Sabtu, 14 Juni 2014

Islamisasi Kurikulum


ISLAMISASI KURIKULUM 1

Tulisan ini didasari  dua argumen penting yang menunjukkan bagaimana pentingnya desain kurikulum  bagi  ahlak dan kesejahetraan sosial seseorang maupun masyarakat. Setelah itu, tulisan ini menunjukkan bahwa desain kurikulum secara fundamental tergantung pada filosofi pendidikan. Tanpa filsafat pendidikan yang bisa memberi moral bagi perorangan maupun masyarakat, akan sulit mengidentifikasi unsur dasar yang dapat dijadikan sandaran desain kurikulum. Tulisan ini dimaksudkan  untuk mengidentifikasi elemen-elemen dasar dari sebuah filosofi  dari pendidikan Islam dan daripadanya memperoleh inti masalah kurikulum pendidikan Islam. Karya ini juga membahas beberapa strategi untuk mengintegrasikan pengetahuan yang diungkapkan  dan ilmu yang didapat dari universitas dan sekolah Islam.
Telah diakui oleh pendidik di seluruh dunia bahwa pelayanan pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu perorangan dan masyarakat. Melalui pendidikan yang baik, potensi seseorang yaitu fisik, intelektual, moral, spiritual, dan emosional, dapat diolah dan dikembangkan. Dalam hal ini, Socrates menunjuk seorang guru sebagai bidan karena perannya mengambil sesuatu yang sudah ada pada anak. Tentu saja, bagaimana selanjutnya sangat bergantung pada keterampilan dan kemampuan guru.
Pendidikan juga punya  peranan penting lain, untuk memberi  dan mengubah nilai-nilai budaya, dan warisan dari masyarakat tertentu. Pendidikan disebut hanya berperan secara  konservatif  jika hanya mentransfer  nilai-nilai budaya dan kepercayaan dari satu ke generasi ke generasi berikutnya. Padahal juga bisa memainkan peranan yang lebih radikal ketika mencoba  mereformasi masyarakat. Secara umum, pendidikan memainkan keduanya yaitu  konservatif dan radikal dalam kemajuan peradaban.
Pendidikan adalah proses seumur hidup.  Hadits Nabi Muhammad  yang terkenal memerintahkan orang beriman  untuk “mencari ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat.” Baru-baru ini, dunia medis modern telah menunjukkan bahwa seorang anak juga dapat menerima stimulus dari luar ketika masih berbentuk embrio. Dengan demikian, potensi belajar  bisa dimulai dari beberapa bulan setelah pembuahan.
Pendidikan sendiri mempunyai tiga tipe: informal, formal dan nonformal. Rumah merupakan lembaga paling penting dari pendidikan informal.  Di dalamnya, pelajaran berlangsung dalam satu cara yang tidak langsung dan tidak tersusun. Ini merupakan “sekolah” pertama, dan ibu adalah “guru.”  Sekolah merupakan lembaga pembelajaran penting  untuk pendidikan formal. Di dalamnya, pengalaman belajar disusun secara sistematis dan terorganisir untuk mencapai hasil pembelajaran yang  khusus. Pendidikan formal, kurikulum sekolah dan guru sekolah sangat penting sebagai fasilitator pembelajaran. Selanjutnya, pembelajaran nonformal, yaitu pendidikan melalui lembaga atau organisasi lain selain sekolah formal, misalnya kelas-kelas melek huruf bagi  orang dewasa.
Pendidikan mencakup berbagai masalah. Karena itu, tidak mengherankan jika  umat Islam  telah konsisten dingatkan oleh para ulama bahwa persoalan pendidikan meruapakan hal yang mendasar. Sebagain ulama punya alasan bahwa sebagai sebuah disiplin, pendidikan terdiri dari lima subdisiplin, yaitu kurikulum, konseling, manajemen, pengajaran, dan evaluasi (1).  Artikel ini merupakan upaya untuk menguji kurikulum, sebagai salah satu subdisiplin.
Kurikulum sangat penting sehingga ia disebut sebagai ratu ilmu pendidikan. Kurikulum merupakan cerminan dari filosofi pendidikan dari institusi yang bersangkutan, berkaitan dengan fakta, mekanisme oleh tujuan yang akan dicapai.
Bersambung………….


 
[1] Lihat  Hasan Langgulung, “Islamisasai Pendidikan dari Perspektif Metodologi” (Islamization of Education from the Methodological Perspective), paper presented at the National Seminar on Islamization of Education, Department of Education, International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur, July 14-16, 1998.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;