Minggu, 21 September 2014

Konseling untuk mengubah perilaku

http://komunitasamam.wordpress.com
http://bakumatsu16.blogspot.com/
MAKALAH KELOMPOK  1
Pengubahan Perilaku                                                                                   






DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN
AIDA NASMA
AIDA WATI

 DOSEN PEMBIMBING  : Drs. H. ABU BAKAR M. LUDDIN, M.Pd, Ph.D
 MATA KULIAH            : BIMBINGAN KONSELING DIPERLUAS
 JURUSAN                     : BIMBINGAN KONSELING ISLAM - 2
 FAKULTAS                   : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ i
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A.    Pengertian Konseling dan Perilaku................................................... 2
B.     Konseling Untuk Mengubah Perilaku............................................... 4
C.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku.................................... 9
KESIMPULAN ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13











PENDAHULUAN

Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Konseling merupakan salah satu cara yang tepat untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan-permasalahan dalam hidup. Konseling membantu kita untuk mengidentifikasi masalah, mencari solusi atau alternatif yang tepat dan menyadarkan akan adanya potensi dari setiap manusia untuk dapat mengatasi berbagai permasalahannya sendiri. Konseling dapat mengarahkan kita kepada perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Dalam pembahasan makalah ini, kita akan mengetahui apa pengertian dari konseling dan perilaku, kemudian kita juga akan mengetahui bagaimana konseling dalam mengubah perilaku manusia, dan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia.














PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konseling dan Perilaku
-          Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli atau konselor kepada individu-individu yang sedang menghadapi masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.[1]
Dengan teratasinya masalah yang dihadapi akan membangkitkan semangat dan gaya berperilaku yang lebih baik pada diri klien sehingga dengan dilaksanakannya konseling diharapkan akan membahagiakan diri klien dan lingkungannya.
Prayitno dan Erman Amti merumuskan pengertian singkat yakni konseling adalah proses pemberian bantuan, dilakukan memalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah, dan bermuara pada teratasinya kehidupan klien.[2]
Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yan kompeten dalam menangani konflik, kecemasan atau masalah-masalah yang berkaitan dengan keputusan pribadi, sosial, belajar, karir, keluarga dan keberagamaan. Konseling melibatkan dua orang yang salaing berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan isyarat, pandangan mata dan pandangan lainnya dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat didalam interaksi itu. Model interaksi dalam konseling itu tidak terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dan klien salaing berbicara, tetapi juga dikembangkan model interaksi konseling multidimensional bahwa konseling tidak membatasi diri pada proses yang berdimensi verbal belaka, tetapi juga melibatkan berbagai latihan dan upaya lainnya secara langsung, seperti latihan fisik, latihan desentisisasi dan lain-lain, kesemuanya diarahkan pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan terarah delam pencapaian tujuan. Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.  
Konseling merupakan proses yang dinamis, dimana individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangakan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien yaitu atas dasar penghargaan atas harkat dan martabat klien.[3]
-          Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri. Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, perilaku manusia pada hakikatnya suatu aktifitas dari manusia itu sendiri.[4]
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktifitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya tetap sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian sebagian terbesar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Bagaimana kaitan antara stimulus dan perilaku sebagai respon terdapat sudut pandang yang belum menyatu antara para ahli, ada ahli yang memandang perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organisme seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respon seakanakan bersifat mekanistis. Pandangan semacam ini pada umumnya merupakan pandangan yang bersifat behavioristis.[5]
Berbeda dengan pandangan kaum behavioris adalah pandangan aliran kognitif yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk meneentukan  perilaku yang diambilnya. Hubungan  stimulus dan respon tidak berlangsung secara otomatis tetapi individu menagmbil peranan dalam menentukan perilakunya.[6]

B.     Konseling Untuk Mengubah Perilaku
Mengacu pada konsep Skinner yaitu operan respon kelihatannya pembentukan tingkah laku erat kaitannya dengan penggunaan operan respon yang dalam psikologi belajar dinamakan conditioning respon. Prosedur pembentukan perilaku melalui conditioning respon ini adalah sebagai berikut:
a.       Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat (reinforce) berupa hadiah-hadiah (reward) bagi perilaku yang akan dibentuk.
b.      Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c.       Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen tersebut.
d.      Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan perilaku tersebut cenderung akan sering dilakukan.  Bila ini sudah terbentuk maka dilakukan perilaku yang kedua dan kemudian diberi hadiah. Begitu seterusnya dilakukan berulang-ulang sampai komponen yang ketiga, keempat dan seterusnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.[7]
Dalam situasi konseling perilaku verbal dan nonverbal klien dapat dijadikan indikator keseriusan klien mengikuti proses konseling. Tanda-tanda perilaku tersebut harus terbca oleh konselor agar ia mudah mengarahkan proses konseling. Perilaku verbal adalah perilaku seseorang berupa kata-kata, sedangkan perilaku nonverbal adalah berupa penyakit nonverbal disebut juga bahasa tubuh. Bahasa tubuh merupakan indikator yang dianggap paling jujur dibandingkan dengan perilaku verbal, karena perilaku non verbal tersebut tidak bisa berbohong tentang apa yang sedang dialami oleh seseorang. Ekspresi wajah misalnya merupakan wujud perasaan yang sedang dialami dan orang tersebut tidak bisa berpura-pura tentang perasaan tersebut.
Perilaku verbal dan non verbal konselor juga dapat dikaji dan dipelajari dalam rangka meningkatkan kwalitas hubungan antara konselor dan klien dalam proses konseling.  Hal tersebut sangat penting karena salah satu faktor penentu keberhasilan konseling adalah bersumber dari faktor konselor.[8]
Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode stimulus behavioral (perilaku) adalah diperkenalkannya metode ilmiah di bidang psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi : (1) Belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa. (2) Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terahdap linkungan. (3) Perbedan-perbedaan biologik baik secara genetik atau karena gangguan psiologi. Dengan eksperimen-eksperimen terkontrol secara seksama maka menghasilkan hukum-hukum yang mengontrol perilaku tersebut.
Dalam hal ini skinner walaupun  teori S-R, tetapi dia punya pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
1.      Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh penguatan
2.      Lebih menekankan pada studi subjek individual dari pada generalisasi kecenderungan kelompok
3.      Menekankan pada penciptaan stiuasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku daripada motivasi didalam diri.
Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari karena itu dapat diubah dengan mengganti stiuasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.[9]
-          Metode-metode Konseling Behavioral
Terdapat beberapa pendekatan atau metode yang diterapkan dalam konseling behavioral. Krumboltz memberikan empat kategori pendekatan konseling behavioral, yaitu 1). Operant learning, 2). Social modeling, 3). Cognitive learning, 4). Emotional learning.[10]dimana dalam penjelasannya,
1.      Operant Learning merupakan pendekatan ini merupakan adaptasi dari dua teori conditioning dari Pavlov dan Skinner, pendekatan ini memfokuskan pada penguatan (Reinforcement), dalam pembentukan perilaku klien yang dikehendaki.
2.      Pendekatan belajar social bertolak dari pendapat Bandura tentang tiga system terpisah namun merupakan system pengatur yang saling berkaitan, tiga aspek tersebut adalah : 1). peristiwa stimulus eksternal, 2). penguat eksternal, dan yang paling penting adalah proses perantara kognitif. Dalam pelaksanaanya pendekatan ini diterapkan oleh konselor dengan cara merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien
3.      Cognitive learning merupakan metode pengajaran secara verbal, kontak antara konselor dengan klien dan bermain peran. Pendekatan ini terdiri atas persuasi dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan ide yang tidak rasional.
4.      Emotional Learning diterapkan pada individu yang mengalami kecemasan. pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu rangsangan yang menyenangkan.
-          Hubungan Konselor –Klien
Yang menjadi perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku yang tampak, dengan alasan ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola hubungan konselor dengan klien lebih manipulatif- mekanistik dan sangat tidak pribadi, namun seperti salah satu aspek yang essensial dalam terapi behavioral adalah proses penciptaan hubungan pribadi yang baik.[11]
Untuk melihat hubungan konselor dengan klien dalam aturan konseling behavioral dapat kita perhatikan dari proses konseling behavioral. Proses konseling behavioral yaitu sebuah proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.
Jika kita perhatikan lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral lebih
cenderung direktif, karena dalam pelaksanaannya konselorlah yang lebih banyak
berperan. Dimana dalam konseling behavior konselor di haruskan untuk:
a.       Menyebutkan tingkah laku maladaptip
b.      Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal
c.       Mengarahkan dan membimbing klien untuk merubah tingkah laku yang tidak sesuai.
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :
S > R atau S > O > R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :
W > S > O > R > W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
1.      Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).
2.      Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku spontan.
Contoh : seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam kegerahannya.
Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan (W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa tersebut (O), secara spontan mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan mahasiswa. Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut:
W > S > Ow > R > W
Contoh : ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.
Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).
Sebenarnya, masih ada dua unsur penting lainnya dalam diri setiap individu yang mempengaruhi efektivitas mekanisme proses perilaku yaitu receptors (panca indera sebagai alat penerima stimulus) dan effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang merupakan pelaksana gerak R).
Dengan mengambil contoh perilaku sadar tadi, mahasiswa yang sadar (Ow) mungkin merasakan penglihatannya (receptor) menjadi tidak jelas, sehingga tulisan dosen di papan tulis tidak terbaca dengan baik. Menggerakkan kaki menuju ke depan, mengucapkan minta izin kepada dosen, tangan menekan saklar lampu merupakan effector.[12]

C.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
a.      Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia.
Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
1)      Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2)      Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3)      Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
4)      Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya
5)     Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
6)     Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya
b.      Faktor Eksternal
1)      Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2)     Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3)     Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
4)     Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5)     Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.[13]
















KESIMPULAN

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri.
Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan terarah delam pencapaian tujuan. Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
Dalam mengubah perilaku klien konseling behavioral menggunakan empat kategori pendekatan konseling, yaitu 1). Operant learning, 2). Social modeling, 3). Cognitive learning, 4). Emotional learning.
Terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia, dimana faktor internal terdiri dari yait, jenis ras/ keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, intelegensi, bakat. Sedangankan faktor eksternal terdiri dari yaitu, pendidikan, agama, kebudayaan, lingkungan, sosial ekonomi.

















DAFTAR PUSTAKA

M. Luddin , Abu Bakar. Konseling Individual dan Kelompok (Aplikasi dalam praktek konseling). Bandung. 2012. Cita Pustaka Media Perintis

Akhyar, Syaiful Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Bandung. 2011. Cita Pustaka Media Perintis

M.Luddin , Abu Bakar. Psikologi Konseling. Bandung. 2011. Cita Pustaka Media Perintis

Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta. 2003. Andi Offset

Saam,  Zulfan. Psikologi Konseling. Jakarta. 2013. Raja Grafindo Persada

S. Willis, Sofyan. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. 2010. Alfabeta

Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Teori & Konsep).Yogyakarta. 1988.  Kota Kembang

Rosjidan. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta. 1988. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI







[1] Abu Bakar M. Luddin. Konseling Individual dan Kelompok (Aplikasi dalam praktek konseling). Bandung. 2012. Cita Pustaka Media Perintis. Hlm. 7

[2] Syaiful Akhyar Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Bandung. 2011. Cita Pustaka Media Perintis. Hlm. 21
[3] Abu Bakar M. Luddin. Op. Cit. Hlm. 6

[4] Abu Bakar M.Luddin. Psikologi Konseling. Bandung. 2011. Cita Pustaka Media Perintis. Hlm. 19

[5] Bimo Walgito. Psikologi Sosial. Yogyakarta. 2003. Andi Offset. Hlm.15

[6] Bimo Walgito. Op. Cit. Hlm.15

[7] Abu Bakar M.Luddin. Psikologi Konseling. Op. Cit. Hlm. 21
[8] Zulfan Saam. Psikologi Konseling. Jakarta. 2013. Raja Grafindo Persada. Hlm. 18

[9]Sofyan S. Willis. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. 2010. Alfabeta. Hlm. 69
[10] Muhamad Surya. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Teori & Konsep).Yogyakarta. 1988.  Kota Kembang. Hlm. 188
[11] Rosjidan. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta. 1988. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI. Hlm. 243

0 komentar:

Posting Komentar

 
;