Kamis, 01 Mei 2014

Kepemimpinan Kependidikan





D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
1.         MHD FAHMI BANDOL NST
2.         ANISAH
3.         ELI MAHARA







BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM  NEGERI SUMATERA UTARA



PENDAHULUAN
Majunya suatu Negara terletak pada baiknya suatu sistem pendidikannya ,makanya setiap Negara berbenah diri untuk terus memperbaiki pendidikannya .ketika pendidikan ini sudah mulai ditata dengan baik maka kemajuan yang akan dicapai negara tersebut.mari kita terus berusaha memperbaiki sistem yang selama ini salah dengan menuju tercapainya pemimpin yang bisa memenajemen  pendidikan dengan baik
pemimpin pendidikan berasal dari dua kata yaitu pemimpin  Secara umum defenisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi sedangkan pendidikan yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri- ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu dan  dapat diartikan  Kepemimpinan kependidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Ketika kita sudah mengetahui apa sebenarnya pemimpin pendidikan itu maka nanti bisa kita ketahui kemampuan apa saja yang harus dimiliki .tentunya dengan mempelajari ini kita dapat merubah sedikit sedikit sistem pendidikan yang selama ini salah  













A.    Pengertian kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan berasal dari dua kata yaitu kepemimpinan dan pendidikan Secara umum defenisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.sedangkan “pendidikan yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri- ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu .
Adapun beberapa para ahli mendefenisikan pengertian kependidikan sebagai berikut:
1.      Ralp M.Stogdill mengatakanKepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan- kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan
2.      Sondang P. SiagianmengatakannKepemimpian merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua sumber- sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi
3.      (Robert Dubin) Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan- keputusan Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan- kegiatan kelompok.
4.      fred E. fiedlerKepemimpinan merupakan sumbangan dari seseorang di dalam situasi- situasi kerjasama. Kepemimpinan dan kelompok adalah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Tak ada kelompok tanpa adanya kepemimpinan, dan sebaliknya kepemimpinan hanya ada dalam situasi interaksi kelompok. Seseorang tidak dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di luar kelompok, ia harus berada di dalam suatu kelompok di  mana Ia memainkan peranan- peranan dan kegiatan kepemimpinannya.

Jadi bisa diartikan Kepemimpinan kependidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien.









B.Fungsi pemimpin pendididikan

Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar untuk memutuskan dan bekerja, antara lain:
a)      Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.
b)      Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c)      Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana paling praktis dan efektif.
d)     Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
e)      Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.

C.TIPE- TIPE KEPEMIMPINAN
Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasipikasikan kedalam empat tipe, yaitu:
Ø  Tipe otoriter
Tipe kepempimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”.Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota- anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan posisi atau
menimbulkan sifat sifat pada anggota- anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
Ø  Tipe “ laissez- faire”
Dalam tipe kemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya tanpa petunjuk atau saran- saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata- mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.Stuktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
Ø  Tipe pseudu- demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik.Pemimpin yang bertipe pseudu- demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnnya jika ia mempunyai ide- ide, pikiran, konsep- konsep yang ingin diterapkan dilembaga yang di pimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan di musyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/ pikiran/ konsep tersebut sebagai keputusan bersama.
D.Syarat- syarat pemimpin pendidikan

Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksakan tugas- tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Akan tetapi pada bagian ini yang akan di kemukakkan hanyalah persyaratan- persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
·         Rendah hati dan sederhana
·         Bersifat suka menolong
·         Sabar dan memiliki kestabilan emosi
·         Percaya kepada diri sendiri
·         Jujur, adil dan dapat dipercaya
·         Keahlian dalam jabatan

E. KETERAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN
Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan ,dibawah ini akan diuraikan beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin diantaranya:
Ø  Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memilki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok.
Ø  Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari: (1) hubungan fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; (2). Hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan, tetapi lebih bersifat kekeluargaan.
Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fungsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai.Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasan pun harus menghargai bawahannya.
Ø  Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud utama dari proses kelompok adalah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang di miliki para anggota kelompok itu dapat di efektifkan secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah hubungan insani dan tanggung jawab bersama.pemimpin harus jadi penengah, pendamai, moderator, dan bukan menjadi hakim.
Ø  Keterampilan dalam administrasi personil
Administrasi personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efesien. Kegiatan dalam administrasi personil adalah : seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan.
Ø  Keterampilan dalam menilai
Penilaian atau evaluasi adalah suatu usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat di laksanakan atau sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat di  capai. Yang di nilai biasanya adalah; hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya. Adapun teknik dan prosedur evaluasi adalah menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan di nilai, mengumpulkan data-data yang dapat di olah menurut kriteria yang di tentukan, pengolahan data dan menyimpulkan hasil penilaian.
Melalui evaluasi, guru dapat di bantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personil lainnya pun perlu di evaluasi seperti petugas ( karyawan ) tata usaha, petugas BK dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/kekurangannya.
F. PENDEKATAN TENTANG TEORI MUNCULNYA PEMIMPIN
Munculnya pemimpin di kemukakkan dalam beberapa teori, yaitu :
 Teori pertama, berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memang di lahirkan untuk menjadi pemimpin ,dengan kata lainia mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Menurut teori ini tidak setiap orang bisa menjadi pemimpin, hanya orang-orang yang mempunyai bakat dan pembawaan saja yang bisa menjadi pemimpin.Maka munculah istilah “leaders are borned not build”, Teori ini di sebut teori genetis.
Teori kedua, mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin kalau lingkungan waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Setiap orang bisa menjadi pemimpin asal diberi kesempatandan diberi pembinaan untuk menjadi pemimpin walaupun ia tidak mempunyai bakat atau pembawaan. Maka munculah istilah “leaders are built not borned”.Teori ini di sebut teori sosial.
Teori ketiga, adalah gabungan teori pertama dengan teori kedua adalah untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu di bina supaya berkembang.Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung kepada lingkungan, waktu dan keadaan.Teori ini di sebut teori ekologis.
Teori keempat, di sebut teori situasi. Menurut teori ini setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja karena ia memiliki kelebihan-kelebihan yang di perlukan dalam situasi itu. Dalam dituasi lain di mana kelebihan-kelebihannya itu tidak diperlukan, ia tidak akan akan menjadi pemimpin, bahkan mungkin hanya menjadi pengikut saja.
Dengan demikian seorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin, perlu mengetahui ruang lingkup gaya kepemimpinan yang berbeda- beda sesuai dengan evolusi teori kepemimpinan.
G.PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Untuk ruang lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga kependapatan utama yaitu: pendekatan sifat kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, dan pendekatan situasional atau kontingensi.Kazt mengemukakan tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagai berikut:
1.      Human relatian skill
Kemampuan berhubungaan dengan bawahan ,bekerja sama menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif ,terjalin hubungan yang baik sehingga bawahan merasa aman dalam bekerja.
2.      Technical skill
Kemampuan menerapkan ilmu kedalam pelaksanaan (operasional).dalam rangka memamfaatkan sumber sumber daya yang ada ,melaksanakan tindakan yang bersipat operasional
3.      Conceptual  skill
Kemampuan didalam melihat sesuatu secara keseluruhanyang kemudian dapat merumuskannnya,seperti daalam mengambil keputusan ,menentukan kebijakan dan lain lain.




A.    Pendekatan  sifat(traits approach)
Pendekatan sipat didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin.Hal tersebut menjadi factor penting yang membedakan antara seseorang pemimpin dengan bukan pemimpin.sipat pokok ini biasanya meliputi :
a.       Kondisi fisik:energi,tegap,kuat,dan lain lain
b.      Latar belakang social:berpendidikan dan bewawasan luas,serta berasala dari lingkungan social yang dinamis
c.       Kpribadian :adaptif,arresif,emosi stabil ,popular dan kooperatif .dan lain lain
Adapun karakteriistik yang berhubungan dengan tugas tugas :terdorong untuk maju ,siap  menerima tanggung jawab ,berinisiatif,beriontasi pada  tugas, dan cakap dalam komunikasi interpersonal dll.
B.     Pendekatan keprilakuan(behavioral aproach)
Pendekatan keprilakuan memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari tingkah laku, dan bukan sipat sipatnya .studi ini melihat dan mengidentifikasi prilaku yang khas dari pemipin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota anggota kelompok atau pengikutnya pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua aspek prilaku kepemimpinan itu :fungsi fungsi kepemimpinan dan gaya gaya kepemimpinan.gaya kepemimpinan dapat dikatagorikan sebagai gaya yang beriorentasi pada  tugas (task oriented) dan gaya yang beriorentasi pada hubungan dengan bawahannya (employee oriented)

H.KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru guru dapat mengajar dan murid murid dapat belajar dengan baik .sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang berat, untuk itu itu ia haru s memiliki persiapan yang memadai.pekerjaan pemimpin  pendidikan ialah menginstimulir dan membimbing pertumbuhan guru guru berkesinambungan sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik baiknya sesuai dengan perkembangan situasi  .kepala sekolah sebagai pemimpin  pendidikan ,harus mampu mengelola sarana dan prasarana ,pelayanan khusus sekolah, dan pasilitas pasilitas pendidikan lainnya, sedemikian rupa sehingga guru guru dan murid murid memperolekh kepuasaan dalam melaksanakan tugas .

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab atas pertumbuhan guru guru secara berkesinambungan ,ia harus mampu membantu guru guru mengensl kebutuhan masyarakat ,membantu guru membina kurikulum sesuai dengan minat,kebutuhan dan kemampuan peserta didik .ia harus mampu membatu guru guru mengevaluasi program pendidikan dari hasil belajar murid ia haris mampu juga menilai sipat dan kemampuan guru,sehingga kepala sekolah dapat membantu meningkatkan kemampuan guru .untuk  dapat melaksanan tanggung jawab tersebut diatas,kepala sekolah harus  memiliki pendidikan dan pengalaman yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan 

I.MODEL MODEL KEPEMIMPINAN DALAM  PENDIDIKAN  
Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan ini, di antaranya adalah sebagai berikut.
  • Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis). Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

    Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.

    Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas, melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim tersebut. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) mengelompokkannya menjadi tujuh kecenderungan perilaku kepemimpinan. Ketujuh perilaku inipun tidak mutlak melainkan akan memiliki kecenderungan perilaku kepemimpinan mengikuti suatu garis kontinum dari sisi otokratis yang berorientasi pada tugas sampai dengan sisi demokratis yang berorientasi pada hubungan.
  •  Model Kepemimpinan Ohio. Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi(Hersey dan Blanchard, 1992). Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan). Adapun contoh dari faktor konsiderasi misalnya pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak anggota kelompok, pemimpin mau mengadakan perubahan, dan pemimpin bersikap bersahabat dan dapat didekati. Sedangkan contoh untuk faktor struktur inisiasi misalnya pemimpin menugaskan tugas tertentu kepada anggota kelompok, pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi tata tertib dan peraturan standar, dan pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang hal-hal yang diharapkan dari mereka. Kedua faktor dalam model kepemimpinan Ohiotersebut dalam implementasinya mengacu pada empat kuadran, yaitu : (a) model kepemimpinan yang rendah konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (b) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (c) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasinya tetapi rendah struktur inisiasinya, dan (d) model kepemimpinan yang rendah konsiderasinya tetapi tinggi struktur inisiasinya.
  • Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System). Likert dalam Stoner (1978) menyatakan bahwa dalam model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Penjelasan dari keempat sistem tersebut adalah seperti yang disajikan pada bagian berikut ini.

    Sistem Otoriter (Sangat Otokratis). Dalam sistem ini, pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan cenderung menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam sistem adalah saling curiga satu dengan lainnya.

    Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik). Perbedaan dengan sistem sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan.

    Sistem Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cenderung lebih bersifat menudukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.

    Sistem Partisipatif. Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

Dengan demikian, model kepemimpinan yang disampaikan oleh Likert ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari model-model yang dikembangkan oleh Universitasi Ohio, yaitu dari sudut pandang struktur inisasi dan konsiderasi.
  • Model Kepemimpinan Managerial Grid. Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur inisiasi dan konsideransinya, maka dalam model manajerial grid yang disampaikan oleh Blake dan Mouton dalam Robbins (1996) memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan 9. Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia sebagai bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empat kecenderungan yang ekstrim dan satu kecenderungan yang terletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan tersebut adalah :

    Impoverished leadership (Model Kepemimpinan yang Tandus), dalam kepemimpinan ini si pemimpin selalu menghidar dari segala bentuk tanggung jawab dan perhatian terhadap bawahannya.

    Team leadership (Model Kepemimpinan Tim), pimpinan menaruh perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sehingga mendorong bawahan untuk berfikir dan bekerja (bertugas) serta terciptanya hubungan yang serasi antara pimpinan dan bawahan.

    Country Club leadership (Model Kepemimpinan Perkumpulan), pimpinan lebih mementingkan hubungan kerja atau kepentingan bawahan, sehingga hasil/tugas kurang diperhatikan.

    Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas), kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-waktu dapat diganti.

    Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan Tengah), di mana si pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan serta menyeimbangkan antara moral bawahan dengan keharusan penyelesaian pekerjaan pada tingkat yang memuaskan, di mana hubungan antara pimpinan dan bawahan bersifat kebapakan. 


Berdasakan uraian di atas, pada dasarnya model kepemimpinan manajerial grid ini relatif lebih rinci dalam menggambarkan kecenderungan kepemimpinan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwasanya model ini merupakan pandangan yang berawal dari pemikiran yang relatif sama dengan model sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang perhatiannya pada orang dan tugas.

  • Model Kepemimpinan Kontingensi. Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh Fielder. Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).

Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan bahwa : para pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasi kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak menguntungkan sekalipun; para pemimpin yang berorientasi pada hubungan cenderung berprestasi terbaik dalam situasi-situasi yang cukup menguntungkan.

Dari kesimpulan model kepemimpinan tersebut, pendapat Fiedler cenderung kembali pada konsep kontinum perilaku pemimpin. Namun perbedaannya di sini adalah bahwa situasi yang cenderung menguntungkan dan yang cenderung tidak menguntungkan dipisahkan dalam dua kontinum yang berbeda. (Lihat Gambar 4).
  • Model Kepemimpinan Tiga Dimensi. Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga dimensi ini, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap sama.

Intisari dari model ini terletak pada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan kombinasi perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama tersebut memiliki perbedaan. Secara umum, dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang tidak efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan ini memiliki skala yang sama 1 sampai dengan 4, dimana untuk lingkungan tidak efektif skalanya bertanda negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya bertanda positi
J.       KEPEMIMPINAN TRANS FORMASIONAL
Diantara teori kepemimpinan yang unggul adalah teori kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.
Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya. Sedangkan menurut Yukl kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari tingginya komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga melihat tujuan organisasi yang ingin dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.
Kepemimpinan transformasional secara khusus berhubungan dengan gagasan perbaikan. Bass menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk:
1) Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru.
2) Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.
3) Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang lebih tinggi.
4) Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Devanna dan Tichy karakteristik dari pemimpin transformasional dapat dilihat dari cara pemimpin mengidentifikasikan dirinya sebagai agen perubahan, mendorong keberanian dan pengambilan resiko, percaya pada orang-orang, sebagai pembelajar seumur hidup, memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian, juga seorang pemimpin yang visioner.
kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transgformasional harus mampu mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sumber daya dimaksud bias berupa SDM, Fasilitas, dana, dan factor eksternal organisasi. Dilembaga sekolah SDM yang dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, kepala sekolah, dan siswa.
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi kemanusiaan, keserakahan,kecemburuan, atau kebencian.

            KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Kelebihan dari kepemimpinan transformasional :
  Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
  Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
  Mampu memberdayakan potensi karyawan
  Meningkatkan hubungan interpersonal
  Kekurangan dari kepemimpinan transaksional :
  Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
  Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
  Membutuhkan pehatian pada detail
  Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak




K. IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PENDIDIKAN
Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam bidang  pendidikan memang perlu diterapkan seperti kepala  sekolah, kepaladinas, dirjen, kepala departemen dan lain- lain. Model kepemimpinan ,.  Ini memang perlu diterapkan sebagai salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang  pendidikan.Adapun alasan- alas an mengapa perlu diterapkan model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat  olgaepitropika (2011:1) mengemukakan mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi satu organisasi, yaitu: Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan.Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi.Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi.Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin. Mengurangi stress para pekerja dan  meningkatkan kesejahteraan.Implementasi  model  kepemimipinan  transformasional  dalam organisasi/ instansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Mengacu pada nilai- nilai agama yang ada  dalamorganisasi/ instansi atau bahkan suatu  Negara.Disesuaikan dengan nilai- nilai  yang  terkandung dalam system organisasi/ instansi tersebut.Menggali budaya  yang  ada dalam organisasi tersebut.Karena  system  pendidikan  merupakan  suatu  sub system maka harus memperhatikan  system  yang  lebih besar yang ada diatasnya seperti sistem Negara.


Kritisi model kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transfomasional  sama dalam  banyak aspek dalam kepemimpinan transforming,   namun terdapat juga perbebedaan- perbedaannya. Burns membatasi  kepemimpinan  yang  mentransformasi  kepada para pemimpin  yang selalu dapat pencerahan yang menunjuk kepada nilai- nilai moral yang positif dan kebutuhan- kebutuhan tingkat  yang lebih tinggi daripada   pengikutnya .Dengan demikian kepemimpinan transforming, merujuk pada pencerahan  yang memperhatikan  nilai- nilai moral positif dan  kebutuhan- kebutuhan  yang pada tingkat yang lebih tinggi dari para pengikutnya, sedangkan kepemimpinan transformasional tanpa memperhatikan efeknya menguntungkan atau tidak atau mengesampingkan nilai- nilai moral yang positif.
Hal ini senada dengan pendapat Golmen, et. al (2003) yang mengatakan kepemimpinan  yang  memiliki  kesadaran sendiri  tentang  emosionalnya, manajemen  diri  sendiri, kesadaran social dan manajemen hubungan  kerja. Pola perilaku  kepemimpinan  yang  seperti  ini  diharapkan berpengaruh positif terhadap bawahannya dalam membentuk nilai- nilai dan keyakinan untuk mencapai tujuan  organisasi
 (Anderson, 1998).Model  kepemimpinan  yang   lain yang perlu di perhatikan sebagai kritisI terhadap kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan amanah. Kepemimpinan amanah adalah kepemimpinan  yang dilandasi oleh keimanan dalam rangka mencapai tingkat ketaqwaan kepada  Allah   SWT.Model kepemimpinan ini selalu memikirkan keadaan umatnya dan jauh dari memikirkan kepentingan pribadi atau golongannya.
4. STUDI KASUS
Peran pendidikan dalam  human investment dapat di pandang dari dua sisi.Pertama  peran pendidikan secara eksternal dalam arti organisasi, lembaga atau bahkan Negara melihat manusia sebagai sumber daya yang perlu dan produktivitas  optimal  terhadap organisasi, lembaga atau pembangunan bangsa .Kedua, peran pendidikan secara  internal dalam arti pendidikan dipandang oleh manusia itu sendiri  sebagai  kebutuhan.
Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara  birokratik- sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi  yang  mempunyai  jalur yang sangat panjang dan kadang- kadang kebijakan  yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.Sekolah lebih merupakan subor dinasi dan birokrasi diatasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/ inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Peran serta warga sekolah  khususnya  guru dan peran serta masyaraka tkhususnya orang  tua siswa  dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini  sangat  minim.  Partisipasi  guru   dalam mengambilan keptusan sering  di abaikan, padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah  sangat  tergantung  pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun  jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi  perubahan disekolah  tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya  sebatas pada dukungan  dana, sedang  dukungan- dukungan lain seperti  pemikiran, moral, dan  barang/ jasa  kurang  diperhatikan. Akun tabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah .Sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya  orang  tua siswa, sebagai salah satu unsur utama  yang berkepentingan dengan pendidikan  (stakeholder).
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana mengembangkan mutu pendidikan di Indonesia  jika kita menyadari bahwa, salah satu factor penting dalam penggerak  pembangunan  adalah  kualitas sumber  daya manusia   yang dipandang dari sudut kepemimipinan dari seorang  yang  mampunyai  tugas  sebagai pemimpin pendidikan.Berdasarkan permasalahan  tersebut, coba saudara berikan rekomendasi  yang menguraikan bagaimana  bentuk  atau model  seorang  pemimpin  pendidikan  yang cocok untuk diterapkan di Negara Indonesia  sehingga dapat  meningkatkan  proses pembangunan di bidang  pendidikan dan menghasilkan sumber daya manusia  yang berkualitas.








PENUTUP

Kepemimpinan pendidikan berasal dari dua kata yaitu kepemimpinan dan pendidikan Secara umum defenisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruh sedangkan “pendidikan yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri- ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu .  Jadi bisa diartikan Kepemimpinan kependidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar untuk memutuskan dan bekerja   Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnyDalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksakan tugas- tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layakRendah hati dan sederhana
Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan ,dibawah ini akan diuraikan beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin Untuk ruang lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga kependapatan utama yaitu: pendekatan sifat kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, dan pendekatan situasional atau kontingensi. Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda.







DAFTAR PUSTAKA
Aan komariah dan cepy (2004)visionary leadership,me.Mnuju sekolah efektif .jakarta, bumi aksara
Ash shalabi A.M(2004)bangkit dan runtuhnya khalifah usmaniah,terjamahannya:samson rahman.jakarta :pustaka al-kautsar
Avolio,B.J&howell, J.M(1992)the impact of leadership behavior and leader follower personality match and performance.ink clark and D .P cambell,impact of leadership.greensboro.NC center for creative leadership,225-235
Bass,b.m.(1985)leadership and performance beyond expectations .new York:free press
Burt nanus  alih bahasa oleh  prederick ruma(2001)kepemimpinan visionar:jakarta:prenhalindo
Epitropika olga(2001)what is?transformation leadership inggris:institute of work psychology  university of Sheffield
Lako anderas (2004) kepemimpinan dan kinerja organisasi(isu, teori,dan solusi) Yogyakarta:amara booksgibson ivancevich Donnely.(1984)organisasi dan manajemen :prilaku,struktur,proses.Jakarta:Erlangga
Ali mukhson(2003)gaya kepemimpinan transformsional kepala  SD dan kepuasan kerja guru.jurnal kependidikan1,(5):52
Sudarwan denim(2003)  menjadi komunitas pembelajaran kepemimpinan transformasional dalam komunitas org Syafaruddin ,Kepemimpinan pendidikan ,Jakarta:ciputat press,2010
Manajemen pendidikan tim dosen administrasi pendidikan, Upi bandung:alfabeta,2011

Mulyadi,Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Malang: UIN Maliki Press, 2010)

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung: CV. Alfabeta, 2009

Wahyu sumidjo (1999)kepemimpinan kepala sekolah:tinjauan teoritik dan  permasalahannya:Jakarta Rajawali pres

0 komentar:

Posting Komentar

 
;