DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
DOSEN PEMBIMBING : CANDRA WIJAYA. M.Pd
MATA KULIAH :
MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN : BIMBINGAN KONSELING ISLAM 2
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2014
PENDAHULUAN
Didalam proses belajar mengajar terdapat dua masalah yang turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu masalah
pengajaran dan masalah manajemen kelas. kedua
hal ini sangat sulit untuk dipisahkan, kenapa? Karena keberhasilan suatu
masalah pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran akan sangat tergantung
oleh masalah manajemen kelas. Dengan kata lain manajemen kelas yang diatur
dengan baik akan memungkinkan terciptanya proses pembelajaran secara kondusif,
yang sangat menunjang tercapainya tujuan dari proses belajar.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang Manajemen Kelas, yang mana
didalamnya terdapat Konsep manajemen kelas, kegiatannya, tujuannya, faktor yang
mempengaruhi, aspek, fungsi dan masalah dalam manajemen kelas. Diharapkan
setelah membaca makalah ini kita kan mendapatkan informasi tentang bagaimana untuk
mengelola kelas dengan baik agar tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
MANAJEMEN KELAS
A.
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Manajemen
kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Manajemen dari kata
management, yang berarti pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan
pencapaian tujuan (Mulyadi, 2009:2).
Ricky
W. Griffin menjelaskan bahwa manajemen tidak lain adalah “satu proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
pengoordinasian (coordinating), dan pengontrolan (controlling) sumber daya
untuk mencapai sasaran (goal’s) secara efektif dan efisien”. Efektif
berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
sedangkan efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisasi dengan baik, serta sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan
(Suparlan, 2013:41).
Hornby
dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1986) dikutip dari (Daryanto,
2013:74) mendefinisikan kelas merupakan sekelompok siswa yang belajar bersama
atau suatu wahanan ketika kelompok itu melakukan proses pembelajaran pada
tempat dan waktu yang diformat secara formal.
Kelas
menurut Oemar Hamalik (1987:311) dikutip dari (Syaiful bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2006:175), adalah sesuatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Hadari
nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
1.
Kelas
dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2.
Kelas
dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasikan menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar
yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2006:176).
Manajemen
kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang
dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara memanfaatkan
segala sumber daya yang ada (Daryanto, 2013:75)
Manajemen
kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan
siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif. Maka dari itu
manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku
siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak
diinginkan, mengembangkan Hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang
positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif
dan produktif (Mulyadi,2009:3-4).
Daryanto
(2013:75) dalam bukunya Administrasi dan Manajemen Sekolah mengatakan bahwa
defenisi manajemen kelas telah mengalami pergeseran secara paradigmatik
meskipun esensi dan tujuannya relative sama, yaitu terselenggaranya proses
pembelajaran secara efektif dan efisien. Efisiensi dan efektivitas pembelajaran
diukur menurut nilai-nilai pendidikan yang dianut pada saat itu. Nilai-nilai
dimaksud bisa nilai-nilai perjuangan, kognitif, afeksi, solidaritas sosial,
moralitas, keagamaan, dan sebagainya dikaitkan dengan sumber daya yang
digunakan.
B.
Kegiatan Manajemen Kelas
Manajemen
kelas adalah sebuah proses maka dalam pelaksanaannya manajemen kelas memiliki
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru. Dalam manajemen kelas guru
melakukan sebuah proses atau tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai dari
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi, sehingga apa yang dilakukannya
merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait. Selain itu bahwa dalam
manajemen juga terkandung maksud bahwa kegiatan yang dikakukan efektif mengenai
sasaran yang hendak dicapai dan efisien tidak menghambur-hamburkan waktu, uang
dan sumber daya lainnya. Titik akhir dari kegiatan manajemen adalah tujuan
dengan produktivitas kerja yang tinggi (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia:108)
Kegiatan
manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang secara garis
besar terdiri dari:
§ Pengaturan Orang (siswa)
Siswa
adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas yang ditempatkan
sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia,
maka siswa bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjektif. Artinya siswa
bukan barang atau objek yang hanya dikenai akan tetapi juga merupakan objek
yang memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak. Pergerakan yang terjadi dalam
konteks pencapaian tujuan tidak sembarang, artinya dalam hal ini fungsi guru
tetap memiliki proporsi yang benar untuk dapat membimbing, mengarahkan dan
memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan siswa. Oleh karena itu pengaturan
orang atau siswa adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam kelas
sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Siswa
diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan
minat dan keinginannya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia:108)
§ Pengaturan Fasilitas
Aktivitas
dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelas kelangsungannya akan banyak
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan
fisik kelas berupa sasaran dan prasarana kelas harus dapat memenuhi dan
mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat
berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai
akhir - akhir masa belajar mengajar (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia:108-109)
Adapaun
secara lebih terperinci kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan guru dalam
manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas yang tertuang dalam
petunjuk pengolaan kelas adalah :
Ø Mengecek kehadiran siswa.
Ø Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil
pekerjaan tersebut.
Ø Pendistribusian bahan dan alat.
Ø Mengumpulkan informasi dari siswa.
Ø Mencatat data.
Ø Pemeliharaan kelas.
Ø Menyampaikan materi pelajaran.
Ø Memberikan tugas/PR.
Sedangkan
hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan
dengan siswa dikelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996:13) dikutip
dari ((Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:110)
adalah:
1)
Ketika
bertemu dengan siswa, guru harus:
-
Bersikap
tenang dan percaya diri
-
Tidak
menunjukkan rasa cemas, muka masam atau sikap tidak simpatik
-
Memberikan
salam lalu memperkenalkan diri
-
Memberikan
format tentang data pribadi siswa
2)
Guru
memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar.
3)
Mengatur
tempat duduk siswa dengan tertib dan teratur.
4)
Menentukan
tata cara berbicara dan Tanya jawab.
5)
Bertindak
disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri.
Pengaturan
fasilitas juga terkandung didalamnya dalam pengelolaan ruang kelas secara
efektif yang maksudnya adalah ruang kelas yang berlangsung secara lancer, dengan sedikit sekali kebingungan dan
keterhambatan, dan memaksimalkan kesempatan pembelajaran siswa. Tidak mungkin
seorang guru untuk menyelenggarakan pembelajaran, atau bagi para siswa untuk
bekerja secara produktif jika mereka tidak memiliki panduan tentang bagaiamana
mereka berperilaku, kapan dan bagaimana bergerak disekitar ruangan, dimana
harus duduk, kapan mereka boleh dan tidak boleh menginterupsi guru, dan jumlah
keberisikan yang bisa diterima (Carolyn M.Evertson & Edmund T. Emmer, 2011:26)
C.
Tujuan Manajemen Kelas
Keberhasilan
sebuah kegiatan dapat dilihat dari hasil yang dicapainya. Tujuan adalah titik akhir
dari sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga sebagai pangkal tolak pelaksanaan
kegiatan selanjutnya. Keberhasilan sebuah tujuan dapat dilihat dari efektivitas
dalam pencapaian tujuan itu serta tingkat efisiensi dan penggunaan berbagai
sumber daya yang dimiliki. Dalam proses pengelolaan kelas keberhasilannya dapat
dilihat dari tujuan apa yang ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus
menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai dengan kegiatan penglolaan atau
manajemen kelas yang dilakukannya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia:110).
Mulyadi
(2009:5) mengemukakan bahwa tujuan manajemen kelas adalah:
1)
Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin
2)
Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran
3)
Menyediakan
dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan
peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan
intelektual mereka dalam kelas
4)
Membina
dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan
sifat-sifat individunya
John W.
Santrock (2004) dikutip dari (Mulyadi, 2009:5) berpendapat bahwa manajemen
kelas yang efektif bertujuan membantu sisa menghabiskan lebih banyak waktu
untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pda
tujuan pembelejaran dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional.
Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang
berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan
akademik. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas
yang menantang dan akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang mennatang dan
akan memberikan aktivitas dimana siswa menjadi terserap ke dalamnya,
termotivasi belajar, mamahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Dalam
kelas seperti itu, kecil kemungkinannya siswa mengalami masalah emosional dan
akademik. Sebaliknya kelas yang dikelola dengan buruk, problem emosional dan
akademik akan menjadi makin tidak termotivasi secara akademik akan menjadi
makin tidak termotivasi. Siswa yang pemalu akan menjadi reklusif dan siswa yang bandel akan
makin kurang ajar.
Suharsini
Arikunto (1992:68) dalam bukunya (Pengelolaan kelas dan siswa) mengemukakan
bahwa tujuan pengolahan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat
bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran efektif dan
efisien.
Sebagai
indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
a.
Setiap
anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena
tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas
yang diberikan kepadanya.
b.
Setiap
anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan
bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Apabila ada anak yang walaupun tahu dan
dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan
mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
Jadi beda antara (a) dan (b) adalah jika (a) anak tidak tahu akan
tugas atau tidak dapat melakukan tugas, pada (b) anak tahu dan dapat, tetapi kurang
bergairah bekerja.
D.
Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Berhasilnya
manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga
dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru.
Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, antara lain:
1)
Kondisi Fisik
Lingkungan
fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas belajar dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian
tujuan pengajaran. Kondisi fisik yang dimaksudkan meliputi:
a)
Ruangan
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b)
Pengaturan tempat duduk
c)
Ventilasi dan pengaturan cahaya
d)
Pengaturan penyimpanan barang-barang
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik
tempat belajar adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyannya guru dan siswa
turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan
sebagainya (Tim Dosen Administrasi Pendidiksan Universitas Pendidikan
Indonesia:112).
Perlengakapan sekolah juga menjadi faktor didalam manajamen kelas,
secara garis besar, ada dua jenis perlengakapan disekolah , yaitu sarana dan
prasarana sekolah. Sarana sekolah adalah semua perangkat peralatan, bahan dan
perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan prasarana sekolah adalah semua kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah (Ibrahim Bafadal, 2004:24).
Dengan sarana dan prasarana yang lengkap akan sangat menunjang dalam
keerhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas.
2)
Kondisi
Sosio-Emosional
Kondisi
sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi sosio-emosional itu meliputi:
a)
Tipe
Kepimimpinan
b)
Sikap
guru
c)
Suara
guru
d)
Pembinaan
Hubungan baik (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia:113).
Yang memiliki peran penting dalam keberhasilan proses belajar
mengajar adalah seorang guru, bagaimana seorang guru mampu mengendalikan
sosio-emosionalnya dengan baik. Dikarenakan seorang guru adalah sebagai
demonstrator, guru sebagai pengolah kelas, guru sebagai motivator dan fasilitator,
guru juga sebagai evaluator (Moh. Uzer Usman, 2007:9-11)
3)
Kondisi Organisasional
Kegiatan
rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat
sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin
diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka
sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap
siswa kebiasaan yang baik, kegiatan rutinitas tersebut antara lain :
a)
Pargantian
Pengajaran
b)
Guru
berhalangan hadir
c)
Masalah
antar siswa
d)
Upacara
bendera
e)
Kegiatan
lain
4)
Faktor
Situasi
Yang
dimaksud situasi disini adalah suasana belajar. Termasuk dalam pengertian ini
adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti; kelelahan dan
semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan kelas-kelas
pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggi karena
penggunaan suatu metode (Ahmad Rohani, 2004:120).
Didalam faktor situasi, iklim kelas juga
sangat berpengaruh yang mana iklim kelas dipahami sebagai segala sesuatu yang
muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar
peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses
belajar mengajar. Situasi disini dapat dirinci menjadi beberapa skala yang
dikemukakan beberapa ahli dengan istilah kekompakan, kepuasan, kecepatan, formalitas,
kesulitan, dan demokrasi (Hadiyanto, 2004:153-154)
E.
Aspek
Manajemen
kelas harus dilakukan oleh guru guna memberikan dukungan terhadap keberhasilan
belajar anak. Keberhasilan dalam pembelajaran akan ditentukan oleh sebrapa
mampu guru dalam menfasilitasi anak dengan kegiatan manjerial terhadap kelas,
Keberhasilan manajerial kelas yang dilakukan guru harus melihat beberapa aspek
dalam kelas. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah meliputi
sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan
kreatif (Maman Rachman:1999) dikutip dari (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia:114).
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dikembangkan adalah sebagai
berikut:
a)
Mengecek
kehadiran
b)
Mengumpulkan
hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan
c)
Pendistribusian
alat
d)
Mengumpulkan
informasi dari siswa
e)
Mancatat
data
f)
Pemeliharaan
arsip
g)
Menyampaikan
materi pelajaran
h)
Memberikan
tugas
F.
Fungsi dan Masalah Dalam Manajemen Kelas
Ø Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen
kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam memutuskan,
memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas
yang dinamis. Manajemen kelas berfungsi: (1) memberi dan melengkapi fasilitas
untuk segala macam tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama
dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat
bekerja-sama dalam kelompok/kelas, membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi
kelas; (2) memelihara agar tugas itu berjalan lancar.
Ø Masalah dalam Manajemen Kelas
Masalah
manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah
perorangan dan masalah kelompok (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983) dikutip dari
(Mulyadi, 2009:11).
a.
Masalah
Perorangan
Masalah
perorangan muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok
dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan itu tidak dapat lagi melalui
cara lazim yang dapat diterima masyarakat, maka individu yang bersangkutan
dakan berusaha mencapainya dengan cara lain. Dengan perkataan lain individu
akan berbuat tidak baik.
Dalam
konteks ini (Dreikurs dan Casse dalam T. Raka Joni, 1989) dikutip dari
(Mulyadi, 2009:12) membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas yang
bersifat individual, yaitu :
Ø Attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang
lain)
Ø Power-seeking behaviors (tingkah laku mencari kekuasaan)
Ø Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas)
Ø Perangkat ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak
untuk mencoba melakukan apapun karena yakin hanya kegagalanlah yang menjadi
bagiannya
Ada
empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan
seperti diuraikan diatas pada diri para siswa. Pertama, apabila seorang guru
merasa terganggu oleh perbuatan seorang siswa, maka kemungkinan siswa yang
bersangkutan ada pada kategori attention-getting bahaviors. Kedua, apabila
guru merasa dikalahkan atau terancam, maka kemungkinan siswa yang bersangkutan
ada pada kategori power-seeking behaviors. Ketiga, jika guru merasa
tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada kategori revenge-seeking
behaviors. Keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal ini
merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan.
Menurut
Maman Rahman (1998) dikutip dari (Mulyadi, 2009:15), bahwa dari keempat tindakan
individu diatas akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang
sering dijumpai pada anak usia sekolah, yaitu:
Ø Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrem,
ambiguous untuk menjadi superstar dikelasnya dan berusaha membentuk guru dengan
penuh vitalitas dan sepenuh hati.
Ø Pola aktif desktruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan
dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak.
Ø Pola pasif konstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu
bentuk tingkah laku yang lamban dengan
maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
Ø Pola pasif destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjukkan
kemalasan dan keras kepala.
b.
Masalah
Kelompok
Louis
VJohnson dan Mary A. Bany (dalam T.Raka Joni, 1989) dikutip dari (Mulyadi,
2009:15-16) mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas.
masalah-masalah yang dimaksud adalah :
Ø Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
Ø Penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku yang disepakati
sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras diruang baca perpustakaan.
Ø Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya
mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara
sumbang.
Ø Membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,
misalnya pembinaan semangat kepada badut kelas.
Ø Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah dikerjakan.
Ø Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada
guru karena menganggap yang diberikan kurang fair.
Ø Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti
gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan
sebagainya.
RANGKUMAN
Manajemen kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi
kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan
efektif. Maka dari itu manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan
tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan Hubungan interpersonal dan
iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif dan produktif.
Dalam manajemen kelas guru melakukan sebuah
proses atau tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai dari merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi, sehingga apa yang dilakukannya merupakan satu
kesatuan yang utuh dan saling terkait. Selain itu bahwa dalam manajemen juga
terkandung maksud bahwa kegiatan yang dikakukan efektif mengenai sasaran yang
hendak dicapai dan efisien tidak menghambur-hamburkan waktu, uang dan sumber
daya lainnya. Titik akhir dari kegiatan manajemen
adalah tujuan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Kegiatan
manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang secara garis
besar terdiri dari: pengaturan orang dan pengaturan fasilitas.
Manajemen kelas yang efektif bertujuan
membantu sisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu
aktivitas yang tidak diorientasikan pda tujuan pembelejaran dan mencegah siswa
mengalami problem akademik dan emosional. Kelas
yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang
berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan
akademik.
Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan
pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang
melekat pada guru.
Aspek-aspek
yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah meliputi sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan kreatif. Manajemen kelas berfungsi: (1) memberi dan
melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, membantu pembentukan kelompok,
membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu
agar dapat bekerja-sama dalam kelompok/kelas, membantu prosedur kerja dan
mengubah kondisi kelas; (2) memelihara agar tugas itu berjalan lancar. Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Rajawali. 1992.
Jakarta
Bafadal Ibrahim. Manajemen Perlengakapan
Sekolah (Teori dan Aplikasinya). Bumi Akasara. 2004. Jakarta
Bahri Syaiful Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta. 2006. Jakarta
Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Rineka Cipta.
2013. Jakarta
Hadiyanto. Desentralisasi Manajemen
Pendidikan di Indonesia. Rineka Cipta. 2004. Jakarta
M. Evertson Carolyn, T. Emmer Edmund. Manajemen
Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar (Edisi Kedelapan). Kencana. 2011. Jakarta
Moh. Usman Uzer. Menjadi Guru Profesional. Remaja
Rosdakarya. 2007. Bandung
Mulyadi. Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang
Menyenangkan bagi Siswa). UIN Malang Press. 2009. Malang
Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka
Cipta. 2004. Jakarta
Suparlan. Manajemen Berbabasis Sekolah (dari teori sampai dengan
praktik). Bumi Aksara. 2013. Jakarta
TIM Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Manajemen Pendidikan. Alfabeta. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar