MAKALAH KELOMPOK I
DISUSUN OLEH
ADRI
HERMAWAN
AIDA
NASMA
ANISAH
DOSEN PEMBIMBING : Drs. TARMIZI. M.Pd
MATA KULIAH :
PSIKOLOGI KONSELING
JURUSAN : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS :
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
– SU MEDAN
2014
PENDAHULUAN
Sebagai calon konselor kita harus mampu melakukan konseling,
hal ini dipelajari dalam psikologi, yaitu psikologi konseling, yang merupakan
cabang dari psikologi. Kita harus mampu memahami psikologi konseling agar kita
bisa mengerti dan menjadi acuan dalam melakukan konseling.
Dengan mengetahui pengertian dari psikologi, konseling dan
psikologi konseling, maka sedikit banyaknya akan membantu kita sebagai calon
konselor untuk dapat melaksanakan proses konselor yang baik. Juga diharapkan
kita mampu menerapkan pemahaman psikologi kita terhadap proses konseling karena
dengan memahami proses mental dari klien akan membantu kita dalam menyusun
langkah berikut dalam membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi klien.
Didalam makalah ini, di jelaskan tentang defenisi dari
psikologi, konseling, dan psikologi konseling. Semoga akan membantu kita
pembaca dalam mengasah pemahaman yang mendukung terwujudnya keprofesionalan
sebagai seorang konselor.
DEFENISI
PSIKOLOGI, KONSELING DAN PSIKOLOGI KOSELING
A.
Pengertian
Psikologi
Secara
Etimologi, perkataan psikologi berasal dari dua kata yunani, yaitu Psyche dan
logos. Kata logos berarti ilmu, logika, nalar. Dengan demikian, maka makna
psikologi adalah ilmu tentang psyche. Sedangkan psyche itu adalah “jiwa”. Namun
dalam hal ini selalu timbul perbedaan pendapat yang berkepanjangan, karena
banyak kemungkinan yang dapat ditarik padanya. Didalam Al-qur’an, Psyche
disebut Naf, dalam banyak kemungkinan, juga sering kali diartikan “jiwa”.
Karenanya dalam terminology bahasa Arab disebut dengan ‘Ilm al-Nafs yang
diartikan dengan ilmu jiwa.[1]
Psikologi
adalah sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses
mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh
kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal.[2]
Mengartikan psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari jiwa sebenarnya kurang tepat. Karena pada kenyataanya psikologi tidak
mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat
diamati secara konkrit dan jiwa hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari
kehidupan individu secara keseluruhan.[3]
Namun ada beberapa ahli
yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian psikologi ini yaitu :
Ø Menurut Dr. Singgih Dirgagunasa
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Ø Plato dan Aritoteles
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta
prosesnya sampai akhir.
Ø Jhon Broadus Watson
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku lahiriah
dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan.
Ø Wilhem Wundt
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari pengalaman-pengalaman
yang timbul pada diri manusia, seperti perasaan panca indra, pikiran, feeling, dan kehendak.[4]
Jiwa
tetap suatu keajaiban yang mengandung nilai-nilai sakral sebagai tanda
keagungan Allah SWT, sang penciptanya, dan sekaligus menggambarkan kesadaran
betapa sedikitnya ilmu yang dimiliki oleh manusia.[5]
Firman Allah dalam “Q.S, al-Isra’ ayat 85”
tRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ÌøBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# wÎ) WxÎ=s% ÇÑÎÈ
Artinya:
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh” itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.[6]
Psikologi
adalah suatu ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan
peristiwa mental dan tingkah laku manusia, karena tingkah laku itu dipandang
sebagai perwujudan dari keadaan batiniyah atau jiwa manusia itu sendiri. Maka
dari itu, Psikologi sebenarnya tidak mempelajari jiwa secara langsung karena
sifatnya yang abstrak, tetapi mempelajari gejala-gejala kejiwaan dalam wujud
perilaku manusia.[7]
Dalam
pandangan teori barat, Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku yang mencari
jawaban mengenai sebab-sebab kemunculan satu bentuk tingkah laku.
Berbeda
dengan itu, Khazanah keilmuan Islam, Psikologi atau Ilmu Nafs tidak tumbuh
sebagai ilmu yang membahas perilaku sebagai fenomena kejiwaan belaka, melainkan
dibahas dalam konteks system kerohanian yang memiliki hubungan vertikal dengan
Allah, karena Al-Qur’an dan as-sunnah banyak menyebut secara langsung seperti
qalb, ‘aql, ruh, dan bashirah, yang kesemuanya bersifat multidimensi.
Pada
asasnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik
manusia maupun hewan. Psikologi dalam hal ini berhubungan dengan penyelidikan
mengenai bagaimana dan mengapa organism-organisme itu melakukan apa yang mereka
lakukan. Namun secara lebih spesifik, Psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan
organisme manusia. Dalam hubungan ini, Psikologi didefenisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara melakukan
sesuatu, dan juga memahami perilaku makhluk tersebut berpikir dan berperasaan.[8]
Dari
beberapa penafsiran-penafsiran tentang psikologi sebelumnya, pemakalah menarik
kesimpulan dengan uraiaan yang singkat mengenai pengertian psikologi yang pada
dasarnya adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental, yang mana
proses mental itu terdiri dari afektif dan kognitif.
B.
Pengertian
Konseling
Dalam bahasa Arab, kata konseling disebut dengan a-irsyad, Al-Khuli
mendefinisikannya sebagai berikut:
إرشاد –
توجيه نفس يساعد الفرد على حل مشكلاته
Dalam hal ini, irsyad dimaksudkan sebagai bimbingan,
pengarahan konselor kepada klien/konseli untuk membantu menyelesaikan
masalahnya.[9]
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengertian konseling,
berikut adalah penjabaran-penjabaran pustaka tentang konseling tersebut.
Konselor merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai
pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan
secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi.[10]
Konseling adalah usaha untuk membantu seseorang untuk
menolong dirinya sendiri. Karena seorang konselor bertugas untuk memberi
informasi kepada seseorang tentang dirinya,
potensinya, kemungkinan–kemungkinan yang memadai bagi potensinya, dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan
tersebut dengan sebaik-baiknya.[11]
Namun konseling juga sering diartikan sebagai percakapan
yang memberikan efek peningkatan kualitas kehidupan, meskipun sering bertitik
tolak dari adanya kondisi yang terganggu.[12]
Dalam
defenisi yang lebih luas, Rogers mengartikan konseling sebagai hubungan
membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan
dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan konflik
yang dihadapi dengan lebih baik. Rogers mengartikan bantuan dalam konseling
adalah dengan menyediakan kondisi, sarana, keterampilan yang membuat klien
dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri,
membuat keputusan, dan aktualisasi diri. Memberikan bantuan juga mencakup
kesediaan konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya,
harapan-harapan, keinginan yang tidak terpenuhi, kegagalan yang dialami,
trauma, dan konflik yang sedang dihadapi.[13]
Konseling
merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi merupakan teknik inti atau
teknik kunci. Hal ini dikarenakan konseling dapat memberikan perubahan yang
mendaa yaitu mengubah sikap. Sikap mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan,
dan perasaan, dan lain-lain.
Menurut
Leona E Tylor. Ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-prinsip
konseling. Kelima karakteristik tersebut adalah :
a.
Konseling tidak
sama dengan pemberian nasihat, sebab didalam pemberian nasihat proses berpikir
ada dan diberikan oleh penasehat, sedang dalam konseling proses berpikir dan
pemecahan ditemukan dan dilakukan oleh klien sendiri.
b.
Konseling
mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamenral yang berkenaan
dengan pola-pola hidup.
c.
Konseling lebih
menyangkup sikap daripada perbuatan atau tindakan.
d.
Konseling lebih
berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
e.
Konseling
menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.[14]
Konseling
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah
kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan
yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini,
perlu diingat bahwa individu akhirnya dapat memecahkan masalah dengan
kemampuannya sendiri. Dengan demikian, klien tetap dalam keadaan aktif memupuk
kesanggupan di dalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam
kehidupannya.[15]
Berdasarkan pemafaran-pemafaran sebelumnya, pemakalah akan
memberikan pengertian konseling yang bernuansa Islami bahwa konseling adalah
layanan bantuan konselor kepada klien/konseli untuk menumbuh kembangkan
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah ataupun mengantisifasi masa depan
dengan menggunakan teknik-teknik ataupun alternatif tindakan terbaik untuk
kebahagian hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dalam konseling Islami,
proses konseling berlanjut dengan membangun kesadaran untuk menempatkan Allah
sebagai Konselor Yang Maha Agung.
Dalam pelaksanaan konseling terjadi yang namanya proses wawancara
yang dilakukan oleh konselor kepada klien, yang diharapkan klien dapat
menggambarkan dengan jelas tentang masalah-masalah yang sedang dihadapinya
dengan rasa kepercayaan kepada konselor. Kemudian seorang konselor juga
diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara
konseling dengan sebaik-baiknya, agar proses konseling dapat berjalan dengan
baik.
C.
Pengertian
Psikologi Konseling
Brammer dan Shostrom mendefinisikan psikologi konseling adalah
sintesis dari berbagai kecenderungan yang berkaitan dalam gerakan bimbingan,
kesehatan mental, psikometri, kasus-kasus social, dan psikoterapi. Sintesis
adalah paduan berbagai hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.[16]
Psikologi konseling adalah suatu kegiatan yang dibangun melalui
adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk mengidentifikasi persepsi,
kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan, serta masalah yang dihadapi
klien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah psikologis
klien dengan menyadarkan klien akan akar masalah yang sebenarnya dihadapi hingga
akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya.[17]
Seorang yang menghadapi permasalahan dalam hidupnya, kadang
kala dirasakan begitu berat atau mengganggu kehidupannya dalam keseharian.
Namun, seringkali mereka menghadapi masalah tersebut tanpa tahu benar dan menyadari
apa sebenarnya akar dari masalah mereka tersebut. Melalui proses konseling
inilah bersama-sama antara konselor dengan klien menemukan akar masalah yang
ada dan menyadarkan klien akan apa yang harus dilakukannya untuk memecahkan
masalahnya tersebut.
Firman Allah dalam Q.S Al-Isra ayat 26
ÏN#uäur #s 4n1öà)ø9$# ¼çm¤)ym tûüÅ3ó¡ÏJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# wur öÉjt7è? #·Éö7s? ÇËÏÈ
Artinya
:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”[18]
Dari ayat
diatas menjelakan bahwa sesama manusia harus saling peduli. Ini adalah salah
satu dasar Al-Qur’an yang menjadi landasan konseling untnuk memberikan bantuan
terhadap seseorang yang sedang menghadapi masalah.
Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan
hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat
dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika
dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh
karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling
(counseling psychology).
Dilihat dari proses konseling, Psikologi konseling adalah
cabang kekhususan dari psikologi yang mengkaji berbagai aspek yang terlibat
dalam proses konseling. Aspek-aspek itu meliputi karakteristik; konseling,
konselor, konseli dan masalahnya, berbagai kondisi yang menunjang dan
menghambat konseling, serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam konseling.
Didalam
proses konseling, semua aspek tersebut saling terkait. Sehingga tidak dapat dilepaskan satu sama
lain. Seorang konselor professional akan lebih berhasil dalam memberikan
pelayanan konseling kepada konselinya.[19]
Keprofesionalan
seorang konselor didukung oleh pemahaman psikologinya yang luas. Karena dengan
pemahaman terhadap Psikologi akan sangat membantu seorang konselor dalam
memahami tingkah laku dan proses mental dari seorang klien. Tanpa psikologi
maka ia tidak akan mampu menciptakan suasana konseling yang efektif. Karena
didalam proses konseling konselor diharapkan mampu untuk memanfaatkan segala
kondisi yang menunjang kesuksesan proses konseling dan menghindari faktor-faktor
yang dapat menghambat konseling.
Pemahaman
terhadap psikologi juga akan membantu konselor dalam memilih metode dan pendekatan-pendekatan
konseling yang tepat dan mampu menereapkannya dalam layanan konseling, baik
dari L1-L9, sehingga ia dapat membawa konseli/klien kearah jalan menuju
individu yang mampu mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki pola pikir
positif.
KESIMPULAN
Psikologi
pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental, yang
mana proses mental itu terdiri dari afektif dan kognitif serta bagaimana
perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental
organisme dan lingkungan eksternal.
Konseling
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah
kehidupannya dengan cara wawancara dan untuk menumbuhkembangkan kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah ataupun mengantisifasi masa depan dengan
menggunakan teknik-teknik ataupun alternatif tindakan terbaik untuk kebahagian
hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Psikologi
Konseling adalah gabungan dari Psikologi dan Konseling yang berarti sebagai
suatu cabang ilmu kegiatan
yang dibangun melalui adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk
mengidentifikasi kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan, serta masalah
yang dihadapi klien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah
psikologis klien dengan menyadarkan klien akan akar masalah yang sebenarnya dihadapi
hingga akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Syaiful
Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Cita Pustaka Perintis.
2011. Medan.
Depag RI.
Al-qur’an dan terjemahannya. Putra agung harapan. 2006. Jakarta
Hartono, Soedarmadji Boy. Psikologi Konseling (Edisi Revisi). Kencana
Prenada Media Group. 2012. Jakarta.
Hikmawati
Fenti. Bimbingan Konseling. Raja Grafindo Persada. 2011. Jakarta.
Lumonggang
Namora Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.
M. Luddin Abu Bakar. Psikologi Konseling. Citapustaka. 2012.
Bandung.
Rasyidin. Pendidikan
dan Psikologi Islam. Ciptapusaka Media. 2007. Bandung.
Supriyadi T. Psikologi konseling. Inti Prima Promosindo.
2011. Jakarta.
Surya Mohammad.
Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy. 2003. Bandung.
Syah Muhibbin. Psikologi
Pendidikan. Remaja Rosdakarya. 2010. Bandung.
Wade Carole, Tavris Carol. Psikologi (Jilid I). Erlangga.
2007. Jakarta.
Walgito Bimo. Bimbingan
dan Konseling (Studi dan Karier). Andi offset. 2010. Yogyakarta.
[1] Al-Rasyidin. Pendidikan
dan Psikologi Islam. Ciptapusaka Media. 2007. Bandung. Hlm. 250
[2] Carole wade,
Carol Tavris. Psikologi (Jilid I). Erlangga. 2007. Jakarta. Hlm. 4
[3] Abu Bakar M.
Luddin. Psikologi Konseling. Citapustaka. 2012. Bandung. Hlm. 1
[4] http://ngagoblog.blogspot.com/2012/03/pengertian-psikologi-menurut-beberapa.html.
26 Februari 2014
[5] Al-Rasyidin. Op.Cit.
Hlm. 251
[6]
Depag RI.
Al-qur’an dan terjemahannya. Putra agung harapan. 2006. Jakarta. Hlm. 392
[7] Al-Rasyidin.
Op.Cit. Hlm. 253
[8] Muhibbin Syah.
Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. 2010. Bandung. Hlm. 8
[9]Syaiful Akhyar
Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Cita Pustaka Perintis. 2011.
Medan. Hlm. 15
[10] Mohammad
Surya. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy. 2003. Bandung. Hlm. 1
[11] Mohammad
Surya. Op.Cit. Hlm. 2
[12] T. Supriyadi. Psikologi
konseling. Inti Prima Promosindo. 2011. Jakarta. Hlm. 2
[13] Namora
Lumonggang Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.
Hlm. 2
[14] Fenti
Hikmawati. Bimbingan Konseling. Raja Grafindo Persada. 2011. Jakarta.
Hlm. 2
[15] Bimo Walgito. Bimbingan
dan Konseling (Studi dan Karier). Andi offset. 2010. Yogyakarta. Hlm. 8
[16] Hartono, Boy
Soedarmadji. Psikologi Konseling (Edisi Revisi). Kencana Prenada Media
Group. 2012. Jakarta. Hlm. 2
[17]http://ngagoblog.blogspot.com/2012/03/pengertian-psikologi-menurut-beberapa.html. 26 Februari 2014
[18]
Depag RI.
Al-qur’an dan terjemahannya. Putra agung harapan. 2006. Jakarta. Hlm. 388
[19] Hartono, Boy
Soedarmadji. Op.Cit. Hlm. 2
0 komentar:
Posting Komentar