NAMA : ADRI HERMAWAN
FAK
/ JUR : TARBIYAH / BKI 2
MATA
KULIAH : AKHLAK TASAWUF
JUDUL : HUBUNGAN ILMU TASAWUF
DENGAN ILMU LAINNYA
I.
PEMBAHASAN
A. Hubungan
Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Kalam
Ilmu
kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang bnyak mengedepankan pembicaraan
tentang persoalan – persoalan kalam Tuhan. Pembicaraan materi – materi yang
tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh Dzauq ( Rasa Rohaniah ).
Sebagai contoh Ilmu Tauhid menerangkan bahwa Allah Bersifat Sama’ ( Mendengar
), Bashor ( Melihat ), Kalam ( Berbicara ), Iradah ( Berkemauan ), Qudrah (
Kuasa ), Hayat ( Hidup ) dst.
Pada
ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kemunafikan dan
batasannya. Sementara pada ilmu Tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode
praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, seperti dijelaskan juga
tentang menyelamtkan diri dari kemunafikan. Sebab, terkadang seseorang
mengetahui batasan –
batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya.
Dalam
kaitannya dengan ilmu kalam , ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual dalam pemahaman kalam. Selain itu ilmu tasawuf mempunya fungsi
sebagai pemberikesadaran rohaniah dalam perdebatan – perdebatan kalam.
Dalam
dunia Islam ilmu kalam cenderung menjadi sebuah sebuah ilmu yang mengadung
muatan rasional, disamping muatan naqliah. Disinilah ilmu tasawuf memberi muatan
rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman
belaka. Yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara Qalbiyah (
hati ).
B. Hubungan
Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Fiqh
Biasanya,
pembahasan kitab – kitab Fiqh selalu dimulai dari Thaharah ( tata cara bersuci
), kemudian persoalan – persoalan Fiqh lainnya. Namun pembahasannya tidak
secara langsung terkait dengan pembicaraan nilai – nilai rohaniyahnya.
Ilmu
tasawuf berhasil memberikan corak batin terhadap ilmu Fiqh. Corak batin yang
dimaksud adalah Ikhlas dan Khusyuk berikut jalannya masing – masing. Bahkan,
ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum – hukum
Fiqh karena pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan
Rohaniah. Ilmu tasawuf dan ilmu Fiqh adalah dua disiplin ilmu yang saling
melengkapi. Setiap orang harus memenuhi keduanya, dengan catatan bahwa
kebutuhan perseorangan terhadap kedua disiplin ilmu ini sangat beragam sesuai
dengan kadar kwalitas ilmunya.
C. Hubungan
Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Filsafat
Ilmu
Tasawuf yang berkembang di dunia Islam tidak dapat dinafikan sebagai sambungan
pemikiran kefilsafatan. Sederetan intelektual muslim ternama jugga banyak
mengkaji tentang jiwa dan Roh, diantaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi,Ibnu
Sina, dan Al-Ghazali.
Menurut sebagian ahli Tasawuf, an-nafs ( Jiwa ) adalah Roh dan
Jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad dan roh. Pengaruh –
pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan – kebutuhan jasad yang dibangun
oleh roh. Jika jasad tidak memiliki tuntunan – tuntunan yang tidak sehat dan
disitu tidak terdapat kerja pengekangan nafsu, sedangkan Qalbu ( hati ) tetap
sehat, tuntunan – tuntunan jwiwa terus berkembang, sedangkan jasad binasa
karena melayani hawa nafsu.
D. Hubungan
Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa
Dalam
pembahasan Ilmu Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan agar
tercipta keserasian diantara keduanya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini
dikonsepsikan para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku yang
dipraktikan manusia dengan dorongan ynag dimunnculkan jiwanya sehingga menjadi
kurang sehat karena jiwanya tidak terkendali.
Sementara cakupan golongan yang kurang sehat sangatlah luas,
dari yang paling ringan hingga yang paling berat, dari orang yang merasa
terganggu ketentraman hatinya hingga orang yang sakit jiwa. Gejala umum dari
beberapa orang yang tidak sehat , antara lain :
1. Perasaan,
yaitu perasaan terganggu, tidak tentram, gelisah, takut yang tidak masuk akal,
rasa iri, sedih yang tidak beralasan, dsb.
2. Pikiran,
yaitu gangguan terhadap kesehatan mental dapat pula mempengaruhi pikiran,
misalnya anak – anak menjadi bodoh di sekolah, pemalsa, pelupa, suka membolos,
tidak dapat berkonsentrasi, dsb.
3. Kelakuan,
yaitu pada umumnya kelakuannya tidak baik, seperti nakal, keras kepala, suka
berdusta, menipu, menyeleweng, mencuri, menyiksa orang lain, membunuh, dan
sebagainya, yang menyebabkan orang lain menderita dan haknya teraniaya.
4. Kesehatan,
yaitu jasmaninya dapat terganggu bukan karena ada penyakit yang betul – betul
mengenai jasmani itu, tetapi sakit akibat jiwa yang tidak tentram. Penyakit ini
disebut psikosomatik. Gejala yang sering terjadi seperti sakit kepala, lemas,
letih, sering masuk angin, tekanan darah tinggi atau rendah, jantung sesak nafas,
sering pingsan ( kejang ), bahkan sakit kepala yang lebih berat, seperti lumpuh
sebagian anggota badan, lidah kaku, dsb. Yang penting penyakit jasmaniini tidak
memiliki sebab – sebab fisik sama sekali.
II.
ANALISA
Secara umum dapat kita ketahui bahwa, Akhlak tasawuf
sangat berperan penting dalam segala aspek ilmu lainnya. Ilmu tasawuf dapat
menjadi penyempurna kajian ilmu yang terkandung dalam setiap ilmu yang
bersangkutan, yang memiliki hubungan
dengan akhlak.
Seperti pada Ilmu Kalam ditemukan pembahasan Iman dan
defenisinya, kemunafikan dan batasannya. Sementara pada Ilmu Tasawuf ditemukan pembahasan dan metode praktis untuk
merasakan keyakinan dan ketentraman. Dalam Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawuf berhasil
memberikan corak batin terhadap Ilmu Fiqh. Corak batin dimaksud adalah Ikhlas
dan Khusyuk berikut jalannya masing – masing. Begitu juga Ilmu Jiwa, dalam
pembahasan Ilmu Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan agar
tercipta keserasian diantara keduanya. Dalam Ilmu Pendidikan, Akhlak Tasawuf
sangat berperan penting dalam bagaimana seorang Pembimbing atau seorang Guru
dalam penyaluran materi yang disampaikan, berhasil tidaknya berdasarkan dengan
Akhlak dari Seorang Guru atau Pembimbing tersebut.
III. TAMBAHAN
Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan sebagai dijumpai dalam
berbagai literatur banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada
hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini antara lain
dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi pelajaran (kurikulum), guru,
metode, saran dan prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar mengajar dan
lain sebagainya.
Semua aspek pendidikan tersebut
ditujukan kepada tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini
dalam pandangan islam banyak berhubungan
dengan kwalitas manusia yang berakhlak. Ahmad D.Marimba misalnya mengatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seseorang muslim
yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan
diri kepada-Nya. Sementara itu Moh.Athiyah Al-Abrasi, mengatakan bahwa
pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan
islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari
pendidikan. Selanjutnya Al – Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah Manusia yang baik. Kemudian
Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah
terwujudnya Manusia sebagai Hamba Allah.
Jika
rumusan dari ke empat tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan antara satu
dengan yang lainnya, maka dapat diketahui bahwa tujuan kependidikan Islam
adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang patuh dan tunduk melaksnakan
segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, serta memiliki sifat –
sifat dan akhlak yang mulia. Rumusan ini dengan jelas menggambarkan bahwa
antara pendidikan Islam dengan Ilmu Akhlak ternyata sangat berkaitan erat.
Pendidikan islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi
orang yang berakhlak.
Bertolak
dari rumusan tujuan pendidikan tersebut maka seluruh aspek pendidikan lainnya,
yakni materi pelajaran, guru, metode, sarana dan sebagainya harus berdasarkan
agama Islam. Kajian terhadap masalah ini secara lebih khusus dapat pembaca
jumpai dalam buku yang membahas tentang pendidikan Islam. Menggambarkan secara
keseluruhan dari aspek pendidikan islam rasanya bukan disini tempatnya.
Pendidikan dalam pelaksanaannya
membutuhkan dukungan orang tua dirumah, guru di sekolah, dan pemimpin serta
tokoh masyarakat di lingkungan. Kesemua lingkungan ini merupakan bagian
integral dari pelaksanaan
pendidikan, yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan Akhlak.. (Http://www.bewrryhs.com/2011/12/hubungan-ilmu-tasawuf-dengan-pendidikan.html.18:19WIB)
0 komentar:
Posting Komentar