MAKALAH KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
AIDA NASMA
AIDA WATI
DOSEN PEMBIMBING : JULI MAINI SITEPU, S.Psi. MA
MATA KULIAH :
DIAGNOSA
KESULITAN BELAJAR
JURUSAN : BIMBINGAN KONSELING ISLAM - 2
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2014
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku
manusia sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara
wajar dan efektif. Terkadang lancar, terkadang tidak, terkadang dapat cepat
memahami apa yang dipelajari, terkadang lambat dan terasa amat sulit. Terkadang
semangatnya tinggi, namun bisa juga terkadang tidak bersemangat dan sulit untuk
berkonsentrasi. Demikianlan kenyataan yang sering dirasakan oleh manusia dalam
proses belajar didalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu memang tidak sama, hal inilah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkahlaku belajar dikalangan peserta didik. Kesulitan belajar
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Didalam makalah ini akan membahas klasifikasi kesulitan belajar baik dari tugas-tugas
perkembangan, kesuliatn belajar akademik, kesulitan dalam pengolahan informai, faktor
penyebab dan pemecahan masalahnya.
A. Defenisi Kesulitan Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[1]
The National Joint
Committee Learning Disabilities (NJCLD) mendefinisikan kesulitan belajar adalah
sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan untuk mendengarkan, bercakap,-cakap,
membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang matematika. Gangguan
tersebut diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun
suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain
yang mengganggu (misalnya
gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai
pengaruh lingkungan (misalnya budaya,
pembelajaran yang tidak tepat, berbagai faktor psikogenetik), berbagai
hambatan tersebut bukan penyebab utama atau pengaruh langsung.[2]
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor yang
non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi tidak tentu menjamin
keberhasilan belajar.[3]
Anak-anak dengan
kesulitan belajar menurut Baurnel dan Harvell (2004) pada umumnya memiliki
riwayat perkembangan bahasa dan berbicara yang lebih lambat dibandingkan anak
seusianya. Kosakata yang dimilikinya cenderung terbatas dan lebih sedikit
disbanding anak sebayanya, sehingga sering mengalami kesulitan bahkan kurang
tepat dalam mengekspresikan apa yang diinginkannya. Tidak jarang mereka
mengalami kesulitan dalam memahami intruksi yang paling sederhana sekalipun,
ataupun memahami beberapa perinbtah yang diberikan sekaligus.Salah satu ciri
perkembangan bahasa yang miskin dan kekurangan kemampuan umum untuk mengadakan
komunikasi verbal.[4]
Kesulitan
Belajar merupakan rentangan dari kesulitan belajar ringan sampai pada kesulitan
belajar berat. Kesulitan ini mempengaruhi salah satu atau lebih dalam proses
penerimaan, pengelolaan dan penggunaan informasi yang berkaitan dengan hal-hal
berikut ini :
-
Kesulitan berbahasa
lisan yang mencakup (mendengar, berbicara, dan memahami pembicaraan)
-
Kemampuan membaca
yang mencakup encoding, pengetahuan tentang fonetik, pengenalan dan
pemahaman arti kata
-
Kemampuan menulis,
yang mencakup mengeja, menulis dan mengarang
-
Kemampuan matematika,
yang mencakup berhitung dan pemecahan masalah[5]
Untuk Melihat
tinjauan dari psikologi perlu melihat aspek perkembangan psikologi ditinjau
dari aspek perkembangan anak. Teori perkembangan meliputi :
a. Kesulitan belajar akibat kelambatan
kematangan dari fungsi neurologis, motoric, kognitif dan afektif.
b. Adanya tuntutan lingkungan sosial
(termasuk orang tua dan sekolah) untuk mencapai prestasi akademik sebelum
mencapai kematangan dan kesiapan yang tidak sesuai dengan perkembangan.
c. Semua individu memiliki
tahapan-tahapan perkembangan yang alami dan waktu kematangan berbagai
keterampilan, karena itu problem belajar anak mungkin merupakan kelambatan
dalam perkembangan dari proses tertentu.
d. Hendaknya sekolah merancang
pengalaman belajar untuk mempeprtinggi kemantapan perkembangan alami.[6]
Berdasarkan
pemafaran sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa
kesulitan belajar adalah seseorang yang secara psikis dan neurologis mengalami
kesulitan dalam bidang akademik secara
efektif yang
mencakup membaca,
menulis, berhitung maupun kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan yang
meliputi. Gangguan
persepsi, kognisi motoric, perkembangan bahasa, dan kesulitan penyesuaian
perilaku sosial.
B.
Klasifikasi Kesulitan
Belajar
Secara garis
besar kesulitan belajar dapat di klasifikasikan kedalam dua kelompok, (1)
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities), (2) kesulitan belajar
akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar
bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan
belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan
tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan
matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru
atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan
akademik. Sebaliknya, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar
di ketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru karena tidak ada
pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai
kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainyaketerampilan prasyarat.
Yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk
keterampilan berikutnya.
Meskipun
beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering
berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik hubungan antara
keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam belajar membaca yang
menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor, tetapi ada
pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam
fungsi-fungsi perseptual motor.
Untuk mencapai
prestasi akademik yang memuaskan seorang anak memerlukan penguasaan
keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah
karena kurang menguasai keterampilan prasayarat, umumnya dapat mencapai
prestasi tersebut setelah mengusasai kegiatan prasyarat. Untuk dapat
menyelesaikan soal matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus
menguasai lebih dahulu keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca,
seorang sudah harus berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual
maupun audiktif, ingatan visual maupun auditoris dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian.[7]
Dengan memusatkan
perhatian akan membantu anak dalam mingkatkan kemampuan merespon stimuli yang diberikan,
namun jika tidak maka respon terhadap stimuli tersebut tidak akan sesuai dan
optimal.
Salah satu
kemampuan dasar yang umumnya di pandang paling penting dalam kegiatan belajar
adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian
selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu diantara
sejumlah rangsangan seperti rangsangan audiktif, taktil, visual, dan kinestetik
yang mengenai indra manusia setiap saat. Seperti dijelaskan oleh Ross (1976:60)
perhatian selektif membantu manusia membatasi jumlah rangsangan yang perlu
diproses ada suatu waktu tertentu. Jika seorang anak memperhatikan dan bereaksi
terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang
terganggu perhatiannya (distractible). Menurut ross, kesulitan belajar banyak
disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan
perhatian selektif.[8]
C.
Tugas-tugas Perkembangan
Dan Kesulitan Belajar
Tugas
perkembangan adalah sesuatu yang bisa diduga timbul dan konsisten pada atau
sekitar periode tertentu dalam kehidupan individu. Konsep tugas perkembangan
didasari asumsi bahwa perkembangan manusia dalam masyarakat modern ditandai
oleh serangkaian tugas dimana individu harus belajar sepanjang hidupnya.
Tugas-tugas
perkembangan muncul dari tiga sumber yang berbeda. Pertama, kematangan fisik,
misalnya, untuk belajar berjalan. Kedua, kekuatan sosiostruktural dan budaya,
misalnya, umur minimum perkawinan, umur
minimum untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM), dan sebagainya. Ketiga,
nilai-nilai pribadi dan aspirasi. Faktor-faktor pribadi merupakan hasil dari
interaksi antara faktor-faktor ontogenetik dan lingkungan, dan memainkan peran
aktif dalam munculnya tugas perkembangan tertentu, misalnya, memilih jalur
pekerjaan tertentu.[9]
Berikut adalah tugas-tugas
perkembangan:
a.
Kontrol diri
Kontrol diri
berarti kemampuan anak untuk mengontrol impuls mereka, dan perasaan anak bahwa
mereka dapat mengendalikan kejadian atau peristiwa disekeliling mereka.
b.
Perkembangan
bahasa
Agar bahasa
efektif anak mesti memakai kata-kata dan tata bahasa yang sama dengan yang
dipakai anggota keluarganya.
c.
Fantasi dan
permainan
Dalam fantasi
anak menciptakan karakter dan situasi yang memiliki arti yang sangat pribadi.
Fantasi bagi anak adalah untuk mencapai kontrol diri.
d.
Pengembangan
daya gerak
Anak yang baru
belajar berjalan menggambarkan pentingnya daya gerak.[10]
Selain tugas-tugas
perkembangan diatas, kita juga harus perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan atau
development tasks yang perlu dituntaskan dalam perkembangan anak, yaitu perhatian,
mengingat, berpikir, bahasa, persepsi dan perseptual.
1.
Kesulitan dalam
Pemusatan Perhatian
Kesulitan
perhatian mencakup kesulitan dalam memusatkan perhatian yaitu kesulitan dalam
memfokuskan perhatian pada suatu kegiatan dan kesulitan dalam menghentikan
perhatian.
2.
Kesulitan
Mengingat
Kesulitan dalam
mengingat apa yang telah dilihat dan didengar atau apa yang telah dialami,
merupakan faktor penyebab kesulitan dalam berpikir. Hal ini disebabkan karena
kemampuan berpikir sangat erat hubungannya dengan kemampuan mengingat hal-hal
yang telah dialami yang memberikan informasi dalam mengoperasikan kemampuan
berpikir.
3.
Kesulitan
Berpikir
Kemampuan berpikir
adalah kemampuan dalam mengoperasikan kemampuan kognitif yang mencakup kemampuan
memformasikan konsep dan mengasosiasikan formasi konsep dalam memecahkan
masalah. Pemecahan masalah membantu anak atau individu dalam merespon situasi
baru dengan tindakan yang sesuai.
4.
Kesulitan Bahasa
Kesulitan bahasa
sudah dapat diidentifikasikan sejak usia dini. Secara umum, anak yang mengalami
kesulitan bahasa tidak berbicara seperti anak-anak sebayanya dan tidak dapat merespon
secara tepat terhadap berbagai pernyataan verbal, seperti sapaan, perintah,
permintaan, dan lain-lain.
5.
Kesulitan
Persepsi dan Perseptual Motor
Persepsi mempunyai
makna yang lebih dari apa yang dilihat, didengar, dirasa, diraba, dan dicium. Kemampuan
bayi dalam merespon informasi yang tumpang tindih merupakantonggak perkembangan
perseptual motor. Anak yang menglami kesulitan dalam persepsi tidak dapat
memahami petunjuk arah jalan, kata yang ditulis, dan simbol-simbol visual
lainnya.[11]
D.
Kesulitan Dalam
Pengolahan Informasi
Pendidikan dan
pengajaran berintikan interaksi antara pendidik dengan terdidik atau antara
guru dengan siswa. Interaksi pendidikan atau pengajaran ini hampir seluruhnya
menggunakan media bahasa, entah bahasa lisan, tulis ataupun gerak dan isyarat.
Interaksi
belajar mengajar berintikan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan
terutama dari guru kepada siswa. Dalam keadaan ideal informasi dapat pula
disampaikan oleh siswa kepada guru dan kepada siswa lainnya. Informasi
disampaikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau kelompok. Para
guru kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis.[12]
Didalam
Psikologi dikenal dua istilah pemrosesan informasi yang diterima dari
pengamatan, yaitu sensasi dan persepsi. Sensasi adalah sistem yang
mengoordinasikan sejumlah peralatan untuk mengamati yang dirancang secara
khusus sedangkan persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses
sensasi, tetapi diteruskan dengan proses pengelompokkan, menggolong-golongkan,
mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus.[13]
Dalam
penerimaan informasi tidak terlepas dengan proses pengamatan, yang merupakan
proses mengenal dunia luar, kita mengamati sesuatu dengan alat-alat indera
kita, yaitu indera penglihat, pendengar, pembau, perasa atau pengecapan,
peraba, keseimbangan, perasa urat daging (kinestesi), indera perasa jasmaniah
(organis).[14]
Kesulitan dalam
pengolahan informasi terdiri atas tiga dimensi, yaitu kesulitan dalam mengintegrasi
input informasi, kesulitan dalam menyimpan informasi,dan kesulitan dalam memberikan
respon yang sesuai dengan informasi yang diterima.
1.
Mengintegrasikan
Input Informasi
Merupakan tahap
kedua dalam proses pengolahan informasi yang mencakup kegiatan
menginterpretasikan dan mengkategorikan informasi kedalam kelompok yang sesuai,
selanjutnya menghubungkan informasi tersebut dengan apa yang telah dipelajari
atau dialami sebelumnya. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan input
informasi akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan kembali pelajaran yang
baru ia peroleh.
2.
Menyimpan
Informasi
Penyipanan
informasi sangat erat hubungan dengan ingatan, baik ingatan jangka pendek
ataupun ingatan jangka panjang.
3.
Memberikan Respon
yang Sesuai Dengan Informasi Yang Diterima
Kesulitan dalam
memberikan respon terhadap informasi yang baru diterima melalui bahsa
disebabkan oleh kesulitan dalam berbahasa secara lisan. Hal ini dikarenakan
dalam menjawab suatu pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang seharusnya,
diperlukan kemampuan dalam menggali informasi-informasi yang relevan yang telah
tersimpan di dalam skematik.[15]
E.
Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar
Faktor Internal dari dalam diri individu itu sendiri yang terdiri atas :
a.
Faktor
psikologi, yang terdiri atas keadaan tonus jasmani : nutrisi, penyakit, keadaan
jasmani, cacat fisik, kesehatan dan keadaan fungsi-fungsi jasmani yang terkait
dengan panca indera
b. Faktor Psikologi yang terdiri atas :
Intelegensi, Bakat minat, Motivasi, Sifat dan sikap, kepribadian, Pembiasaan
belajar dan latihan, kesiapan belajar.
Sedangkan
faktor eksternal, prestasi belajar siswa terdiri atas faktor :
1. Nonsosial, seperti udara suhu,
cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat
tulis, sarana dan prasarana.
2. Sosial, terdiri atas lingkungan
keluarga orang tua, susasana rumah dan lingkungan belajar, lingkungan
masyarakat,sarana
dan prasarana dan pemerintahan.[16]
F. Pemecahan
Masalah Kesulitan Belajar
Melihat
kompleksnya kesulitan belajar maka penanganan bagi anak yang mengalami
kesulitan belajar amatlah penting.Anak yang berkesulitan belajar membutuhkan
kebutuhan yang khusus dalam kehidupan belajar.Menurut Ashman dan Elkins, anak
yang mengalami kesulitan belajar termasuk salah satu dari anak yang membutuhkan
kebutuhan khusus. Jenis-jenis anak dengan kebutuhan khusus adalah:
a. Anak berbakat
b. Gangguan komunikasi
c. Berkesulitan belajar
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan pendengaran
f. Gangguan intelektual
g. Gangguan fisik
Pemecahan masalah dilakukan dengan
berbagai cara :
1. Deteksi dini terhadap anak yang
mengalami kesulitan belajar
2. Usaha diagnosis kesulitan belajar
dan pemecahannya
3. Usaha pemecahan, hal ini dilakukan
untuk menciptakan kondisi sekolah lebih sehat yang menunjang perkembangan
sosial dan kesehatan mental anak.
4. Usaha remedial
5. Usaha bimbingan dan konseling
6. Pendidikan individual khusus yang
terpadu dan terarah dengan tenaga professional.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesulitan belajar adalah seseorang
yang secara
psikis dan neurologis mengalami kesulitan dalam bidang akademik secara efektif yang mencakup membaca, menulis, berhitung maupun kesulitan
yang berhubungan dengan perkembangan yang meliputi. Gangguan persepsi, kognisi motoric,
perkembangan bahasa, dan kesulitan penyesuaian perilaku sosial.
Kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kepada 2 golongan,
yaitu :
a.
kesulitan belajar dalam tugas-tugas perkembangan seperti kesulitan
dalam perhatian, mengingat, persepsi, perseptual motor, berpikir, dan bahasa.
b.
Kesulitan dalam Pengolahan Informasi yang terdiri dari dua
yaitu kesulitan perilaku dan kesulitan belajar akademik yang berupa kesulitan membaca,
mengarang, menulis, matematika.
Fator-faktor yeng menyebabkan terjadinya
kesulitan belajar adalah meliputi faktor internal dan eksternal yang berupa keluarga,
lingkungan, dan kebijakan pemerintah.
Pemecahan masalah kesulitan belajar
dilakukan dengan berbagai cara :
-
Deteksi dini terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar
-
Usaha diagnosis kesulitan belajar dan pemecahannya
-
Usaha pemecahan, hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi
sekolah lebih sehat yang menunjang perkembangan sosial dan kesehatan mental
anak.
-
Usaha remedial
-
Usaha bimbingan dan konseling
-
Pendidikan individual khusus yang terpadu dan terarah dengan
tenaga professional.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh. Psikologi (Suatu
Pengantar dalam Perspektif Islam). Jakarta. 2008. Kencana Prenada Media
Group
Abdurrahman Mulyono. Anak Berkesulitan
Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta. 2012. PT. Rineka
Cipta
Agus Sujanto. Psikologi Umum. Jakarta. 2006. Bumi
Aksara
Ahmadi Abu, Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta.
2008. Rineka Cipta
Danim Sudarwan, Khairil. Psikologi
Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung. 2011. Alfabeta
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta. 2013 .Bumi
Aksara
Hidayah Rifa.
Psikologi Pengasuhan Anak. Malang. 2009. UIN-Malang Pers
Jamaris Martini. Kesulitan Belajar Perspektif,
Asesmen, dan Penanggulangannya (Bagi anak usia dini dan usia sekolah).
Bogor. 2014. Ghalia Indonesia
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta. 2010. Rineka
Cipta
Syaodih Nana Sukmadinata. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. 2005. Remaja Rosdakarya
[5] Martini Jamaris. Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, dan
Penanggulangannya (Bagi anak usia dini dan usia sekolah). Bogor. 2014.
Ghalia Indonesia. Hlm. 31
[7] Mulyono Abdurrahman. Anak Berkesulitan Belajar (Teori,
Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta. 2012. PT. Rineka Cipta. Hlm. 6
[9] Sudarwan Danim, Khairil. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru).
Bandung. 2011. Alfabeta Hlm. 69
[10] Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta. 2013 .Bumi Aksara. Hlm. 33
[12] Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung.
2005. Remaja Rosdakarya. Hlm. 261
[13] Abdul Rahman Shaleh. Psikologi (Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam).
Jakarta. 2008. Kencana Prenada Media Group. Hlm. 98
0 komentar:
Posting Komentar