Makalah
Kelompok I
DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
HABIBURRAHMAN
EKA LESTARI
INDAH LESTARI
RAHMI FAUZIAH
DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. SYAIFUL AKHYAR LUBIS, MA
AS. DOSEN :
HENNI SYAFRIANA NST,
S.AG, MA
JURUSAN : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2013
PENDAHULUAN
Proses konseling yang tidak dihubungkan dengan ajaran
agama, maka konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata hanya membantu
menyelesaikan masalah konseli dalam urusan dunia saja. Sedangkan Islam
menganjurkan aktifitas konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT.
Suatu bantuan kepada orang lain, termasuk konseling dalam ajaran Islam dihitung
sebagai sedekah.
Melalui program bimbingan dan konseling berarti pula
perkembangan jiwa harus diarahkan kepada kemampuan spiritual
yang lebih tinggi, dan lebih baik. Kemampuan mental spiritual khususnya para generasi muda harus mendapat
perhatian istimewa dalam bimbingan dan konseling, baik dari segi-segi umum
maupun agama untuk dibina dan dikembangkan agar mereka menjadi generasi
mendatang yang kuat dan tangguh, baik fisik, mental maupun spiritual.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis
kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” adalah kata
dalam bentuk masdhar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide”
artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain kejalan yang benar.[1]
Sesuai dengan
istilahnya, maka secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau
tuntunan. Namun, walaupun demikian tidakberarti semua bentuk bantuan atau
tuntunan adalah bimbingan. Jika misalnya, ada seseorang mahasiswa datang kepada pembimbing akademiknya, ia
menyampaikanbahwasanya sampai saat terakhir pembayaran SPP ia belum memiliki
uang untuk membayarnya, kemudian pebimbing akademiknya meminjamkan uang kepada
mahasiswanya untuk membayar SPP, tentu bukn bantuan seperti ini yang dimaksud
pengertian bimbingan dalam konseling.
Dr. Rachmad Natawidjaja
menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, kampuas,
keluarga dan masyarakat serta kehidupan umumnya. dengan demikian, ia dapat
mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umumnya bimbingan membantu individu mencapai perkembangan
secara optimal sebagai makhluk sosial.[2]
Menurut W.S.
Winkel, bimbingan berarti pemberian bentuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan
hidup. Bantuan itu bersifat psikis bukan “pertolongan” finansial, media dan
lain-lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat
mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak, ini menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun
dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan
melalui bimbingan.[3]
Maka dari itu dapat
dipahami bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada
seseorang atau masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga
mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa
harus bergantung kepada orang lain, dan bantuan itu dilakukansecara terus
menerus.
Bimbingan
merupakan suatu tuntunan atau pertolongan. Bimbingan merupakan suatu tuntunan
yang mengandung pengertian bahwa di
dalam memberikan bantuan itu jika keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban
bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang
dibimbingnya. Disamping itu, pengertian bimbingan juga berarti memberikan
bantuan atau pertolongan didalam pengertian pengertian bahwa dalam menentukan
arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya, keadaan seperti ini
yangterkenal dalam pendidikan sebagai “tut wuri handayani”.[4]
Bimbingan dapat
diberikan, baik untuk menghindari ataupun mengatasi berbagai persoalan atau
kesulitan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya, ini berarti bahwa
bimbingan dapat diberikan, baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau
jangan timbul dan juga dapat diberikan untuk mengatasi berbagai kesulitan yang
telah menimpa individu. Jadi lebih bersifat memberikan korektif atau
penyembuhan daripada sifat pencegahan, disamping itu, di dalam memberikan
bimbingan dimaksudkan agar invidu atau sekumpulan individu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya, sesuai dengan petunjuk yang dikehendaki Allah SWT. Dan
di sinilah letak tujuan dari bimbingan yang sebenarnya.
B. Pengertian Konseling Islam
Dalam literatur
bahasa arab kata konseling disebut juga ar-irsyad atau al-istisyarah. Secara etimologi ar-irsyad berarti, al-huda,
ad-dalalah, dalam bahasa indonesia berarti, petunjuk sedangkan kata
al-istisyarah berarti talaba minh al-masyurah/an-nasibah, dalam bahasa
indonesia berarti, meminta nasihat, konsultasi. Kata ar-irsyad banyak ditemukan
dalam Al-qur’an dan hadist serta buku-buku yang membahas kajian tentang Islam.[5]
Dalam Al-qur’an
ditemukan kata ar-irsyad di satukan dengan kata al-huda pada QS. Al-kahfi ayat
17:
3... `tB
Ïöku
ª!$#
uqßgsù
ÏtGôgßJø9$#
( ÆtBur ö@Î=ôÒã
`n=sù yÅgrB
¼çms9 $|Ï9ur #YÏ©óD ÇÊÐÈ
“...Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka
Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu
tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya.”
Demikian pula kata ar-irsyad terdapat dalam surah
al-jin ayat 2
üÏöku n<Î) Ïô©9$# $¨ZtB$t«sù
¾ÏmÎ/ ( ...
“(yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu
Kami beriman kepadanya...”
Konseling adalah
proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik
bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik
bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada
orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan konseli/klien.
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan konseli/klien.
Kesempurnaan
ajaran islam menyimpan khazanah-khazanah berharga yang dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan problematika kehidupan manusia. Secara operasional
khazanah-khazanah tersebut tertunang didalam konsep konseling Islam.yang
tertuang dalam tatap muka antara konselor dan
yang sedang menghadapi serta berjuang menyelesaikan problematika
kehidupannya, untuk mewujudkan amanah ajaran Islam, untuk hidup secara tolong
menolong dalam jalan kebaikan, saling mengingatkan dan memberi nasihat untuk
kebaikan dan menjauhi kemungkaran dan kemunafikan. Hidup secara Islami adalah hidup
yang melibatkan terus menerus aktivitas
belajar dan aktifitas konseling.
Kelihatan dengan
jelas bahwa konseling Islami adalah proses konseling yang berorientasi kepada
ketentraman hidup manusia dunia dan akhirat. Pencapaian rasa tenang itu adalah
melalui upaya pendekatan diri kepada Allah serta melalui upaya untuk memperoleh
perlindungan-Nya. Terapi sakinah itu akan menghantarkan masalah individu untuk
berupaya sendiri dan mampu menyelesaikan masalah kehidupannya. Dengan demikian,
secara tegas dikatakan bahwa konseling Islami mengandung dimensi spiritual dan
dimensi material. Dimensi spiritual adalah membimbing manusia pada kehidupan
rohaniah untuk menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah. Sedangkan dimensi
material embantu manusia untuk dapat memecahkan masalah kehidupannya agar dapat
mencapai kemajuan. Prinsip-prinsip inilah yang dengan tegas membedakan konsep
konseling Islami dengan konseling hasil dari pengetahuan dan empirik barat.[6]
Konseling Islami
adalah layanan bantuan kepada untuk
mengatahui, mengenal dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya,
atau memahami kembali keadaan dirinya. Dengan pengertian lain, mengingatkan
kembali akan fitrahnya.
Konseling Islami
adalah layanan bantuan kepada untuk
menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi-segi baik dan buruknya,
kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang ditetapkan Allah. Kemudian
menyadarkannya bahwa sebagai manusia ia diwajibkan berikhtiar.
C. Pengertian
Bimbingan Konseling Islami
Pengertian bimbingan konseling berdasarkan SK Mendikbud no.025/D/1995, disebutkan sebagai “pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung, berdasarkan pada norma-norma yang berlaku”.
Bimbingan
Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau
fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengancara mnginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-qur’an dan Hadis Rasulullah SAW ke
dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan
Al-Qur’an dan Hadis.[7]
Bimbingan Konseling Islami adalah Proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Proses di sini merupakan proses pemberian bantuan artinya tidak menentukan atau mengaharuskan melainkan sekedar membantu, agar mampu hidup:
Proses di sini merupakan proses pemberian bantuan artinya tidak menentukan atau mengaharuskan melainkan sekedar membantu, agar mampu hidup:
·
Selaras dengan petunjuk Allah
·
Selaras dengan ketentuan Allah
·
Selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
Apabila internalisasi
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur’an dan Hadist telah tercapai dan
fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut
dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam
semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang
sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepadanya.[8]
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan
secara sistematis dan intensif yang dilakukan oleh dosen yang bertugas khusus
itu kepada mahasiswa dalam rangka pengembangan pribadi, sosial, dan ketrampilan
belajar (learning skill) demi karirnya
masa depannya, yang dilakukan oleh tim yang bertugas khusus untuk itu.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling islam adalah proses bantuan kepada individu agar
kembali kekehidupan masyarakat yang selaras dengan ketentuan dan petunjuk-Nya
sehingga mencapai kebahagiaan dunia akhirat / kembali kefitrah seperti orang
yang berbuka puasa.
Konseling islam
adalah layanan konselor kepada konseli/klien untuk menumbuh kembangkan
kemampuannya dalam menyelesakan masalhdan memahami menyelesaikan masalah dan
mengantisipsi masa depan memilih alternatif tindakan terbaik demi kebhagiaan
dunia dan akhirat dibawah naungan dan ridha Allah SWT miningakatkan
kesadarannya bahwa Allh adalah konselor yang maha agung sekaligus melakukan
self konseling.
1.
Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan
Konseling
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang
cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para
Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yanghakiki dan
juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia
keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad sebuah mukjizat dari Tuhannya?”Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.”(Ar-Ra’d :27)
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad sebuah mukjizat dari Tuhannya?”Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.”(Ar-Ra’d :27)
Dari ayat-ayat
tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang
menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini
menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan
kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk.
Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai
“bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim
untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya,
walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,.
Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang
beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat
berikut :
“Sesungguhnya penulis telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian penulis kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
“Sesungguhnya penulis telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian penulis kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah
perkembangan anak diantaranya :
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua
orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR
Baihaqi)
“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas
anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)
“Muliakanlah
anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)
Selanjutnya yang
berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya
kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang
pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :
Konseling krisis,
dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan
sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalah gunaan zat adiktif. Konseling
fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman
diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir,
akademik, dan pergaulan social. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat
mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan
karir, dan sebagainya. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran
perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri,
citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.Dengan demikian, kebutuhan
akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya
timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan
mengenai apakah yang harus diperbuat individu.Dalam
konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat
disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga
menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia
disisi Allah SWT.
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)
2.
Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan
Konseling
Pendekatan Islami
dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan
konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya
yang berkaitan dengan konseli/klien dan konselor.Bagi
pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja
keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang
telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga
pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki
ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.
Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar
yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
b.
Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada
Malaikat.
c.
Memiliki
Prinsip Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
d.
Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip
kepada Al-Qur’an Al Karim.
e.
Memiliki
Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
f.
Memiliki
Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor
memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling
tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam
pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju
pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement
yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode
pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan
ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan
dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan
konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ)
yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan
memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan
konseling.[9]
“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru
berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang
mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)
Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan
bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan
kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah
SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan
(Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an,
berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan
terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib
yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium
fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa
manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh
karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman
Allah SWT :
“Maka hadapkanlah
wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah
menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari
Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)
Pada diri juga ada benih-benih agama, sehingga untuk
mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan
konselor dapat mengarahkan individu kearah agamanya, dalam hal ini Agama Islam.
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana
filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses
pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa
kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan-penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa bimbingan
adalah merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta
didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis, dan
tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal, dan kemandirian merupakan
tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan bimbingan.
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan
jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Jadi bimbingan
konseling islam adalah proses bantuan kepada individu agar kembali ke kehidupan
masyarakat yang selaras dengan ketentuan dan petunjuk-Nya sehingga mencapai
kebahagiaan dunia akhirat/ kembali kefitrah seperti orang yang berbuka puasa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama. Jakarta. 1979. Bulan Bintang
Natawidjaja, Rachman. Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. 1990. Jakarta. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Winkel, W.S. Bimbingan
dan Penyuluhan di sekolah menengah. 1989. Jakarta. Gramedia
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. 1993. Yogyakarta. Andi Offset
Akhyar, Saiful Lubis.Konseling
Islami dan Kesehatan Mental. 2011. Cita Pustaka Media Perintis
Munir, Samsul Amin. Bimbingan dan Konseling
Islam. 2010. Jakarta. Amzah
Hallen. Bimbingan dan Konseling. 2005.
Jakarta. Quantum Teaching
http://petualang20.wordpress.com/2010/05/25/pengertian-bk-dan-bki/.23 Sept 2014
. 10.59 WIB
[1] Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta.
1979. Bulan Bintang. Hlm. 18
[2] Rachman Natawidjaja. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. 1990.
Jakarta. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm.
[5] Saiful Akhyar
Lubis.Konseling Islami dan Kesehatan Mental. 2011. Cita
Pustaka Media Perintis. Hlm. 58
[7] Samsul Munir Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. 2010. Jakarta.
Amzah. Hlm. 23
0 komentar:
Posting Komentar