Jumat, 07 November 2014

BK dengan pendekatan agama islam




Makalah Kelompok I
Pengertian BKI dengan 
pendekatan Agama Islam                                                






DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
HABIBURRAHMAN
EKA LESTARI
INDAH LESTARI
RAHMI FAUZIAH

 DOSEN PEMBIMBING        : Prof. Dr. SYAIFUL AKHYAR LUBIS, MA
 AS. DOSEN                           : HENNI SYAFRIANA NST, S.AG, MA
 JURUSAN                             : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
 FAKULTAS               : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2013

PENDAHULUAN

Proses konseling yang tidak dihubungkan dengan ajaran agama, maka konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata hanya membantu menyelesaikan masalah konseli dalam urusan dunia saja. Sedangkan Islam menganjurkan aktifitas konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT. Suatu bantuan kepada orang lain, termasuk konseling dalam ajaran Islam dihitung sebagai sedekah.
Melalui program bimbingan dan konseling berarti pula perkembangan  jiwa  harus diarahkan kepada kemampuan spiritual yang lebih tinggi, dan lebih baik. Kemampuan mental spiritual  khususnya para generasi muda harus mendapat perhatian istimewa dalam bimbingan dan konseling, baik dari segi-segi umum maupun agama untuk dibina dan dikembangkan agar mereka menjadi generasi mendatang yang kuat dan tangguh, baik fisik, mental maupun spiritual.



















PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” adalah kata dalam bentuk masdhar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain kejalan yang benar.[1]
Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, walaupun demikian tidakberarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Jika misalnya, ada seseorang mahasiswa  datang kepada pembimbing akademiknya, ia menyampaikanbahwasanya sampai saat terakhir pembayaran SPP ia belum memiliki uang untuk membayarnya, kemudian pebimbing akademiknya meminjamkan uang kepada mahasiswanya untuk membayar SPP, tentu bukn bantuan seperti ini yang dimaksud pengertian bimbingan dalam konseling.
Dr. Rachmad Natawidjaja menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, kampuas, keluarga dan masyarakat serta kehidupan umumnya. dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya bimbingan membantu individu mencapai perkembangan secara optimal sebagai makhluk sosial.[2]
Menurut W.S. Winkel, bimbingan berarti pemberian bentuan kepada sekelompok orang  dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis bukan “pertolongan” finansial, media dan lain-lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak, ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.[3]
Maka dari itu dapat dipahami bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang atau masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain, dan bantuan itu dilakukansecara terus menerus.
Bimbingan merupakan suatu tuntunan atau pertolongan. Bimbingan merupakan suatu tuntunan yang  mengandung pengertian bahwa di dalam memberikan bantuan itu jika keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Disamping itu, pengertian bimbingan juga berarti memberikan bantuan atau pertolongan didalam pengertian pengertian bahwa dalam menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya, keadaan seperti ini yangterkenal dalam pendidikan sebagai “tut wuri handayani”.[4]
Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari ataupun mengatasi berbagai persoalan atau kesulitan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya, ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan, baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul dan juga dapat diberikan untuk mengatasi berbagai kesulitan yang telah menimpa individu. Jadi lebih bersifat memberikan korektif atau penyembuhan daripada sifat pencegahan, disamping itu, di dalam memberikan bimbingan dimaksudkan agar invidu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya, sesuai dengan petunjuk yang dikehendaki Allah SWT. Dan di sinilah letak tujuan dari bimbingan yang sebenarnya.
B.     Pengertian Konseling Islam
Dalam literatur bahasa arab kata konseling disebut juga ar-irsyad atau al-istisyarah. Secara  etimologi ar-irsyad berarti, al-huda, ad-dalalah, dalam bahasa indonesia berarti, petunjuk sedangkan kata al-istisyarah berarti talaba minh al-masyurah/an-nasibah, dalam bahasa indonesia berarti, meminta nasihat, konsultasi. Kata ar-irsyad banyak ditemukan dalam Al-qur’an dan hadist serta buku-buku yang membahas kajian tentang Islam.[5]
Dalam Al-qur’an ditemukan kata ar-irsyad di satukan dengan kata al-huda pada QS. Al-kahfi ayat 17:
3... `tB Ïöku ª!$# uqßgsù ÏtGôgßJø9$# ( ÆtBur ö@Î=ôÒム`n=sù yÅgrB ¼çms9 $|Ï9ur #YÏ©óD ÇÊÐÈ  
“...Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”
Demikian pula kata ar-irsyad terdapat dalam surah al-jin ayat 2
üÏöku n<Î) Ïô©9$# $¨ZtB$t«sù ¾ÏmÎ/ ( ...
 (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya...”
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik
bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan konseli/klien.
Kesempurnaan ajaran islam menyimpan khazanah-khazanah berharga yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan problematika kehidupan manusia. Secara operasional khazanah-khazanah tersebut tertunang didalam konsep konseling Islam.yang tertuang dalam tatap muka antara konselor dan  yang sedang menghadapi serta berjuang menyelesaikan problematika kehidupannya, untuk mewujudkan amanah ajaran Islam, untuk hidup secara tolong menolong dalam jalan kebaikan, saling mengingatkan dan memberi nasihat untuk kebaikan dan menjauhi kemungkaran dan kemunafikan. Hidup secara Islami adalah hidup yang melibatkan terus  menerus aktivitas belajar dan aktifitas konseling.
Kelihatan dengan jelas bahwa konseling Islami adalah proses konseling yang berorientasi kepada ketentraman hidup manusia dunia dan akhirat. Pencapaian rasa tenang itu adalah melalui upaya pendekatan diri kepada Allah serta melalui upaya untuk memperoleh perlindungan-Nya. Terapi sakinah itu akan menghantarkan masalah individu untuk berupaya sendiri dan mampu menyelesaikan masalah kehidupannya. Dengan demikian, secara tegas dikatakan bahwa konseling Islami mengandung dimensi spiritual dan dimensi material. Dimensi spiritual adalah membimbing manusia pada kehidupan rohaniah untuk menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah. Sedangkan dimensi material embantu manusia untuk dapat memecahkan masalah kehidupannya agar dapat mencapai kemajuan. Prinsip-prinsip inilah yang dengan tegas membedakan konsep konseling Islami dengan konseling hasil dari pengetahuan dan empirik barat.[6]
Konseling Islami adalah layanan bantuan kepada  untuk mengatahui, mengenal dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya, atau memahami kembali keadaan dirinya. Dengan pengertian lain, mengingatkan kembali  akan fitrahnya.
Konseling Islami adalah layanan bantuan kepada  untuk menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi-segi baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang ditetapkan Allah. Kemudian menyadarkannya bahwa sebagai manusia ia diwajibkan berikhtiar.

C.    Pengertian Bimbingan Konseling Islami
Pengertian bimbingan konseling berdasarkan SK Mendikbud no.025/D/1995, disebutkan sebagai “pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan pada norma-norma yang berlaku”.
Bimbingan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengancara mnginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-qur’an dan Hadis Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis.[7]
Bimbingan Konseling Islami adalah Proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Proses di sini merupakan proses pemberian bantuan artinya tidak menentukan atau mengaharuskan melainkan sekedar membantu, agar mampu hidup:
·         Selaras dengan petunjuk Allah
·         Selaras dengan ketentuan Allah
·         Selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur’an dan Hadist telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepadanya.[8]
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan secara sistematis dan intensif yang dilakukan oleh dosen yang bertugas khusus itu kepada mahasiswa dalam rangka pengembangan pribadi, sosial, dan ketrampilan belajar (learning skill) demi karirnya masa depannya, yang dilakukan oleh tim yang bertugas khusus untuk itu.
Pengertian Bimbingan dan Konseling islam adalah proses bantuan kepada individu agar kembali kekehidupan masyarakat yang selaras dengan ketentuan dan petunjuk-Nya sehingga mencapai kebahagiaan dunia akhirat / kembali kefitrah seperti orang yang berbuka puasa.
Konseling islam adalah layanan konselor kepada konseli/klien untuk menumbuh kembangkan kemampuannya dalam menyelesakan masalhdan memahami menyelesaikan masalah dan mengantisipsi masa depan memilih alternatif tindakan terbaik demi kebhagiaan dunia dan akhirat dibawah naungan dan ridha Allah SWT miningakatkan kesadarannya bahwa Allh adalah konselor yang maha agung sekaligus melakukan self konseling.
1.      Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yanghakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad sebuah mukjizat dari Tuhannya?”Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.”(Ar-Ra’d :27)
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :
“Sesungguhnya penulis telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian penulis kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya :
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)
“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)
Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :
Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalah gunaan zat adiktif. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu.Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)
2.      Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan konseli/klien dan konselor.Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.         Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
b.        Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat.
c.         Memiliki Prinsip Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
d.        Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
e.         Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
f.         Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.[9]
“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)
Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)
Pada diri  juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu kearah agamanya, dalam hal ini Agama Islam.
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.


















KESIMPULAN

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa bimbingan adalah merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis, dan tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal, dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan bimbingan. Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Jadi bimbingan konseling islam adalah proses bantuan kepada individu agar kembali ke kehidupan masyarakat yang selaras dengan ketentuan dan petunjuk-Nya sehingga mencapai kebahagiaan dunia akhirat/ kembali kefitrah seperti orang yang berbuka puasa.












DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta. 1979. Bulan Bintang

Natawidjaja, Rachman. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. 1990. Jakarta. Gramedia Widiasarana Indonesia

  Winkel, W.S. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menengah. 1989. Jakarta. Gramedia

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. 1993. Yogyakarta. Andi Offset

Akhyar, Saiful Lubis.Konseling Islami dan Kesehatan Mental. 2011. Cita Pustaka Media Perintis

Munir, Samsul Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. 2010. Jakarta. Amzah

Hallen. Bimbingan dan Konseling. 2005. Jakarta. Quantum Teaching











[1] Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta. 1979. Bulan Bintang. Hlm. 18

[2] Rachman Natawidjaja. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. 1990. Jakarta. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm.
[3]  W.S. Winkel. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menengah. 1989. Jakarta. Gramedia. Hlm. 17

[4] Bimo Walgito. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. 1993. Yogyakarta. Andi Offset. Hlm. 3
[5] Saiful Akhyar Lubis.Konseling Islami dan Kesehatan Mental. 2011. Cita Pustaka Media Perintis. Hlm. 58

[6] Saiful Akhyar Lubis. Ibid. Hlm. 64
[7] Samsul Munir Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. 2010. Jakarta. Amzah. Hlm. 23

[8] Hallen. Bimbingan dan Konseling. 2005. Jakarta. Quantum Teaching. Hlm. 17

0 komentar:

Posting Komentar

 
;