http://bakumatsu16.blogspot.com/
MAKALAH KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
AIDA NASMA
AIDA WATI
DOSEN PEMBIMBING : Drs. H. ABU
BAKAR M. LUDDIN, M.Pd, Ph.D
MATA KULIAH :
BIMBINGAN
KONSELING DIPERLUAS
JURUSAN : BIMBINGAN KONSELING ISLAM - 2
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................ i
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A.
Pengertian Konseling dan Perilaku................................................... 2
B.
Konseling Untuk Mengubah Perilaku............................................... 4
C.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku.................................... 9
KESIMPULAN ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13
PENDAHULUAN
Manusia
memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Perilaku
manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah
suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Konseling
merupakan salah satu cara yang tepat untuk membantu mengatasi berbagai
permasalahan-permasalahan dalam hidup. Konseling membantu kita untuk
mengidentifikasi masalah, mencari solusi atau alternatif yang tepat dan
menyadarkan akan adanya potensi dari setiap manusia untuk dapat mengatasi
berbagai permasalahannya sendiri. Konseling dapat mengarahkan kita kepada perubahan
tingkah laku yang lebih baik lagi.
Dalam pembahasan makalah ini, kita akan mengetahui apa
pengertian dari konseling dan perilaku, kemudian kita juga akan mengetahui
bagaimana konseling dalam mengubah perilaku manusia, dan faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling dan Perilaku
-
Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara dan teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh
seorang ahli atau konselor kepada individu-individu yang sedang menghadapi
masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.[1]
Dengan teratasinya masalah yang dihadapi akan
membangkitkan semangat dan gaya berperilaku yang lebih baik pada diri klien
sehingga dengan dilaksanakannya konseling diharapkan akan membahagiakan diri
klien dan lingkungannya.
Prayitno dan Erman Amti merumuskan pengertian
singkat yakni konseling adalah proses pemberian bantuan, dilakukan memalui
wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah, dan bermuara pada teratasinya kehidupan klien.[2]
Konseling menuntut dilaksanakannya oleh
seorang konselor yan kompeten dalam menangani konflik, kecemasan atau
masalah-masalah yang berkaitan dengan keputusan pribadi, sosial, belajar,
karir, keluarga dan keberagamaan. Konseling melibatkan dua orang yang salaing
berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan
memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan isyarat, pandangan mata
dan pandangan lainnya dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah
pihak yang terlibat didalam interaksi itu. Model interaksi dalam konseling itu
tidak terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dan klien salaing berbicara,
tetapi juga dikembangkan model interaksi konseling multidimensional bahwa
konseling tidak membatasi diri pada proses yang berdimensi verbal belaka,
tetapi juga melibatkan berbagai latihan dan upaya lainnya secara langsung,
seperti latihan fisik, latihan desentisisasi dan lain-lain, kesemuanya
diarahkan pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Interaksi antara konselor dan klien berlangsung
dalam kurun waktu yang lama dan terarah delam pencapaian tujuan. Tujuan dari
hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
Konseling merupakan proses yang dinamis,
dimana individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangakan
kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Konseling
didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien yaitu atas
dasar penghargaan atas harkat dan martabat klien.[3]
-
Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan
aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling
mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri.
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan, perilaku manusia pada hakikatnya suatu aktifitas
dari manusia itu sendiri.[4]
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktifitas
yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya tetap
sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan
baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian sebagian
terbesar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus
eksternal. Bagaimana kaitan antara stimulus dan perilaku sebagai respon
terdapat sudut pandang yang belum menyatu antara para ahli, ada ahli yang
memandang perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan
oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organisme seakan-akan tidak
mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respon
seakanakan bersifat mekanistis. Pandangan semacam ini pada umumnya merupakan
pandangan yang bersifat behavioristis.[5]
Berbeda dengan pandangan kaum behavioris
adalah pandangan aliran kognitif yaitu yang memandang perilaku individu
merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan
untuk meneentukan perilaku yang
diambilnya. Hubungan stimulus dan respon
tidak berlangsung secara otomatis tetapi individu menagmbil peranan dalam
menentukan perilakunya.[6]
B. Konseling Untuk Mengubah Perilaku
Mengacu pada konsep Skinner yaitu operan
respon kelihatannya pembentukan tingkah laku erat kaitannya dengan penggunaan
operan respon yang dalam psikologi belajar dinamakan conditioning respon.
Prosedur pembentukan perilaku melalui conditioning respon ini adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat (reinforce)
berupa hadiah-hadiah (reward) bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang
dimaksud.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara
mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengakibatkan perilaku tersebut cenderung akan sering
dilakukan. Bila ini sudah terbentuk maka
dilakukan perilaku yang kedua dan kemudian diberi hadiah. Begitu seterusnya
dilakukan berulang-ulang sampai komponen yang ketiga, keempat dan seterusnya
sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.[7]
Dalam situasi konseling perilaku verbal dan
nonverbal klien dapat dijadikan indikator keseriusan klien mengikuti proses
konseling. Tanda-tanda perilaku tersebut harus terbca oleh konselor agar ia
mudah mengarahkan proses konseling. Perilaku verbal adalah perilaku seseorang
berupa kata-kata, sedangkan perilaku nonverbal adalah berupa penyakit nonverbal
disebut juga bahasa tubuh. Bahasa tubuh merupakan indikator yang dianggap
paling jujur dibandingkan dengan perilaku verbal, karena perilaku non verbal
tersebut tidak bisa berbohong tentang apa yang sedang dialami oleh seseorang.
Ekspresi wajah misalnya merupakan wujud perasaan yang sedang dialami dan orang
tersebut tidak bisa berpura-pura tentang perasaan tersebut.
Perilaku verbal dan non verbal konselor juga dapat
dikaji dan dipelajari dalam rangka meningkatkan kwalitas hubungan antara
konselor dan klien dalam proses konseling. Hal tersebut sangat penting karena salah satu
faktor penentu keberhasilan konseling adalah bersumber dari faktor konselor.[8]
Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi
atau perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk
memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode stimulus behavioral (perilaku)
adalah diperkenalkannya metode ilmiah di bidang psikoterapi. Yaitu bagaimana
memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses
belajar untuk perubahan perilaku.
Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa
perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi : (1) Belajar waktu lalu dalam
hubungannya dengan keadaan yang serupa. (2) Keadaan motivasional sekarang dan
efeknya terhadap kepekaan terahdap linkungan. (3) Perbedan-perbedaan biologik
baik secara genetik atau karena gangguan psiologi. Dengan eksperimen-eksperimen
terkontrol secara seksama maka menghasilkan hukum-hukum yang mengontrol
perilaku tersebut.
Dalam hal ini skinner walaupun teori S-R, tetapi dia punya pandangan
tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
1.
Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh
stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh penguatan
2.
Lebih menekankan pada studi subjek individual
dari pada generalisasi kecenderungan kelompok
3.
Menekankan pada penciptaan stiuasi tertentu
terhadap terbentuknya perilaku daripada motivasi didalam diri.
Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku
sebagai kebiasaan yang dipelajari karena itu dapat diubah dengan mengganti
stiuasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi
positif.[9]
-
Metode-metode
Konseling Behavioral
Terdapat beberapa pendekatan atau
metode yang diterapkan dalam konseling behavioral.
Krumboltz memberikan empat kategori pendekatan konseling behavioral, yaitu 1).
Operant learning, 2). Social modeling, 3). Cognitive learning,
4). Emotional learning.[10]dimana dalam penjelasannya,
1.
Operant
Learning merupakan pendekatan ini merupakan adaptasi
dari dua teori conditioning dari Pavlov dan
Skinner, pendekatan ini memfokuskan pada penguatan (Reinforcement),
dalam pembentukan perilaku klien yang dikehendaki.
2.
Pendekatan
belajar social bertolak dari pendapat Bandura tentang tiga system terpisah
namun merupakan system pengatur yang saling berkaitan, tiga aspek tersebut
adalah : 1). peristiwa stimulus eksternal, 2). penguat eksternal, dan yang paling
penting adalah proses perantara kognitif. Dalam pelaksanaanya pendekatan ini
diterapkan oleh konselor dengan cara merancang suatu perilaku adaptif yang dapat
dijadikan model oleh klien
3.
Cognitive
learning merupakan metode pengajaran secara verbal, kontak
antara konselor dengan klien dan bermain peran. Pendekatan ini terdiri atas
persuasi dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan ide yang
tidak rasional.
4. Emotional Learning diterapkan pada individu yang mengalami
kecemasan. pelaksanaannya dilakukan dalam situasi
rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu rangsangan
yang menyenangkan.
-
Hubungan
Konselor –Klien
Yang menjadi perhatian utama
konselor behavioral adalah perilaku yang tampak, dengan alasan
ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola hubungan konselor dengan klien lebih
manipulatif- mekanistik dan sangat tidak pribadi, namun seperti salah
satu aspek yang essensial dalam terapi behavioral
adalah proses penciptaan hubungan pribadi yang baik.[11]
Untuk melihat hubungan konselor dengan klien
dalam aturan konseling behavioral dapat kita perhatikan
dari proses konseling behavioral. Proses konseling behavioral yaitu sebuah
proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional,
dan keputusan tertentu.
Jika kita perhatikan lebih lanjut,
pendekatan dalam konseling behavioral lebih
cenderung direktif, karena dalam pelaksanaannya konselorlah yang
lebih banyak
berperan. Dimana dalam konseling behavior konselor di haruskan untuk:
a.
Menyebutkan
tingkah laku maladaptip
b.
Memilih
tujuan-tujuan yang masuk akal
c.
Mengarahkan
dan membimbing klien untuk merubah tingkah laku yang tidak sesuai.
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku
itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan
mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam
lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan
berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :
S > R atau S > O > R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons
(perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W =
world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan
berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :
W > S > O > R > W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di
sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
1.
Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu
yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).
2.
Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang
aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga
menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan
dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku spontan.
Contoh : seorang mahasiswa
sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa
panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam
kegerahannya.
Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan
(W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa tersebut (O), secara spontan
mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan mahasiswa.
Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan
sebagai berikut:
W > S > Ow > R > W
Contoh : ketika sedang
mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa agak
gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang
mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada
dosen untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas
terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.
Ruangan kelas yang gelap,
waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang
sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski di ruangan kelas terdapat
banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan
sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu
merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R),
suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam
mengikuti perkuliahan merupakan (W).
Sebenarnya, masih ada dua unsur penting lainnya
dalam diri setiap individu yang mempengaruhi efektivitas mekanisme proses
perilaku yaitu receptors (panca indera sebagai alat penerima stimulus) dan
effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang merupakan pelaksana gerak R).
Dengan mengambil contoh perilaku sadar tadi,
mahasiswa yang sadar (Ow) mungkin merasakan penglihatannya (receptor) menjadi
tidak jelas, sehingga tulisan dosen di papan tulis tidak terbaca dengan baik.
Menggerakkan kaki menuju ke depan, mengucapkan minta izin kepada dosen, tangan
menekan saklar lampu merupakan effector.[12]
C.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku
a. Faktor Internal
Tingkah
laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada
dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis
ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan
intelegensia.
Faktor-faktor
tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
1) Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.
Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri
tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan
menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri
ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan
upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang
berbeda pula.
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara
berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan.
Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun
norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan,
sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan
rasional.
3) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan
tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak
adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul,
humoris, ramah dan banyak teman
4) Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan
manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya
maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu
kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari
pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehari-harinya
5) Intelegensia
Intelegensia
adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku
individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi
oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat
bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
6) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik,
melukis, olah raga, dan sebagainya
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses
belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi
akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma
dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban
manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan
orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa
dengan tingkah laku orang Papua.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk
mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan
lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha
menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5) Sosial Ekonomi
Status
sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi perilaku seseorang.[13]
KESIMPULAN
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan
aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling
mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri.
Interaksi antara konselor dan klien
berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan terarah delam pencapaian tujuan.
Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku
klien.
Dalam mengubah perilaku klien konseling
behavioral menggunakan empat kategori
pendekatan konseling, yaitu 1). Operant
learning, 2). Social modeling, 3). Cognitive learning,
4). Emotional learning.
Terdapat faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi perilaku manusia, dimana faktor internal terdiri dari yait, jenis ras/ keturunan, jenis kelamin, sifat
fisik, kepribadian, intelegensi, bakat. Sedangankan faktor eksternal terdiri dari yaitu, pendidikan, agama, kebudayaan, lingkungan, sosial ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
M. Luddin , Abu Bakar. Konseling Individual dan Kelompok (Aplikasi dalam
praktek konseling). Bandung. 2012. Cita Pustaka Media Perintis
Akhyar, Syaiful Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Bandung.
2011. Cita Pustaka Media Perintis
M.Luddin , Abu Bakar. Psikologi Konseling. Bandung. 2011. Cita
Pustaka Media Perintis
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta. 2003. Andi Offset
Saam, Zulfan. Psikologi
Konseling. Jakarta. 2013. Raja Grafindo Persada
S. Willis, Sofyan. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. 2010.
Alfabeta
Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan
(Teori & Konsep).Yogyakarta. 1988. Kota Kembang
Rosjidan. Pengantar
Teori-teori Konseling. Jakarta.
1988. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen
DIKTI
http://faa-efa.blogspot.com/2012/12/konseling-sebagai-pengubah-tingkah-laku.html.
20/09/2014. 14.30 WIB
[1] Abu Bakar M. Luddin. Konseling Individual dan Kelompok (Aplikasi dalam
praktek konseling). Bandung. 2012. Cita Pustaka Media Perintis. Hlm. 7
[2] Syaiful Akhyar Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Bandung.
2011. Cita Pustaka Media Perintis. Hlm. 21
[6] Bimo Walgito. Op. Cit. Hlm.15
[7] Abu Bakar M.Luddin. Psikologi Konseling. Op. Cit. Hlm.
21
[8] Zulfan Saam. Psikologi Konseling. Jakarta. 2013. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 18
[9]Sofyan S. Willis. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. 2010.
Alfabeta. Hlm. 69
[10]
Muhamad
Surya. Dasar-dasar Konseling Pendidikan
(Teori & Konsep).Yogyakarta. 1988. Kota Kembang. Hlm. 188
[11]
Rosjidan.
Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta. 1988. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI. Hlm. 243
0 komentar:
Posting Komentar