D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
1.
MHD FAHMI BANDOL NST
2.
ANISAH
3.
ELI MAHARA
BIMBINGAN
KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU
KEGURUAN DAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN
Majunya
suatu Negara terletak pada baiknya suatu sistem pendidikannya ,makanya setiap
Negara berbenah diri untuk terus memperbaiki pendidikannya .ketika pendidikan
ini sudah mulai ditata dengan baik maka kemajuan yang akan dicapai negara
tersebut.mari kita terus berusaha memperbaiki sistem yang selama ini salah
dengan menuju tercapainya pemimpin yang bisa memenajemen pendidikan dengan baik
pemimpin pendidikan berasal dari dua kata yaitu pemimpin Secara umum defenisi kepemimpinan dapat
dirumuskan sebagai berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi sedangkan pendidikan yang
mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan
sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri- ciri yang harus dimiliki oleh
kepemimpinan itu dan dapat
diartikan Kepemimpinan kependidikan
merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan
pendidikan yang telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Ketika kita sudah mengetahui apa sebenarnya pemimpin pendidikan itu
maka nanti bisa kita ketahui kemampuan apa saja yang harus dimiliki .tentunya
dengan mempelajari ini kita dapat merubah sedikit sedikit sistem pendidikan
yang selama ini salah
A.
Pengertian
kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan berasal dari dua kata yaitu kepemimpinan
dan pendidikan Secara umum defenisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai
berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.sedangkan “pendidikan
yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu
berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri- ciri yang harus
dimiliki oleh kepemimpinan itu .
Adapun beberapa para ahli mendefenisikan pengertian kependidikan
sebagai berikut:
1.
Ralp
M.Stogdill
mengatakanKepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan- kegiatan kelompok
yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan
2.
Sondang
P. SiagianmengatakannKepemimpian merupakan motor atau daya penggerak dari pada
semua sumber- sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi
3.
(Robert
Dubin) Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan- keputusan Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok
yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan
kegiatan- kegiatan kelompok.
4.
fred
E. fiedlerKepemimpinan merupakan sumbangan dari seseorang di dalam situasi-
situasi kerjasama. Kepemimpinan dan kelompok adalah merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Tak ada kelompok
tanpa adanya kepemimpinan, dan sebaliknya kepemimpinan hanya ada dalam situasi interaksi
kelompok. Seseorang tidak dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di luar
kelompok, ia harus berada di dalam suatu kelompok di mana Ia memainkan peranan- peranan dan
kegiatan kepemimpinannya.
Jadi bisa diartikan Kepemimpinan kependidikan merupakan kemampuan
untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang
telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
B.Fungsi pemimpin pendididikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar
untuk memutuskan dan bekerja, antara lain:
a)
Pemimpin
membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa
kebebasan.
b)
Pemimpin
membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan
rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c)
Pemimpin
membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu dalam
menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana paling praktis dan
efektif.
d)
Pemimpin
bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi
kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai
tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang
dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
e)
Pemimpin
bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
C.TIPE- TIPE KEPEMIMPINAN
Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut
melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang
dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasipikasikan kedalam empat
tipe, yaitu:
Ø Tipe otoriter
Tipe
kepempimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”.Dalam
kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap
anggota- anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan posisi
atau
menimbulkan
sifat sifat pada anggota- anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
Ø Tipe “ laissez- faire”
Dalam tipe
kemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia
membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak
memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas
dan kerja sama diserahkan sepenuhnya tanpa petunjuk atau saran- saran dari
pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata- mata disebabkan
karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena
pengaruh dari pemimpin.Stuktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala
kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
Ø Tipe pseudu- demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu
atau manipulasi diplomatik.Pemimpin yang bertipe pseudu- demokratis hanya
tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.
Misalnnya jika ia mempunyai ide- ide, pikiran, konsep- konsep yang ingin diterapkan
dilembaga yang di pimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan di
musyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan
sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/ pikiran/
konsep tersebut sebagai keputusan bersama.
D.Syarat- syarat pemimpin pendidikan
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksakan
tugas- tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses,
maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik,
bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Akan tetapi pada bagian ini yang
akan di kemukakkan hanyalah persyaratan- persyaratan tersebut adalah sebagai
berikut:
·
Rendah
hati dan sederhana
·
Bersifat
suka menolong
·
Sabar
dan memiliki kestabilan emosi
·
Percaya
kepada diri sendiri
·
Jujur,
adil dan dapat dipercaya
·
Keahlian
dalam jabatan
E. KETERAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN
Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan ,dibawah ini akan
diuraikan beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin
diantaranya:
Ø Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai
cara-cara kepemimpinan, memilki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak
sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus
menguasai bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak anggota
berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok.
Ø Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insani adalah hubungan
antar manusia. Ada dua macam hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan
sehari-hari: (1) hubungan fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan
karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; (2). Hubungan pribadi atau hubungan
informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas
tugas resmi atau pekerjaan, tetapi lebih bersifat kekeluargaan.
Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan
fungsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai.Bawahan menghargai
atasan dan sebaliknya atasan pun harus menghargai bawahannya.
Ø Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud utama
dari proses kelompok adalah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota
kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang di miliki para anggota
kelompok itu dapat di efektifkan secara maksimal. Inti dari proses kelompok
adalah hubungan insani dan tanggung jawab bersama.pemimpin harus jadi penengah,
pendamai, moderator, dan bukan menjadi hakim.
Ø Keterampilan dalam administrasi personil
Administrasi
personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang
dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efesien. Kegiatan dalam
administrasi personil adalah : seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan,
orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan.
Ø Keterampilan dalam menilai
Penilaian atau
evaluasi adalah suatu usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah
dapat di laksanakan atau sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat di capai. Yang di nilai biasanya adalah; hasil
kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya. Adapun teknik dan prosedur
evaluasi adalah menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan
di nilai, mengumpulkan data-data yang dapat di olah menurut kriteria yang di
tentukan, pengolahan data dan menyimpulkan hasil penilaian.
Melalui
evaluasi, guru dapat di bantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui
kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personil lainnya pun perlu di
evaluasi seperti petugas ( karyawan ) tata usaha, petugas BK dan sebagainya,
untuk mengetahui kemajuan/kekurangannya.
F. PENDEKATAN TENTANG TEORI MUNCULNYA
PEMIMPIN
Munculnya pemimpin di kemukakkan dalam beberapa teori, yaitu :
Teori pertama, berpendapat
bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memang di lahirkan untuk
menjadi pemimpin ,dengan kata lainia mempunyai bakat dan pembawaan untuk
menjadi pemimpin. Menurut teori ini tidak setiap orang bisa menjadi pemimpin,
hanya orang-orang yang mempunyai bakat dan pembawaan saja yang bisa menjadi
pemimpin.Maka munculah istilah “leaders are borned not build”, Teori ini di
sebut teori genetis.
Teori kedua, mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin kalau
lingkungan waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Setiap orang
bisa menjadi pemimpin asal diberi kesempatandan diberi pembinaan untuk menjadi
pemimpin walaupun ia tidak mempunyai bakat atau pembawaan. Maka munculah
istilah “leaders are built not borned”.Teori ini di sebut teori sosial.
Teori
ketiga, adalah gabungan teori pertama dengan teori kedua adalah untuk menjadi
seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu di bina supaya
berkembang.Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung kepada
lingkungan, waktu dan keadaan.Teori ini di sebut teori ekologis.
Teori keempat, di sebut teori situasi. Menurut teori ini setiap
orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja karena ia
memiliki kelebihan-kelebihan yang di perlukan dalam situasi itu. Dalam dituasi
lain di mana kelebihan-kelebihannya itu tidak diperlukan, ia tidak akan akan
menjadi pemimpin, bahkan mungkin hanya menjadi pengikut saja.
Dengan demikian seorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan
dan kecakapannya dalam memimpin, perlu mengetahui ruang lingkup gaya
kepemimpinan yang berbeda- beda sesuai dengan evolusi teori kepemimpinan.
G.PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Untuk ruang lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga kependapatan
utama yaitu: pendekatan sifat kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku
pemimpin, dan pendekatan situasional atau kontingensi.Kazt mengemukakan tiga
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagai berikut:
1.
Human
relatian skill
Kemampuan berhubungaan dengan bawahan ,bekerja sama menciptakan
iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif ,terjalin hubungan yang baik
sehingga bawahan merasa aman dalam bekerja.
2.
Technical
skill
Kemampuan menerapkan ilmu kedalam pelaksanaan (operasional).dalam
rangka memamfaatkan sumber sumber daya yang ada ,melaksanakan tindakan yang
bersipat operasional
3.
Conceptual skill
Kemampuan didalam melihat sesuatu secara keseluruhanyang kemudian
dapat merumuskannnya,seperti daalam mengambil keputusan ,menentukan kebijakan
dan lain lain.
A.
Pendekatan sifat(traits approach)
Pendekatan sipat didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan
karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin.Hal tersebut
menjadi factor penting yang membedakan antara seseorang pemimpin dengan bukan
pemimpin.sipat pokok ini biasanya meliputi :
a.
Kondisi
fisik:energi,tegap,kuat,dan lain lain
b.
Latar
belakang social:berpendidikan dan bewawasan luas,serta berasala dari lingkungan
social yang dinamis
c.
Kpribadian
:adaptif,arresif,emosi stabil ,popular dan kooperatif .dan lain lain
Adapun
karakteriistik yang berhubungan dengan tugas tugas :terdorong untuk maju
,siap menerima tanggung jawab
,berinisiatif,beriontasi pada tugas, dan
cakap dalam komunikasi interpersonal dll.
B.
Pendekatan
keprilakuan(behavioral aproach)
Pendekatan
keprilakuan memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari tingkah laku, dan
bukan sipat sipatnya .studi ini melihat dan mengidentifikasi prilaku yang khas
dari pemipin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota anggota kelompok atau
pengikutnya pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua aspek prilaku
kepemimpinan itu :fungsi fungsi kepemimpinan dan gaya gaya kepemimpinan.gaya
kepemimpinan dapat dikatagorikan sebagai gaya yang beriorentasi pada tugas (task oriented) dan gaya yang
beriorentasi pada hubungan dengan bawahannya (employee oriented)
H.KEPALA
SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah
menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru guru dapat mengajar dan
murid murid dapat belajar dengan baik .sebagai pemimpin pendidikan, kepala
sekolah menghadapi tantangan yang berat, untuk itu itu ia haru s memiliki
persiapan yang memadai.pekerjaan pemimpin
pendidikan ialah menginstimulir dan membimbing pertumbuhan guru guru
berkesinambungan sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik
baiknya sesuai dengan perkembangan situasi
.kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan ,harus mampu mengelola sarana dan prasarana ,pelayanan khusus
sekolah, dan pasilitas pasilitas pendidikan lainnya, sedemikian rupa sehingga
guru guru dan murid murid memperolekh kepuasaan dalam melaksanakan tugas .
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab atas
pertumbuhan guru guru secara berkesinambungan ,ia harus mampu membantu guru
guru mengensl kebutuhan masyarakat ,membantu guru membina kurikulum sesuai
dengan minat,kebutuhan dan kemampuan peserta didik .ia harus mampu membatu guru
guru mengevaluasi program pendidikan dari hasil belajar murid ia haris mampu
juga menilai sipat dan kemampuan guru,sehingga kepala sekolah dapat membantu
meningkatkan kemampuan guru .untuk dapat
melaksanan tanggung jawab tersebut diatas,kepala sekolah harus memiliki pendidikan dan pengalaman yang
diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan
I.MODEL MODEL KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Model kepemimpinan didasarkan pada
pendekatan yang mengacu kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku
dan keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan
yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan ini, di antaranya adalah
sebagai berikut.
- Model Kepemimpinan Kontinum
(Otokratis-Demokratis). Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard
(1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui
beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut
dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim
lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada
umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang
berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada
dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya
dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya
kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan
cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman
dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku
otokratis ini adalah pada tugas.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas, melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim tersebut. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) mengelompokkannya menjadi tujuh kecenderungan perilaku kepemimpinan. Ketujuh perilaku inipun tidak mutlak melainkan akan memiliki kecenderungan perilaku kepemimpinan mengikuti suatu garis kontinum dari sisi otokratis yang berorientasi pada tugas sampai dengan sisi demokratis yang berorientasi pada hubungan. - Model Kepemimpinan Ohio. Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi(Hersey dan Blanchard, 1992). Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan). Adapun contoh dari faktor konsiderasi misalnya pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak anggota kelompok, pemimpin mau mengadakan perubahan, dan pemimpin bersikap bersahabat dan dapat didekati. Sedangkan contoh untuk faktor struktur inisiasi misalnya pemimpin menugaskan tugas tertentu kepada anggota kelompok, pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi tata tertib dan peraturan standar, dan pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang hal-hal yang diharapkan dari mereka. Kedua faktor dalam model kepemimpinan Ohiotersebut dalam implementasinya mengacu pada empat kuadran, yaitu : (a) model kepemimpinan yang rendah konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (b) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (c) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasinya tetapi rendah struktur inisiasinya, dan (d) model kepemimpinan yang rendah konsiderasinya tetapi tinggi struktur inisiasinya.
- Model Kepemimpinan Likert
(Likert’s Management System). Likert dalam Stoner (1978) menyatakan bahwa
dalam model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu
sistem otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif.
Penjelasan dari keempat sistem tersebut adalah seperti yang disajikan pada
bagian berikut ini.
Sistem Otoriter (Sangat Otokratis). Dalam sistem ini, pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan cenderung menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam sistem adalah saling curiga satu dengan lainnya.
Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik). Perbedaan dengan sistem sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan.
Sistem Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cenderung lebih bersifat menudukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.
Sistem Partisipatif. Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
Dengan demikian, model kepemimpinan yang disampaikan oleh Likert ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari model-model yang dikembangkan oleh Universitasi Ohio, yaitu dari sudut pandang struktur inisasi dan konsiderasi.
- Model Kepemimpinan Managerial
Grid. Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur
inisiasi dan konsideransinya, maka dalam model manajerial grid yang
disampaikan oleh Blake dan Mouton dalam Robbins (1996) memperkenalkan
model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan
perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini kemudian
diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan 9.
Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin selain harus
lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga dituntut
untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia
sebagai bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya
memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan
dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap
terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan
prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga pemimpin harus
memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik.
Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi
empat kecenderungan yang ekstrim dan satu kecenderungan yang terletak di
tengah-tengah keempat gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan tersebut
adalah :
Impoverished leadership (Model Kepemimpinan yang Tandus), dalam kepemimpinan ini si pemimpin selalu menghidar dari segala bentuk tanggung jawab dan perhatian terhadap bawahannya.
Team leadership (Model Kepemimpinan Tim), pimpinan menaruh perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sehingga mendorong bawahan untuk berfikir dan bekerja (bertugas) serta terciptanya hubungan yang serasi antara pimpinan dan bawahan.
Country Club leadership (Model Kepemimpinan Perkumpulan), pimpinan lebih mementingkan hubungan kerja atau kepentingan bawahan, sehingga hasil/tugas kurang diperhatikan.
Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas), kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-waktu dapat diganti.
Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan Tengah), di mana si pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan serta menyeimbangkan antara moral bawahan dengan keharusan penyelesaian pekerjaan pada tingkat yang memuaskan, di mana hubungan antara pimpinan dan bawahan bersifat kebapakan.
Berdasakan uraian di atas, pada dasarnya model kepemimpinan manajerial grid ini relatif lebih rinci dalam menggambarkan kecenderungan kepemimpinan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwasanya model ini merupakan pandangan yang berawal dari pemikiran yang relatif sama dengan model sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang perhatiannya pada orang dan tugas.
- Model Kepemimpinan Kontingensi. Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh Fielder. Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).
Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan bahwa : para pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasi kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak menguntungkan sekalipun; para pemimpin yang berorientasi pada hubungan cenderung berprestasi terbaik dalam situasi-situasi yang cukup menguntungkan.
Dari kesimpulan model kepemimpinan tersebut, pendapat Fiedler cenderung kembali pada konsep kontinum perilaku pemimpin. Namun perbedaannya di sini adalah bahwa situasi yang cenderung menguntungkan dan yang cenderung tidak menguntungkan dipisahkan dalam dua kontinum yang berbeda. (Lihat Gambar 4).
- Model Kepemimpinan Tiga Dimensi. Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga dimensi ini, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap sama.
Intisari dari model ini terletak pada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan kombinasi perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama tersebut memiliki perbedaan. Secara umum, dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang tidak efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan ini memiliki skala yang sama 1 sampai dengan 4, dimana untuk lingkungan tidak efektif skalanya bertanda negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya bertanda positi
J. KEPEMIMPINAN
TRANS FORMASIONAL
Diantara teori kepemimpinan yang
unggul adalah teori kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan
transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah
kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota
organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi,
tanpa merasa ditekan atau tertekan.
Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional
apabila dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara
tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan
kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan membuat bawahan melihat bahwa
tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya. Sedangkan
menurut Yukl kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari tingginya
komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga melihat tujuan organisasi
yang ingin dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.
Kepemimpinan transformasional secara khusus
berhubungan dengan gagasan perbaikan. Bass menegaskan bahwa kepemimpinan
transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai kemampuan
untuk:
1) Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya
untuk melihat pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru.
2) Menurunkan visi dan misi kepada tim dan
organisasinya.
3) Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat
kemampuan dan potensial yang lebih tinggi.
4) Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat
pada kepentingannya masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan
organisasinya.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Devanna dan
Tichy karakteristik dari pemimpin transformasional dapat dilihat dari cara
pemimpin mengidentifikasikan dirinya sebagai agen perubahan, mendorong
keberanian dan pengambilan resiko, percaya pada orang-orang, sebagai pembelajar
seumur hidup, memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan
ketidakpastian, juga seorang pemimpin yang visioner.
kepemimpinan transformasional (transformational
leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang
bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda. Seorang pemimpin transgformasional harus mampu mentransformasikan
secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sumber daya dimaksud bias
berupa SDM, Fasilitas, dana, dan factor eksternal organisasi. Dilembaga sekolah
SDM yang dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru,
kepala sekolah, dan siswa.
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini
dikemukakan oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional
adalah sebuah proses di mana pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai
tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin
transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan
menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti
kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi kemanusiaan,
keserakahan,kecemburuan, atau kebencian.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Kelebihan dari kepemimpinan transformasional :
Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat
emosional
Mampu memberdayakan potensi karyawan
Meningkatkan hubungan interpersonal
Kekurangan dari kepemimpinan transaksional :
Waktu yang lama
agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
Tidak ada
jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
Membutuhkan
pehatian pada detail
Sulit dilakukan
pada jumlah bawahan yang banyak
K. IMPLEMENTASI
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PENDIDIKAN
Implementasi
model kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan seperti
kepala sekolah, kepaladinas, dirjen,
kepala departemen dan lain- lain. Model kepemimpinan ,. Ini memang perlu diterapkan sebagai salah
satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan.Adapun alasan- alas an mengapa
perlu diterapkan model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat olgaepitropika (2011:1) mengemukakan mengapa
kepemimpinan transformasional penting bagi satu organisasi, yaitu: Secara
signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
Secara
positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan
pelanggan.Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap
organisasi.Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku
keseharian organisasi.Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan
pemimpin. Mengurangi stress para pekerja dan
meningkatkan kesejahteraan.Implementasi
model kepemimipinan transformasional dalam organisasi/ instansi pendidikan perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Mengacu
pada nilai- nilai agama yang ada
dalamorganisasi/ instansi atau bahkan suatu Negara.Disesuaikan dengan nilai- nilai yang terkandung
dalam system organisasi/ instansi tersebut.Menggali budaya yang
ada dalam organisasi tersebut.Karena
system pendidikan merupakan
suatu sub system maka harus
memperhatikan system yang
lebih besar yang ada diatasnya seperti sistem Negara.
Kritisi model
kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan
transfomasional sama dalam banyak aspek dalam kepemimpinan
transforming, namun terdapat juga
perbebedaan- perbedaannya. Burns membatasi
kepemimpinan yang mentransformasi kepada para pemimpin yang selalu dapat pencerahan yang menunjuk
kepada nilai- nilai moral yang positif dan kebutuhan- kebutuhan tingkat yang lebih tinggi daripada pengikutnya .Dengan demikian kepemimpinan
transforming, merujuk pada pencerahan
yang memperhatikan nilai- nilai
moral positif dan kebutuhan- kebutuhan yang pada tingkat yang lebih tinggi dari para
pengikutnya, sedangkan kepemimpinan transformasional tanpa memperhatikan
efeknya menguntungkan atau tidak atau mengesampingkan nilai- nilai moral yang
positif.
Hal
ini senada dengan pendapat Golmen, et. al (2003) yang mengatakan
kepemimpinan yang memiliki
kesadaran sendiri tentang emosionalnya, manajemen diri
sendiri, kesadaran social dan manajemen hubungan kerja. Pola perilaku kepemimpinan
yang seperti ini
diharapkan berpengaruh positif terhadap bawahannya dalam membentuk
nilai- nilai dan keyakinan untuk mencapai tujuan organisasi
(Anderson, 1998).Model kepemimpinan
yang lain yang perlu di
perhatikan sebagai kritisI terhadap kepemimpinan transformasional adalah
kepemimpinan amanah. Kepemimpinan amanah adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh keimanan dalam rangka
mencapai tingkat ketaqwaan kepada Allah
SWT.Model kepemimpinan ini selalu memikirkan keadaan umatnya dan jauh
dari memikirkan kepentingan pribadi atau golongannya.
4. STUDI KASUS
Peran
pendidikan dalam human investment dapat
di pandang dari dua sisi.Pertama peran
pendidikan secara eksternal dalam arti organisasi, lembaga atau bahkan Negara
melihat manusia sebagai sumber daya yang perlu dan produktivitas optimal
terhadap organisasi, lembaga atau pembangunan bangsa .Kedua, peran
pendidikan secara internal dalam arti
pendidikan dipandang oleh manusia itu sendiri
sebagai kebutuhan.
Penyelenggaraan
pendidikan nasional dilakukan secara
birokratik- sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang
mempunyai jalur yang sangat
panjang dan kadang- kadang kebijakan
yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.Sekolah
lebih merupakan subor dinasi dan birokrasi diatasnya sehingga mereka kehilangan
kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/ inisiatif untuk mengembangkan
dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah
satu tujuan pendidikan nasional.
Peran
serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyaraka tkhususnya
orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama
ini sangat minim.
Partisipasi guru dalam mengambilan keptusan sering di abaikan, padahal terjadi atau tidaknya
perubahan di sekolah sangat tergantung
pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun
jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan disekolah tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini
pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sedang
dukungan- dukungan lain seperti
pemikiran, moral, dan barang/
jasa kurang diperhatikan. Akun tabilitas sekolah terhadap
masyarakat juga lemah .Sekolah tidak mempunyai beban untuk
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur
utama yang berkepentingan dengan
pendidikan (stakeholder).
Permasalahannya
sekarang adalah bagaimana mengembangkan mutu pendidikan di Indonesia jika kita menyadari bahwa, salah satu factor
penting dalam penggerak pembangunan adalah
kualitas sumber daya manusia yang dipandang dari sudut kepemimipinan dari
seorang yang mampunyai
tugas sebagai pemimpin
pendidikan.Berdasarkan permasalahan
tersebut, coba saudara berikan rekomendasi yang menguraikan bagaimana bentuk
atau model seorang pemimpin
pendidikan yang cocok untuk
diterapkan di Negara Indonesia sehingga
dapat meningkatkan proses pembangunan di bidang pendidikan dan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
PENUTUP
Kepemimpinan pendidikan berasal dari dua kata yaitu kepemimpinan
dan pendidikan Secara umum defenisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai
berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruh sedangkan “pendidikan yang mengandung arti
dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus
menjelaskan pula sifat atau ciri- ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan
itu . Jadi bisa diartikan Kepemimpinan
kependidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif
dan efesien
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar
untuk memutuskan dan bekerja Berdasarkan
konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan
kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnyDalam memangku
jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksakan tugas- tugasnya dan memainkan
peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa
persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial
ekonomis yang layakRendah hati dan sederhana
Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan ,dibawah ini akan
diuraikan beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin Untuk
ruang lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga kependapatan utama yaitu:
pendekatan sifat kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, dan
pendekatan situasional atau kontingensi. Model kepemimpinan didasarkan pada
pendekatan yang mengacu kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada
perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya
kepemimpinan yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Aan komariah dan cepy
(2004)visionary leadership,me.Mnuju sekolah efektif .jakarta, bumi aksara
Ash shalabi
A.M(2004)bangkit dan runtuhnya khalifah usmaniah,terjamahannya:samson
rahman.jakarta :pustaka al-kautsar
Avolio,B.J&howell, J.M(1992)the
impact of leadership behavior and leader follower personality match and
performance.ink clark and D .P cambell,impact of leadership.greensboro.NC
center for creative leadership,225-235
Bass,b.m.(1985)leadership
and performance beyond expectations .new York:free press
Burt nanus alih bahasa oleh prederick ruma(2001)kepemimpinan
visionar:jakarta:prenhalindo
Epitropika
olga(2001)what is?transformation leadership inggris:institute of work
psychology university of Sheffield
Lako anderas (2004) kepemimpinan
dan kinerja organisasi(isu, teori,dan solusi) Yogyakarta:amara booksgibson
ivancevich Donnely.(1984)organisasi dan manajemen
:prilaku,struktur,proses.Jakarta:Erlangga
Ali mukhson(2003)gaya
kepemimpinan transformsional kepala SD
dan kepuasan kerja guru.jurnal kependidikan1,(5):52
Sudarwan denim(2003)
menjadi komunitas pembelajaran kepemimpinan transformasional dalam
komunitas org Syafaruddin ,Kepemimpinan pendidikan ,Jakarta:ciputat press,2010
Manajemen
pendidikan tim dosen administrasi pendidikan, Upi bandung:alfabeta,2011
Mulyadi,Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Malang: UIN Maliki Press,
2010)
Wahyudi,
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning
Organization), Bandung: CV. Alfabeta, 2009
Wahyu sumidjo
(1999)kepemimpinan kepala sekolah:tinjauan teoritik dan permasalahannya:Jakarta Rajawali pres
0 komentar:
Posting Komentar