Kamis, 26 Desember 2013

Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu lainnya



NAMA                       : ADRI HERMAWAN
FAK / JUR                 : TARBIYAH  / BKI 2
MATA KULIAH       : AKHLAK TASAWUF
JUDUL                      : HUBUNGAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU LAINNYA

I.          PEMBAHASAN

A.    Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Kalam
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang bnyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan – persoalan kalam Tuhan. Pembicaraan materi – materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh Dzauq ( Rasa Rohaniah ). Sebagai contoh Ilmu Tauhid menerangkan bahwa Allah Bersifat Sama’ ( Mendengar ), Bashor ( Melihat ), Kalam ( Berbicara ), Iradah ( Berkemauan ), Qudrah ( Kuasa ),    Hayat ( Hidup ) dst.
Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu Tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, seperti dijelaskan juga tentang menyelamtkan diri dari kemunafikan. Sebab, terkadang seseorang mengetahui        batasan – batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam , ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Selain itu ilmu tasawuf mempunya fungsi sebagai pemberikesadaran rohaniah dalam perdebatan – perdebatan kalam.
Dalam dunia Islam ilmu kalam cenderung menjadi sebuah sebuah ilmu yang mengadung muatan rasional, disamping muatan naqliah. Disinilah ilmu tasawuf memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka. Yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara Qalbiyah ( hati ).

B.     Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Fiqh
Biasanya, pembahasan kitab – kitab Fiqh selalu dimulai dari Thaharah ( tata cara bersuci ), kemudian persoalan – persoalan Fiqh lainnya. Namun pembahasannya tidak secara langsung terkait dengan pembicaraan nilai – nilai rohaniyahnya.
Ilmu tasawuf berhasil memberikan corak batin terhadap ilmu Fiqh. Corak batin yang dimaksud adalah Ikhlas dan Khusyuk berikut jalannya masing – masing. Bahkan, ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum – hukum Fiqh karena pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan Rohaniah. Ilmu tasawuf dan ilmu Fiqh adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap orang harus memenuhi keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap kedua disiplin ilmu ini sangat beragam sesuai dengan kadar kwalitas ilmunya.

C.     Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Filsafat
Ilmu Tasawuf yang berkembang di dunia Islam tidak dapat dinafikan sebagai sambungan pemikiran kefilsafatan. Sederetan intelektual muslim ternama jugga banyak mengkaji tentang jiwa dan Roh, diantaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi,Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.
      Menurut sebagian ahli Tasawuf, an-nafs ( Jiwa ) adalah Roh dan Jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad dan roh. Pengaruh – pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan – kebutuhan jasad yang dibangun oleh roh. Jika jasad tidak memiliki tuntunan – tuntunan yang tidak sehat dan disitu tidak terdapat kerja pengekangan nafsu, sedangkan Qalbu ( hati ) tetap sehat, tuntunan – tuntunan jwiwa terus berkembang, sedangkan jasad binasa karena melayani hawa nafsu.

D.    Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa
Dalam pembahasan Ilmu Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan agar tercipta keserasian diantara keduanya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan ynag dimunnculkan jiwanya sehingga menjadi kurang sehat karena jiwanya tidak terkendali.
      Sementara cakupan golongan yang kurang sehat sangatlah luas, dari yang paling ringan hingga yang paling berat, dari orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya hingga orang yang sakit jiwa. Gejala umum dari beberapa orang yang tidak sehat , antara lain :
1.      Perasaan, yaitu perasaan terganggu, tidak tentram, gelisah, takut yang tidak masuk akal, rasa iri, sedih yang tidak beralasan, dsb.
2.      Pikiran, yaitu gangguan terhadap kesehatan mental dapat pula mempengaruhi pikiran, misalnya anak – anak menjadi bodoh di sekolah, pemalsa, pelupa, suka membolos, tidak dapat berkonsentrasi, dsb.
3.      Kelakuan, yaitu pada umumnya kelakuannya tidak baik, seperti nakal, keras kepala, suka berdusta, menipu, menyeleweng, mencuri, menyiksa orang lain, membunuh, dan sebagainya, yang menyebabkan orang lain menderita dan haknya teraniaya.
4.      Kesehatan, yaitu jasmaninya dapat terganggu bukan karena ada penyakit yang betul – betul mengenai jasmani itu, tetapi sakit akibat jiwa yang tidak tentram. Penyakit ini disebut psikosomatik. Gejala yang sering terjadi seperti sakit kepala, lemas, letih, sering masuk angin, tekanan darah tinggi atau rendah, jantung sesak nafas, sering pingsan ( kejang ), bahkan sakit kepala yang lebih berat, seperti lumpuh sebagian anggota badan, lidah kaku, dsb. Yang penting penyakit jasmaniini tidak memiliki sebab – sebab fisik sama sekali.


II.        ANALISA

Secara umum dapat kita ketahui bahwa, Akhlak tasawuf sangat berperan penting dalam segala aspek ilmu lainnya. Ilmu tasawuf dapat menjadi penyempurna kajian ilmu yang terkandung dalam setiap ilmu yang bersangkutan, yang memiliki hubungan  dengan akhlak. 

Seperti pada Ilmu Kalam ditemukan pembahasan Iman dan defenisinya, kemunafikan dan batasannya. Sementara pada Ilmu Tasawuf  ditemukan pembahasan dan metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Dalam Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawuf berhasil memberikan corak batin terhadap Ilmu Fiqh. Corak batin dimaksud adalah Ikhlas dan Khusyuk berikut jalannya masing – masing. Begitu juga Ilmu Jiwa, dalam pembahasan Ilmu Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan agar tercipta keserasian diantara keduanya. Dalam Ilmu Pendidikan, Akhlak Tasawuf sangat berperan penting dalam bagaimana seorang Pembimbing atau seorang Guru dalam penyaluran materi yang disampaikan, berhasil tidaknya berdasarkan dengan Akhlak dari Seorang Guru atau Pembimbing tersebut.


III.       TAMBAHAN

Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan sebagai dijumpai dalam berbagai literatur banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini antara lain dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi pelajaran (kurikulum), guru, metode, saran dan prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar mengajar dan lain sebagainya.
Semua aspek pendidikan tersebut ditujukan kepada tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dalam  pandangan islam banyak berhubungan dengan kwalitas manusia yang berakhlak. Ahmad D.Marimba misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seseorang muslim yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya. Sementara itu Moh.Athiyah Al-Abrasi, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya Al – Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam  adalah Manusia yang baik. Kemudian Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah terwujudnya Manusia sebagai Hamba Allah.
            Jika rumusan dari ke empat tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya, maka dapat diketahui bahwa tujuan kependidikan Islam adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang patuh dan tunduk melaksnakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, serta memiliki sifat – sifat dan akhlak yang mulia. Rumusan ini dengan jelas menggambarkan bahwa antara pendidikan Islam dengan Ilmu Akhlak ternyata sangat berkaitan erat. Pendidikan islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak.
            Bertolak dari rumusan tujuan pendidikan tersebut maka seluruh aspek pendidikan lainnya, yakni materi pelajaran, guru, metode, sarana dan sebagainya harus berdasarkan agama Islam. Kajian terhadap masalah ini secara lebih khusus dapat pembaca jumpai dalam buku yang membahas tentang pendidikan Islam. Menggambarkan secara keseluruhan dari aspek pendidikan islam rasanya bukan disini tempatnya.
Pendidikan dalam pelaksanaannya membutuhkan dukungan orang tua dirumah, guru di sekolah, dan pemimpin serta tokoh masyarakat di lingkungan. Kesemua lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan, yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan Akhlak.. (Http://www.bewrryhs.com/2011/12/hubungan-ilmu-tasawuf-dengan-pendidikan.html.18:19WIB)




0 komentar:

Posting Komentar

 
;