan kepribadian dengan urutan kelahiran
Teori urutan kelahiran adler berdasarkan keyakinan bahwa kombinasi hereditas, lingkungan dan kreatifitas akan menentukan kepribadian. Adler meyakini masing-masing anak dalam keluarga dilahirkan dengan perbedaan genetik, dan perbedaan setting sosial dan masing-masing anak menafsirkan situaisi yang berbeda.
Penting untuk dilihat kesamaan diantara anak tersebut adalah urutan kelahirannya (anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya). Perbedaan tersebut dalam hal mereka menginterprestasikan pengalaman yang mereka peroleh dalam keluarga. Misalnya anak pertama lebih banyak menerima perhatian sampai adiknya lahir. Anak bungsu dan anak tunggal mengalami masalah dalam penyesuaian sosialnya.
9.      Posisi tidur dan kepribadian
Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa dan raga yang tercermin dalam keadaan terjaga maupun tidur. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap pasiennya Adler menarik kesimpulan bahwa ada hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiaannya :
·         Tidur telentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat pemberani, dan bercita-cita tinggi.
·         Tidur bergulung, menunjukkan sikap penakut dan lemah dalam mengambil keputusan
·         Tidur mengeliat tidak karuan, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat yang tidak teratut dan ceroboh
·         Tidur dengan kaki diatas bantal, menunjukkan orang ini suka petualangan
·         Tidur dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya baik.

D.    Perkembangan Kepribadian
Pada periode 4-5 tahun merupakan saat yang menjadi dasar yang sangat menentukan perkembangan kepribadian seseorang. Adler meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan dilegkapi “feeling of inperiority” (rasa rendah diri), namun dibalik itu ada dorongan untuk menjadi superioriti (rasa diri lebih).
Manusia kerap kali mengalami rasa rendah diri karena kelemahan dan keterbatasan yang mereka miliki, untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri tersebut. Mereka melakukan tindakan kompensasi dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal. Dengan demikian manusia temotivasi untuk menguasai situasi hidupnya sehingga dia merasa puas dan dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri.
Perjuangan untuk mencapai superioriti itu mendorong usaha-usaha dalam diri individu. Gerald Corey menguraikan bahwa orang mencoba mengatasi inferioritas dasarnya dengan kekuasaan. Dengan berusaha untuk mencapai superioritas, ia ingin mengubah kelemahan dengan kekuatan atau mencoba mencapai keunggulan pada suatu bidang sebagai konpensasi dari kekurangannya dibidang-bidang lain.  Usaha-usaha inilah yang membawa keperkembangan kepribadian yang diikuti dengan perkembangan hubungan sosial, maka terbentuklah gaya hidup yang sukar untuk diubah, karena banyak ditentukan oleh pengalaman-pengalaman pada umur 4-5 tahun.

E.     Struktur Kepribadian Dari Teori Adler
Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial, bahwa manusia merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat terbagi-bagi. Sejak lahir manusia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya yaitu makan, minum, dll. Manusia sebagai makhluk sosial yang sebenarnya tidak perlu lagi dibuktikan dengan kebenarannya sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Adler yakin bahwa manusia memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk bergerak untuk menjadi superioritas dan menjadi sukses.
1)      Dasar kepribadian  terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.
2)      Pada awalnya manusia dilahirkan feeling of inferioriti kemudian menjadi dorongan bagi perjuangannya ke arah feeling of superiority.
3)      Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasar dan menginterpretasikan kemampuan itu, dari pada itu sosial interesnya pun berkembang.
4)      selanjutnya terbentuk life style yang unik untuk masing-masing individu yang bersifat self determenistik, teleologis dan holistik.

F.     Perkembangan Kepribadian Abnormal
Pada dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang disebabkan oleh inferioriti feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar akan menimbulkan bibit ketidaknormalan, apalagi dibarengi dengan (1) cacat fisik maupun mental, (2) perlakuan orang tua yang tidak wajar, (3) apabila anak ditelantarkan. Menurut Gerald Corey adler menkankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak mengembangkan gaya hidup yang keliru.
Adler menyatakan bahwa gaya hidup yang salah suai adalah hasil dari tiga kondisi dimasa kanak-kanak. Kelemahan organik atau cacat, pemanjaan dan pengabaian. Anak-anak dengan cacat fisik akan kesulitan akan kesulitan dalam tugas-tugas kehidupannya. Melalui pemahaman orang tua dapat dikembangkan kekutan untuk berkompensasi dari kelemahannya tersebut dibidang lain.  Anak yang dimanjakan sukar berkembangan minat sosialnya dan harapannya selalu berpusat pada dirinya. Selanjutnya anak-anak yang diabaikan akan menjadi musuh atau berlawanan dimasyarakat dan bersifat mendominasi akibat dari balas dendam terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi. Pemanjaan dan pengabaian akan memberi konstribusi pada apa yang disebut adler dengan “pampere life style” (gaya hidup manja). Menurut adler gaya hidup yang manja akan berpotensi berbahaya bagi keseluruhan anggota masyarakat.

G.    Tujuan Konseling Dalam Psikologi Individual
Berdasarkan perkembangan kepribadian yang abnormal dan bertingkah laku salah suai dirumuskan tujuan konseling sebagai berikut :
1.    Mengubah konsep tentang klien sendiri. Individu yang bermasalah sebetulnya disebabkan oleh konsep diri yang dimilikinya bersifat negatif dalam arti dia sering melihat dirinya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dia melihat bahwa keadaannya jauh dari keadaan yang dimilikinya sekarang sehingga menghambat hubungan sosialnya. Di dalam proses konseling dilakukan upaya pengubahan konsep diri sehingga betul-betul sesuai dengan keadaan yang sabenarnya.
2.    Melalui pengubahan konsep diri diharapkan akan dapat berubah pula fisiknya.
3.    Dari perubahan fisiknya diharapkan akan berubah pula gaya hidup dan akhirnya dapat idubah pulatingkah lakunya.
Konsep yang dilandaskan atas psikologi individual oleh Adler menjelaskan bahwasannya dalam proses bimbingan dan konseling menitikberatkan pada perubahan pribadi individu itu sendiri. Bahkan perubahan jiwa seseorang akan dapat mempengaruhi perubahan berupa fisik. Karena dalam teori Adler perkembangan seseorang itu atas dasar seluruh kesatuan yang ada dalam diri individu tersebut, baik fisik maupun fsikis.

H.    Sumbangan Konsep Model Psikologi Individual
Apabila ditelaah secara lebih mendalam tentang model psikologi individual, cukup banyak konsep-konsepnya yang memberikan sumbangan dalam proses konseling kelompok maupun konseling individual. Sumbangan tersebut antara lain dari penekanannya pada unsur sosial dalam pembentukan dalam perkembangan kepribadian individu.
Dapat disimpulkan sumbangan model ini dalam konseling adalah sebagai berikut:
1.      Pandangannya tentang persepsi, dan fiksi yang amat menentukan tingkah laku, dalam hal ini konselor dapat menggalih persepsi yang keliru dari kliennya, sehingga terlihat tidak lagi logis dan realistis. Tugas konselor dalam konseling tentunya mengembalikan persepsi yang tidak benar tersebut kembali agar dapat menjadi logis sehingga dapatditerima dalam interaksi sosial terhadap orang lain
2.      Konsep Adler tentang minat sosial dapat dipakai konselor pada saat konseling guna mengungkapkan apakah selama ini pada diri klien telah perkembangan minat sosialnya, banyak masalah yang disebabkan oleh tidak berkembangnya minat sosial ini, pengungkapan tentang hal ini diperlukan konselor guna mengajak klien membangkitkan kembali minat sosial ini dengan cara berpikir dan bertingkah laku yang selalu memperhatikan kondisi dalam lingkungan sosial.
3.      Konsep dasar tentang feeling of inferioriti dan feeling of superioriti, membawa konselor untuk mengajak klien yang bermasalah melakukan tindakan konfensasi positif, sehingga dapat diraihnya keberhasilan dalam bidang lain. Keberhasilan yang dicapainya akan dapat menekan feeling of inferioriti yang mungkin slema ini dominan ada dalam diri klien.


E.  Teknik Konseling
Konseling individual tidak merumuskan teknik khusus, namun dalam berbagai literatur hanya disarankan sejenis pedoman umum yang dapat memandu konselor dalam konseling. Hansen merumuskan teknik tersebut sebagai berikut :
1.    Menganalisis gaya hidup klien, diantaranya :
a.    Konselor harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor  yang meyakinkan akan mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengenal maslah sehingga saat konseling berlangsung.
b.    Pemahaman yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah laku selama ini secara nyata, untuk menemukan kesenjangan.
c.    Konselor harus dapat membandingkan keadaan keluarga dimana klien hidup dengan yang seharusnya, sebab semua itu akan mempengaruhi tingkah laku klien.
2.    Menginterpretasikan ingatan masa lau yang ada kaitannya dengan kondisi sekarang, yaitu keadaannya pada waktu umur dibawah 10 tahun. Keadaan masa lalu itu diperkirakan akan berpengaruh pada masa sekarang, khususnya pembentukan kepribadian yang abnormal.
3.    Dengan penafsiran tersebut diharapkan persepsi klien berubah dan pada akhirnya dia dapat merubah tingkahlakunya, sehingga sesuai dengan keadaan sekarang.

F.   Kelebihan Dan Kelemahan Konseling Individual
Kelebihan:
·      Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teori kepribadian.
·      Menurut Adler perkembangan manusia tidak hanya dikarenakan faktor internal, akan tetapi dikarenakan juga faktor eksternal.

     Kelemahan :
·      Menggunakan konsep-konsep dasar yang tidak bisa dikatan bersifat fisikal dan behaviouristik.
·      Mengenai teorinya yang memandang seseoranglah yang menciptakan kepribadian atau gaya hidupnya, jika dilihat dari persepkrif eksperimental, pendapat semacam ini hanyalah ilusi belaka, dan tidak ada ilmuan dan bahkan teoritikus kepribadian yang akan memakainya.



DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. Psikologi Individual. 2004. Malang. UMM Press
Hendri, Novi. Model – Model Konseling.  Medan. 2013. Perdana Publishig
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. 1990. Jakarta.  Rajawali
Taufik. Model-model Konseling. Padang. 2012.  UNP Padang
Winkel , WS. & M.M. Hastuti Sri, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, 2010. Media Abadi. Yogyakarta





[1] WS. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, 2010. Media Abadi. Yogyakarta. Hlm. 451

[2] WS. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Ibid, Hlm. 452

[3] Novi Hendri. Model – Model Konseling.  Medan. 2013. Perdana Publishig. Hlm. 12

[4] Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian. 1990. Jakarta.  Rajawali. Hlm. 224
[5] Taufik. Model-model Konseling. Padang. 2012.  UNP Padang. Hlm. 82

[6] Alwisol. Psikologi Individual. 2004. Malang. UMM Press. Hlm 90.
[7] Taufik. Op. Cit. Hlm. 83

0 komentar:

Posting Komentar

 
;