Rabu, 17 September 2014

Manajemen Kelas



Manajemen Kelas
                                                                                     






DISUSUN OLEH
ADRI HERMAWAN


 DOSEN PEMBIMBING  : CANDRA WIJAYA. M.Pd
 MATA KULIAH            : MANAJEMEN PENDIDIKAN
 JURUSAN                     : BIMBINGAN KONSELING ISLAM 2
 FAKULTAS                   : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN – SU MEDAN
2014


PENDAHULUAN
Didalam proses belajar mengajar terdapat dua masalah yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas.  kedua hal ini sangat sulit untuk dipisahkan, kenapa? Karena keberhasilan suatu masalah pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran akan sangat tergantung oleh masalah manajemen kelas. Dengan kata lain manajemen kelas yang diatur dengan baik akan memungkinkan terciptanya proses pembelajaran secara kondusif, yang sangat menunjang tercapainya tujuan dari proses belajar.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang Manajemen Kelas, yang mana didalamnya terdapat Konsep manajemen kelas, kegiatannya, tujuannya, faktor yang mempengaruhi, aspek, fungsi dan masalah dalam manajemen kelas. Diharapkan setelah membaca makalah ini kita kan mendapatkan informasi tentang bagaimana untuk mengelola kelas dengan baik agar tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.











MANAJEMEN KELAS
A.    Konsep Dasar Manajemen Kelas
Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Manajemen dari kata management, yang berarti pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan (Mulyadi, 2009:2).
Ricky W. Griffin menjelaskan bahwa manajemen tidak lain adalah “satu proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengoordinasian (coordinating), dan pengontrolan (controlling) sumber daya untuk mencapai sasaran (goal’s) secara efektif dan efisien”. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisasi dengan baik, serta sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan (Suparlan, 2013:41).
Hornby dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1986) dikutip dari (Daryanto, 2013:74) mendefinisikan kelas merupakan sekelompok siswa yang belajar bersama atau suatu wahanan ketika kelompok itu melakukan proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang diformat secara formal.
Kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) dikutip dari (Syaiful bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:175), adalah sesuatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Hadari nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
1.      Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2.      Kelas dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasikan menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:176).
Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada (Daryanto, 2013:75)
Manajemen kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif. Maka dari itu manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan Hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif (Mulyadi,2009:3-4).
Daryanto (2013:75) dalam bukunya Administrasi dan Manajemen Sekolah mengatakan bahwa defenisi manajemen kelas telah mengalami pergeseran secara paradigmatik meskipun esensi dan tujuannya relative sama, yaitu terselenggaranya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Efisiensi dan efektivitas pembelajaran diukur menurut nilai-nilai pendidikan yang dianut pada saat itu. Nilai-nilai dimaksud bisa nilai-nilai perjuangan, kognitif, afeksi, solidaritas sosial, moralitas, keagamaan, dan sebagainya dikaitkan dengan sumber daya yang digunakan.

B.     Kegiatan Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah sebuah proses maka dalam pelaksanaannya manajemen kelas memiliki kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru. Dalam manajemen kelas guru melakukan sebuah proses atau tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi, sehingga apa yang dilakukannya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait. Selain itu bahwa dalam manajemen juga terkandung maksud bahwa kegiatan yang dikakukan efektif mengenai sasaran yang hendak dicapai dan efisien tidak menghambur-hamburkan waktu, uang dan sumber daya lainnya. Titik akhir dari kegiatan manajemen adalah tujuan dengan produktivitas kerja yang tinggi (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:108)



Kegiatan manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari:
§  Pengaturan Orang (siswa)
Siswa adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas yang ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjektif. Artinya siswa bukan barang atau objek yang hanya dikenai akan tetapi juga merupakan objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak. Pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian tujuan tidak sembarang, artinya dalam hal ini fungsi guru tetap memiliki proporsi yang benar untuk dapat membimbing, mengarahkan dan memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan siswa. Oleh karena itu pengaturan orang atau siswa adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:108)
§  Pengaturan Fasilitas
Aktivitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelas kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas berupa sasaran dan prasarana kelas harus dapat memenuhi dan mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai akhir - akhir masa belajar mengajar (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:108-109)
Adapaun secara lebih terperinci kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan guru dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas yang tertuang dalam petunjuk pengolaan kelas adalah :
Ø  Mengecek kehadiran siswa.
Ø  Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut.
Ø  Pendistribusian bahan dan alat.
Ø  Mengumpulkan informasi dari siswa.
Ø  Mencatat data.
Ø  Pemeliharaan kelas.
Ø  Menyampaikan materi pelajaran.
Ø  Memberikan tugas/PR.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan dengan siswa dikelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996:13) dikutip dari ((Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:110) adalah:
1)      Ketika bertemu dengan siswa, guru harus:
-          Bersikap tenang dan percaya diri
-          Tidak menunjukkan rasa cemas, muka masam atau sikap tidak simpatik
-          Memberikan salam lalu memperkenalkan diri
-          Memberikan format tentang data pribadi siswa
2)      Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar.
3)      Mengatur tempat duduk siswa dengan tertib dan teratur.
4)      Menentukan tata cara berbicara dan Tanya jawab.
5)      Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri.
Pengaturan fasilitas juga terkandung didalamnya dalam pengelolaan ruang kelas secara efektif yang maksudnya adalah ruang kelas yang berlangsung secara lancer, dengan sedikit sekali kebingungan dan keterhambatan, dan memaksimalkan kesempatan pembelajaran siswa. Tidak mungkin seorang guru untuk menyelenggarakan pembelajaran, atau bagi para siswa untuk bekerja secara produktif jika mereka tidak memiliki panduan tentang bagaiamana mereka berperilaku, kapan dan bagaimana bergerak disekitar ruangan, dimana harus duduk, kapan mereka boleh dan tidak boleh menginterupsi guru, dan jumlah keberisikan yang bisa diterima (Carolyn M.Evertson & Edmund T. Emmer, 2011:26)
C.    Tujuan Manajemen Kelas
Keberhasilan sebuah kegiatan dapat dilihat dari hasil yang dicapainya. Tujuan adalah titik akhir dari sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga sebagai pangkal tolak pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Keberhasilan sebuah tujuan dapat dilihat dari efektivitas dalam pencapaian tujuan itu serta tingkat efisiensi dan penggunaan berbagai sumber daya yang dimiliki. Dalam proses pengelolaan kelas keberhasilannya dapat dilihat dari tujuan apa yang ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai dengan kegiatan penglolaan atau manajemen kelas yang dilakukannya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:110).
Mulyadi (2009:5) mengemukakan bahwa tujuan manajemen kelas adalah:
1)      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin
2)      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran
3)      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual mereka dalam kelas
4)      Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya
John W. Santrock (2004) dikutip dari (Mulyadi, 2009:5) berpendapat bahwa manajemen kelas yang efektif bertujuan membantu sisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pda tujuan pembelejaran dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang menantang dan akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang mennatang dan akan memberikan aktivitas dimana siswa menjadi terserap ke dalamnya, termotivasi belajar, mamahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Dalam kelas seperti itu, kecil kemungkinannya siswa mengalami masalah emosional dan akademik. Sebaliknya kelas yang dikelola dengan buruk, problem emosional dan akademik akan menjadi makin tidak termotivasi secara akademik akan menjadi makin tidak termotivasi. Siswa yang pemalu akan menjadi reklusif dan siswa yang bandel akan makin kurang ajar.
Suharsini Arikunto (1992:68) dalam bukunya (Pengelolaan kelas dan siswa) mengemukakan bahwa tujuan pengolahan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran efektif dan efisien.
Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
a.       Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
b.      Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun  tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
Jadi beda antara (a) dan (b) adalah jika (a) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat melakukan tugas, pada (b) anak tahu dan dapat, tetapi kurang bergairah bekerja.

D.    Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
1)      Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas belajar dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Kondisi fisik yang dimaksudkan meliputi:
a)      Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b)      Pengaturan tempat duduk
c)      Ventilasi dan pengaturan cahaya
d)      Pengaturan penyimpanan barang-barang
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyannya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya (Tim Dosen Administrasi Pendidiksan Universitas Pendidikan Indonesia:112).
Perlengakapan sekolah juga menjadi faktor didalam manajamen kelas, secara garis besar, ada dua jenis perlengakapan disekolah , yaitu sarana dan prasarana sekolah. Sarana sekolah adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana sekolah adalah semua kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah (Ibrahim Bafadal, 2004:24). Dengan sarana dan prasarana yang lengkap akan sangat menunjang dalam keerhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas.
2)      Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional itu meliputi:
a)      Tipe Kepimimpinan
b)      Sikap guru
c)      Suara guru
d)     Pembinaan Hubungan baik (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:113).
Yang memiliki peran penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar adalah seorang guru, bagaimana seorang guru mampu mengendalikan sosio-emosionalnya dengan baik. Dikarenakan seorang guru adalah sebagai demonstrator, guru sebagai pengolah kelas, guru sebagai motivator dan fasilitator, guru juga sebagai evaluator (Moh. Uzer Usman, 2007:9-11)
3)      Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik, kegiatan rutinitas tersebut antara lain :
a)      Pargantian Pengajaran
b)      Guru berhalangan hadir
c)      Masalah antar siswa
d)     Upacara bendera
e)      Kegiatan lain
4)      Faktor Situasi
Yang dimaksud situasi disini adalah suasana belajar. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti; kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggi karena penggunaan suatu metode (Ahmad Rohani, 2004:120).
Didalam faktor situasi, iklim kelas juga sangat berpengaruh yang mana iklim kelas dipahami sebagai segala sesuatu yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Situasi disini dapat dirinci menjadi beberapa skala yang dikemukakan beberapa ahli dengan istilah kekompakan, kepuasan, kecepatan, formalitas, kesulitan, dan demokrasi (Hadiyanto, 2004:153-154)

E.     Aspek
Manajemen kelas harus dilakukan oleh guru guna memberikan dukungan terhadap keberhasilan belajar anak. Keberhasilan dalam pembelajaran akan ditentukan oleh sebrapa mampu guru dalam menfasilitasi anak dengan kegiatan manjerial terhadap kelas, Keberhasilan manajerial kelas yang dilakukan guru harus melihat beberapa aspek dalam kelas. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah meliputi sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan kreatif (Maman Rachman:1999) dikutip dari (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia:114).
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dikembangkan adalah sebagai berikut:
a)      Mengecek kehadiran
b)      Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan
c)      Pendistribusian alat
d)     Mengumpulkan informasi dari siswa
e)      Mancatat data
f)       Pemeliharaan arsip
g)      Menyampaikan materi pelajaran
h)      Memberikan tugas

F.     Fungsi dan Masalah Dalam Manajemen Kelas
Ø  Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis. Manajemen kelas berfungsi: (1) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerja-sama dalam kelompok/kelas, membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas; (2) memelihara agar tugas itu berjalan lancar.

Ø  Masalah dalam Manajemen Kelas
Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983) dikutip dari (Mulyadi, 2009:11).
a.       Masalah Perorangan
Masalah perorangan muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan itu tidak dapat lagi melalui cara lazim yang dapat diterima masyarakat, maka individu yang bersangkutan dakan berusaha mencapainya dengan cara lain. Dengan perkataan lain individu akan berbuat tidak baik.
Dalam konteks ini (Dreikurs dan Casse dalam T. Raka Joni, 1989) dikutip dari (Mulyadi, 2009:12) membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas yang bersifat individual, yaitu :
Ø  Attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang lain)
Ø  Power-seeking behaviors (tingkah laku mencari kekuasaan)
Ø  Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas)
Ø  Perangkat ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti diuraikan diatas pada diri para siswa. Pertama, apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan seorang siswa, maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori attention-getting bahaviors. Kedua, apabila guru merasa dikalahkan atau terancam, maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori power-seeking behaviors. Ketiga, jika guru merasa tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada kategori revenge-seeking behaviors. Keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal ini merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan.
Menurut Maman Rahman (1998) dikutip dari (Mulyadi, 2009:15), bahwa dari keempat tindakan individu diatas akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering dijumpai pada anak usia sekolah, yaitu:
Ø  Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrem, ambiguous untuk menjadi superstar dikelasnya dan berusaha membentuk guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
Ø  Pola aktif desktruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak.
Ø  Pola pasif konstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah  laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
Ø  Pola pasif destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjukkan kemalasan dan keras kepala.
b.      Masalah Kelompok
Louis VJohnson dan Mary A. Bany (dalam T.Raka Joni, 1989) dikutip dari (Mulyadi, 2009:15-16) mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas. masalah-masalah yang dimaksud adalah :
Ø  Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
Ø  Penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku yang disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras diruang baca perpustakaan.
Ø  Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara sumbang.
Ø  Membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pembinaan semangat kepada badut kelas.
Ø  Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan.
Ø  Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan kurang fair.
Ø  Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya.







RANGKUMAN

Manajemen kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif. Maka dari itu manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan Hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif.
Dalam manajemen kelas guru melakukan sebuah proses atau tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi, sehingga apa yang dilakukannya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait. Selain itu bahwa dalam manajemen juga terkandung maksud bahwa kegiatan yang dikakukan efektif mengenai sasaran yang hendak dicapai dan efisien tidak menghambur-hamburkan waktu, uang dan sumber daya lainnya. Titik akhir dari kegiatan manajemen adalah tujuan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Kegiatan manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari: pengaturan orang dan pengaturan fasilitas.
Manajemen kelas yang efektif bertujuan membantu sisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pda tujuan pembelejaran dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik.
Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah meliputi sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan kreatif. Manajemen kelas berfungsi: (1) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerja-sama dalam kelompok/kelas, membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas; (2) memelihara agar tugas itu berjalan lancar. Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok.
















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Rajawali. 1992. Jakarta
Bafadal Ibrahim. Manajemen Perlengakapan Sekolah (Teori dan Aplikasinya). Bumi Akasara. 2004. Jakarta
Bahri Syaiful Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. 2006. Jakarta
Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Rineka Cipta. 2013. Jakarta
Hadiyanto. Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Rineka Cipta. 2004. Jakarta
M. Evertson Carolyn, T. Emmer Edmund. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar (Edisi Kedelapan). Kencana. 2011. Jakarta
Moh. Usman Uzer. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. 2007. Bandung
Mulyadi. Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan bagi Siswa). UIN Malang Press. 2009. Malang
Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. 2004. Jakarta
Suparlan. Manajemen Berbabasis Sekolah (dari teori sampai dengan praktik). Bumi Aksara. 2013. Jakarta

TIM Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Alfabeta. Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

 
;