Rabu, 17 September 2014

Defenisi Psikologi Konseling

DEFENISI PSIKOLOGI KONSELING 

DISUSUN OLEH 

ADRI HERMAWAN 
NIM. 33123036

PENDAHULUAN
Sebagai calon konselor kita harus mampu melakukan konseling, hal ini dipelajari dalam psikologi, yaitu psikologi konseling, yang merupakan cabang dari psikologi. Kita harus mampu memahami psikologi konseling agar kita bisa mengerti dan menjadi acuan dalam melakukan konseling.
Dengan mengetahui pengertian dari psikologi, konseling dan psikologi konseling, maka sedikit banyaknya akan membantu kita sebagai calon konselor untuk dapat melaksanakan proses konselor yang baik. Juga diharapkan kita mampu menerapkan pemahaman psikologi kita terhadap proses konseling karena dengan memahami proses mental dari klien akan membantu kita dalam menyusun langkah berikut dalam membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi klien.
Didalam makalah ini, di jelaskan tentang defenisi dari psikologi, konseling, dan psikologi konseling. Semoga akan membantu kita pembaca dalam mengasah pemahaman yang mendukung terwujudnya keprofesionalan sebagai seorang konselor.












DEFENISI PSIKOLOGI, KONSELING DAN PSIKOLOGI KOSELING

A.    Pengertian Psikologi

Secara Etimologi, perkataan psikologi berasal dari dua kata yunani, yaitu Psyche dan logos. Kata logos berarti ilmu, logika, nalar. Dengan demikian, maka makna psikologi adalah ilmu tentang psyche. Sedangkan psyche itu adalah “jiwa”. Namun dalam hal ini selalu timbul perbedaan pendapat yang berkepanjangan, karena banyak kemungkinan yang dapat ditarik padanya. Didalam Al-qur’an, Psyche disebut Naf, dalam banyak kemungkinan, juga sering kali diartikan “jiwa”. Karenanya dalam terminology bahasa Arab disebut dengan ‘Ilm al-Nafs yang diartikan dengan ilmu jiwa.[1] 
Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal.[2]
Mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari jiwa sebenarnya kurang tepat.  Karena pada kenyataanya psikologi tidak mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat diamati secara konkrit dan jiwa hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari kehidupan individu secara keseluruhan.[3]
Namun ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian psikologi ini yaitu :
Ø  Menurut Dr. Singgih Dirgagunasa
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Ø  Plato dan Aritoteles
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
Ø  Jhon Broadus Watson
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku lahiriah dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan.
Ø  Wilhem Wundt
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul pada diri manusia, seperti perasaan panca indra, pikiran, feeling, dan kehendak.[4]
Jiwa tetap suatu keajaiban yang mengandung nilai-nilai sakral sebagai tanda keagungan Allah SWT, sang penciptanya, dan sekaligus menggambarkan kesadaran betapa sedikitnya ilmu yang dimiliki oleh manusia.[5]
 Firman Allah dalam  “Q.S, al-Isra’ ayat 85”
štRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ̍øBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÎÈ  
Artinya:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh” itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.[6]
Psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku manusia, karena tingkah laku itu dipandang sebagai perwujudan dari keadaan batiniyah atau jiwa manusia itu sendiri. Maka dari itu, Psikologi sebenarnya tidak mempelajari jiwa secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi mempelajari gejala-gejala kejiwaan dalam wujud perilaku manusia.[7]
Dalam pandangan teori barat, Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku yang mencari jawaban mengenai sebab-sebab kemunculan satu bentuk tingkah laku.
Berbeda dengan itu, Khazanah keilmuan Islam, Psikologi atau Ilmu Nafs tidak tumbuh sebagai ilmu yang membahas perilaku sebagai fenomena kejiwaan belaka, melainkan dibahas dalam konteks system kerohanian yang memiliki hubungan vertikal dengan Allah, karena Al-Qur’an dan as-sunnah banyak menyebut secara langsung seperti qalb, ‘aql, ruh, dan bashirah, yang kesemuanya bersifat multidimensi.
Pada asasnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia maupun hewan. Psikologi dalam hal ini berhubungan dengan penyelidikan mengenai bagaimana dan mengapa organism-organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan. Namun secara lebih spesifik, Psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, Psikologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara melakukan sesuatu, dan juga memahami perilaku makhluk tersebut berpikir dan berperasaan.[8]
Dari beberapa penafsiran-penafsiran tentang psikologi sebelumnya, pemakalah menarik kesimpulan dengan uraiaan yang singkat mengenai pengertian psikologi yang pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental, yang mana proses mental itu terdiri dari afektif dan kognitif.

B.     Pengertian Konseling

Dalam bahasa Arab, kata konseling disebut dengan a-irsyad, Al-Khuli mendefinisikannya sebagai berikut:
إرشاد – توجيه نفس يساعد الفرد على حل مشكلاته
Dalam hal ini, irsyad dimaksudkan sebagai bimbingan, pengarahan konselor kepada klien/konseli untuk membantu menyelesaikan masalahnya.[9]
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengertian konseling, berikut adalah penjabaran-penjabaran pustaka tentang konseling tersebut.
Konselor merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi.[10]
Konseling adalah usaha untuk membantu seseorang untuk menolong dirinya sendiri. Karena seorang konselor bertugas untuk memberi informasi kepada seseorang tentang dirinya,  potensinya, kemungkinan–kemungkinan yang memadai bagi potensinya,  dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya.[11]
Namun konseling juga sering diartikan sebagai percakapan yang memberikan efek peningkatan kualitas kehidupan, meskipun sering bertitik tolak dari adanya kondisi yang terganggu.[12]
Dalam defenisi yang lebih luas, Rogers mengartikan konseling sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Rogers mengartikan bantuan dalam konseling adalah dengan menyediakan kondisi, sarana, keterampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan, dan aktualisasi diri. Memberikan bantuan juga mencakup kesediaan konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya, harapan-harapan, keinginan yang tidak terpenuhi, kegagalan yang dialami, trauma, dan konflik yang sedang dihadapi.[13]
Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi merupakan teknik inti atau teknik kunci. Hal ini dikarenakan konseling dapat memberikan perubahan yang mendaa yaitu mengubah sikap. Sikap mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan, dan perasaan, dan lain-lain.
Menurut Leona E Tylor. Ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-prinsip konseling. Kelima karakteristik tersebut adalah :
a.       Konseling tidak sama dengan pemberian nasihat, sebab didalam pemberian nasihat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasehat, sedang dalam konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan oleh klien sendiri.
b.      Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamenral yang berkenaan dengan pola-pola hidup.
c.       Konseling lebih menyangkup sikap daripada perbuatan atau tindakan.
d.      Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
e.       Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.[14]
Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa individu akhirnya dapat memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. Dengan demikian, klien tetap dalam keadaan aktif memupuk kesanggupan di dalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya.[15]
Berdasarkan pemafaran-pemafaran sebelumnya, pemakalah akan memberikan pengertian konseling yang bernuansa Islami bahwa konseling adalah layanan bantuan konselor kepada klien/konseli untuk menumbuh kembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah ataupun mengantisifasi masa depan dengan menggunakan teknik-teknik ataupun alternatif tindakan terbaik untuk kebahagian hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dalam konseling Islami, proses konseling berlanjut dengan membangun kesadaran untuk menempatkan Allah sebagai Konselor Yang Maha Agung.
Dalam pelaksanaan konseling terjadi yang namanya proses wawancara yang dilakukan oleh konselor kepada klien, yang diharapkan klien dapat menggambarkan dengan jelas tentang masalah-masalah yang sedang dihadapinya dengan rasa kepercayaan kepada konselor. Kemudian seorang konselor juga diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara konseling dengan sebaik-baiknya, agar proses konseling dapat berjalan dengan baik.

C.    Pengertian Psikologi Konseling

Brammer dan Shostrom mendefinisikan psikologi konseling adalah sintesis dari berbagai kecenderungan yang berkaitan dalam gerakan bimbingan, kesehatan mental, psikometri, kasus-kasus social, dan psikoterapi. Sintesis adalah paduan berbagai hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.[16]
Psikologi konseling adalah suatu kegiatan yang dibangun melalui adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk mengidentifikasi persepsi, kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan, serta masalah yang dihadapi klien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah psikologis klien dengan menyadarkan klien akan akar masalah yang sebenarnya dihadapi hingga akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya.[17]
Seorang yang menghadapi permasalahan dalam hidupnya, kadang kala dirasakan begitu berat atau mengganggu kehidupannya dalam keseharian. Namun, seringkali mereka menghadapi masalah tersebut tanpa tahu benar dan menyadari apa sebenarnya akar dari masalah mereka tersebut. Melalui proses konseling inilah bersama-sama antara konselor dengan klien menemukan akar masalah yang ada dan menyadarkan klien akan apa yang harus dilakukannya untuk memecahkan masalahnya tersebut.
Firman Allah dalam Q.S Al-Isra ayat 26
ÏN#uäur #sŒ 4n1öà)ø9$# ¼çm¤)ym tûüÅ3ó¡ÏJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# Ÿwur öÉjt7è? #·ƒÉö7s? ÇËÏÈ  
Artinya :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”[18]
Dari ayat diatas menjelakan bahwa sesama manusia harus saling peduli. Ini adalah salah satu dasar Al-Qur’an yang menjadi landasan konseling untnuk memberikan bantuan terhadap seseorang yang sedang menghadapi masalah.
Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology).
Dilihat dari proses konseling, Psikologi konseling adalah cabang kekhususan dari psikologi yang mengkaji berbagai aspek yang terlibat dalam proses konseling. Aspek-aspek itu meliputi karakteristik; konseling, konselor, konseli dan masalahnya, berbagai kondisi yang menunjang dan menghambat konseling, serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam konseling.
Didalam proses konseling, semua aspek tersebut saling terkait.  Sehingga tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Seorang konselor professional akan lebih berhasil dalam memberikan pelayanan konseling kepada konselinya.[19]
Keprofesionalan seorang konselor didukung oleh pemahaman psikologinya yang luas. Karena dengan pemahaman terhadap Psikologi akan sangat membantu seorang konselor dalam memahami tingkah laku dan proses mental dari seorang klien. Tanpa psikologi maka ia tidak akan mampu menciptakan suasana konseling yang efektif. Karena didalam proses konseling konselor diharapkan mampu untuk memanfaatkan segala kondisi yang menunjang kesuksesan proses konseling dan menghindari faktor-faktor yang dapat menghambat konseling.
Pemahaman terhadap psikologi juga akan membantu konselor dalam memilih metode dan pendekatan-pendekatan konseling yang tepat dan mampu menereapkannya dalam layanan konseling, baik dari L1-L9, sehingga ia dapat membawa konseli/klien kearah jalan menuju individu yang mampu mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki pola pikir positif.



















KESIMPULAN

Psikologi pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental, yang mana proses mental itu terdiri dari afektif dan kognitif serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal.
Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan untuk menumbuhkembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah ataupun mengantisifasi masa depan dengan menggunakan teknik-teknik ataupun alternatif tindakan terbaik untuk kebahagian hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Psikologi Konseling adalah gabungan dari Psikologi dan Konseling yang berarti sebagai suatu cabang ilmu kegiatan yang dibangun melalui adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk mengidentifikasi kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan, serta masalah yang dihadapi klien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah psikologis klien dengan menyadarkan klien akan akar masalah yang sebenarnya dihadapi hingga akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya.












DAFTAR PUSTAKA

Akhyar Syaiful Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Cita Pustaka Perintis. 2011. Medan.

Depag RI. Al-qur’an dan terjemahannya. Putra agung harapan. 2006. Jakarta

Hartono, Soedarmadji Boy. Psikologi Konseling (Edisi Revisi). Kencana Prenada Media Group. 2012. Jakarta.

Hikmawati Fenti. Bimbingan Konseling. Raja Grafindo Persada. 2011. Jakarta.


Lumonggang Namora Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.

M. Luddin Abu Bakar. Psikologi Konseling. Citapustaka. 2012. Bandung.

Rasyidin. Pendidikan dan Psikologi Islam. Ciptapusaka Media. 2007. Bandung.

Supriyadi T. Psikologi konseling. Inti Prima Promosindo. 2011. Jakarta.

Surya Mohammad. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy. 2003. Bandung.

Syah Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. 2010. Bandung.

Wade  Carole, Tavris  Carol. Psikologi (Jilid I). Erlangga. 2007. Jakarta.

Walgito Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Andi offset. 2010. Yogyakarta.



[1] Al-Rasyidin. Pendidikan dan Psikologi Islam. Ciptapusaka Media. 2007. Bandung. Hlm. 250

[2] Carole wade, Carol Tavris. Psikologi (Jilid I). Erlangga. 2007. Jakarta. Hlm. 4

[3] Abu Bakar M. Luddin. Psikologi Konseling. Citapustaka. 2012. Bandung. Hlm. 1
[5] Al-Rasyidin. Op.Cit. Hlm. 251

[6] Depag RI. Al-qur’an dan terjemahannya. Putra agung harapan. 2006. Jakarta. Hlm. 392

[7] Al-Rasyidin. Op.Cit. Hlm. 253
[8] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. 2010. Bandung. Hlm. 8

[9]Syaiful Akhyar Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Cita Pustaka Perintis. 2011. Medan. Hlm. 15

[10] Mohammad Surya. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy. 2003. Bandung. Hlm. 1

[11] Mohammad Surya. Op.Cit. Hlm. 2

[12] T. Supriyadi. Psikologi konseling. Inti Prima Promosindo. 2011. Jakarta. Hlm. 2

[13] Namora Lumonggang Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Hlm. 2
[14] Fenti Hikmawati. Bimbingan Konseling. Raja Grafindo Persada. 2011. Jakarta. Hlm. 2

[15] Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Andi offset. 2010. Yogyakarta. Hlm. 8               
[16] Hartono, Boy Soedarmadji. Psikologi Konseling (Edisi Revisi). Kencana Prenada Media Group. 2012. Jakarta. Hlm. 2

[18] Depag RI. Al-qur’an dan terjemahannya. Putra agung harapan. 2006. Jakarta.  Hlm. 388

[19] Hartono, Boy Soedarmadji. Op.Cit. Hlm. 2

0 komentar:

Posting Komentar

 
;